Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • ONE PIECE…PEACE ONE…
  • Fakta fakta Pesta Mewah Ultah Syahrini
  • Fakta Fakta Kecelakaan Pesawat Tewaskan Penerbang F -16
  • GPU Rakyat Telah Tiba
  • Penumpang Lion Air Ancam Bawa Bom Resmi Ditetapkan Jadi Tersangka
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

ONE PIECE…PEACE ONE…

Agustus 4, 20254 Mins Read
“Jika kita menjadi satu kesatuan (One Piece), maka kita bisa mencapai satu perdamaian (Peace One).”
Oleh: Greg Teguh Santoso

 

Ceknricek.com — Akhir-akhir ini, menjelang HUT ke-80 RI (17 Agustus 2025), sejumlah kaum muda di Indonesia marak mengibarkan bendera Jolly Roger simbol bajak laut dari anime One Piece tepat di bawah atau bersanding dengan Merah Putih. Diakui atau tidak, penggunaan bendera One Piece di flagpole (tiang bendera) adalah elemen penting dalam komunikasi simbolik: mengatur urutan, posisi, dan penekanan visual atas apa yang dianggap penting dan layak dihormati, menjadi bentuk baru dari “politik simbolik anak muda”, di mana mereka menegaskan nilai kebebasan, solidaritas, dan kejujuran bahkan jika harus lewat karakter fiksi bajak laut. Fenomena ini memicu respons beragam: dari peringatan keras pejabat hingga sajian argumen demokrasi dan kritik sosial tanpa pernah ada satu duplikat flagpole yang roboh karena kebingungan.

Menkopolhukam menyatakan pengibaran bendera non-negara bisa jadi konsekuensi pidana apabila merendahkan kehormatan Merah Putih. Sementara Wakil Menteri Dalam Negeri menyebutnya sebagai ekspresi wajar dalam demokrasi selama tak melanggar konstitusi. Wakil Ketua MPR menyebut ini sebagai ancaman nasional, bahkan menyiratkan adanya gerakan terbuka untuk memecah belah bangsa. Di sisi lain, kalangan partai politik lain menyebutnya sebagai kebebasan berpendapat yang sah diwujudkan lewat simbol budaya pop alternatif lebih aman daripada demonstrasi jalanan.

Seperti biasa, tetiba Gus Dur muncul dan berujar: ‘’ Secara filosofis, Jolly Roger One Piece menyampaikan nilai-nilai idealisme dan moral personal yang kuat khususnya bagi generasi muda yang merasa simbol formal gagal mencerminkan realitas sosial mereka. Jolly Roger tampil sebagai ekspresi kritis non-formal “ruang simbolik alternatif” bagi kaum muda yang merasa simbol formal kehilangan resonansi sosial-politik. Seperti pernah disampaikan sahabat saya Benedict Anderson dalam Imagined Communities: bangsa dibentuk melalui simbol, narasi, dan imajinasi kolektif. Bila simbol-formal gagal resonan dengan real-life masyarakat, narasi simbolik baru bisa muncul sebagai bentuk ekspresi kolektif baru.

Suatu simbol negara bisa kehilangan maknanya jika hanya dipakai sebagai ritual. Begitu pula sebaliknya, simbol budaya pop seperti Jolly Roger bisa jadi alat kritik yang kaya makna bila memegang kunci moral dan integritas personal. Keduanya bisa eksis berdampingan jika ruang dialog terbuka, tanpa degradasi terhadap simbol nasional pemerkokoh bangsa. Kita perlu lapang dada memahami bahwa anak muda menganggap Jolly Roger bukan sekadar logo tengkorak, namun juga melambangkan aspirasi kebebasan, solidaritas, dan “antisistem” yang dianggap lebih otentik ketimbang lambang kenegaraan yang dianggap kosong makna dalam konteks kekinian. Mereka merasa simbol nasional kehilangan esensi, jadi memilih simbol yang “ngebet” mewakili suara mereka. Inilah realitas yang ironis: anak muda lebih percaya pada bajak laut anime fiktif daripada lambang kebangsaan yang katanya sakral. Menurut saya pemerintah tidak perlu mengerahkan tank tiap ada bendera anime, mari kita tawarkan forum dialog terbuka: dengar anak muda, bantu isi kekosongan simbol nasional, ajaklah membuat branding Merah Putih lebih “memikat masa depan”, bukan tenggelam di anggaran seremonial.

Alih-alih mengecam, cobalah berdialog: “Kenapa kalian lebih suka dan memilih Jolly Roger?” Dengarkan jawaban mereka dan cerna dengan seksama. Mungkin tajir teori konspirasi, mungkin kesal akibat susah dapur diisi. Sama seperti yang secara santai pernah saya tanggapi atas pengibaran Bendera Bintang Kejora, pemerintah sekarang lebih pantasnya ditampar pelan dengan filosofi ringan: “Rileks, asalkan Merah Putih tetap berkibar lebih tinggi’’, beliau berlalu dan menghilang lagi.

Tinggallah diri ini yang masih pekat merenungi: jika simbol kebangsaan tak lagi menggetarkan jiwa muda, jangan salahkan mereka. Mungkin kita perlu menciptakan simbol yang bukan cuma digaungkan, tapi dirasakan seperti Jolly Roger bekerja di hati penggemarnya. Hanya saja, bantu mereka memahami bahwa kebebasan itu tak selamanya identik dengan bajak laut. Kadangkala, kebebasan lebih bijak apabila diiringi rasa cinta dan tanggung jawab terhadap bendera negara yang sesungguhnya. Bagaimana pendapat Anda?

*) Frasa ini lebih dimaknai permainan kata (wordplay) yang menggambarkan filosofi:

Pencarian akan One Piece bukan sekadar harta, tapi simbol kesatuan, kebebasan, dan akhirnya perdamaian. Pesan tersiratnya: “Jika kita menjadi satu kesatuan (One Piece), maka kita bisa mencapai satu perdamaian (Peace One).”

*) Greg Teguh Santoso, doctor of Knowledge Management and Organizational Communication, pemikir merdekanya 

bendera onepiece

Penulis: Greg Teguh Santoso

Editor: Ariful Hakim

Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

GPU Rakyat Telah Tiba

Sepasang Bendera

Adakah Balapan dalam Abolisi Tom Lembong?

Tafsir Amnesti & Abolisi

Cerita Perubahan Suatu Negara

Dawir Oknum Habib

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply


Sedang Tren

ONE PIECE…PEACE ONE…

“Jika kita menjadi satu kesatuan (One Piece), maka kita bisa mencapai satu perdamaian (Peace One).”

Fakta fakta Pesta Mewah Ultah Syahrini

Agustus 4, 2025

Fakta Fakta Kecelakaan Pesawat Tewaskan Penerbang F -16

Agustus 4, 2025

GPU Rakyat Telah Tiba

Agustus 4, 2025

Penumpang Lion Air Ancam Bawa Bom Resmi Ditetapkan Jadi Tersangka

Agustus 4, 2025

Sepasang Bendera

Agustus 4, 2025

Riduan Ditunjuk Jadi Direktur Utama Bank Mandiri Gantikan Darmawan Junaidi

Agustus 4, 2025

Ruko Mangga Dua Square Kebakaran, 45 Petugas Damkar Dikerahkan

Agustus 4, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.