Ceknricek.com – PERFILMAN Tanah Air semakin berjaya di negeri sendiri. Sejumlah rumah produksi berlomba-lomba menyuguhkan karya terbaik mereka untuk memberikan sajian baru. Baik dari segi genre maupun cerita. Seperti halnya film ‘Buffalo Boys’.
Film ini menjadi layar lebar pertama bergenre western yang hadir di Indonesia. Berangkat dari cita-cita sang sutradara yang sekaligus menjabat sebagai penulis skenario dan produser Mike Wiluan untuk menggarap film bergenre tersebut.
“Ide dasar sudah dari beberapa tahun lalu. Ketika saya kecil, saya suka sekali dengan genre western. Saya pikir kalau kita bisa buat film western di Indonesia gimana. Bikin cerita di era penjajahan Belanda paduin east dan west enggak supaya kaku dan aneh-aneh ada flow-nya,” ucap Mike usai press screening di CGV Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (18/7/2018).
Plot Film
“Buffalo Boys” menceritakan tentang dua kakak beradik yang merupakan anak seorang Sultan, Jamar (Ario Bayu) dan Suwo (Yoshi Sudarso) yang ingin membalaskan dendam ayahnya yang dibunuh oleh Van Trach (Reinout Bussemaker), kepala VOC di sebuah pedesaan.
Jamar dan Suwo dibantu paman mereka, Arana (Tio Pakusadewo) melampiaskan dendam tersebut, setelah mereka diasingkan bertahun-tahun di Amerika Serikat pada era wild west.
Sepulangnya ke tanah Jawa, mereka menemukan bermacam hal yang membuat miris. Mulai dari penyiksaan, kerja paksa, hingga pemerkosaan.
Seperti pada saat di tengah perjalanannya, Jamar, Suwo, dan Arana menemukan Fakar (Alex Abbad) anak buah Van Trach yang ingin memperkosa Sri (Mikha Tambayong) bersama segerombolannya. Dengan nyali besar dan kemampuan bela diri mumpuni, mereka berhasil menggagalkan percobaan pemerkosaan itu dan membawa Sri beserta kakeknya, Suroyo (El Manik) pulang ke kampungnya.
Ketika perjalanan menuju kampung Sri, mereka bertiga juga menemui banyak hal mengenaskan. Seperti mayat menggantung di tengah hutan, karena dianggap membangkang peraturan yang diberlakukan Belanda.
Untuk membalas budi, Suroyo mengajak trio tersebut ke desanya. Namun dari situ, konflik pun mulai terjadi. Fakar mengadu kepada Drost (Daniel Adnan), kaki tangan Van Trach.
Fantasy
“Buffalo Boys” bak cerita beberapa film cowboy seperti ‘Django Unchained’, ‘A Million Ways to Die in the West’, dan ‘Magnificent Seven’. Bedanya, film produksi Screenplay Infinite Films ini membumbuinya dengan fantasi.
Seperti judul film, jika cowboy menunggangi kuda, jagoan di ‘Buffalo Boys’ menunggangi kerbau, agar mewakili dari sisi Indonesia. Pevita Pearce membuat penonton takjub dengan aksinya di atas kerbau dan kemampuan memanahnya.
Juwo dan Jamar juga menunggangi kerbau ketika ingin membantai pasukan Van Trach. Sayang, kerbau di film ini tidak terlalu diekspos. Keduanya hanya menunggangi kerbau sampai pintu gerbang markas Van Trach, tidak seperti perkiraan penulis berkelahi atau baku tembak di atas kerbau.
Tak hanya sekedar menyuguhkan aksi laga, tapi juga ada kisah cinta, kehormatan, kebencian, dan harapan. Drama di film ini tersaji ketika benih-benih cinta antara Suwo dan Kiona mulai tumbuh. Apalagi, Suwo rela berkorban demi wanita yang dikaguminua itu.
Secara keseluruhan, film “Buffalo Boys” cukup menghibur dan bisa mewarnai perfilman Indonesia menjadi lebih variatif. Hanya kekurangannya adalah sound effect atau musik sepanjang film berdurasi 110 menit ini, sehingga kurang membuat penonton hanyut dalam suasana.
“Buffalo Boys”, film ini sudah diputar di world premiere Fantasy International Film Festival 2018, di Montreal, Kanada, Minggu (15/7/2018) waktu Indonesia. Diputar di studio utama, film tersebut mendapat apresiasi dengan kapasitas kursi 700 penonton yang hampir penuh.
Sebelum tayang serentak di bioskop Tanah Air pada 19 Juli 2018, film ini terlebih dulu diputar pada New York Film Festival pada 14 Juli 2018. Selain sederet nama di atas, film ini juga dibintangi oleh Hannah Al Rashid (Adri), Donny Damara (Sakar), Zack Lee (Koen), Sunny Pang (Leung), Donny Alamsyah (Arana muda), Mike Lucock (ayah Suwo dan Jamar) serta Happy Salma (Seruni).