Ceknricek.com — Bahasa Jawa merupakan salah satu medium yang umum digunakan masyarakat Pulau Jawa dalam komunikasi sehari-hari. Khususnya bagi masyarakat di Jawa Timur dan Tengah. Namun tahukah Anda, ada masyarakat beberapa negara di berbagai belahan dunia yang juga berbahasa Jawa.
Migrasi suku Jawa yang dimulai dari zaman kolonial, membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar negeri. Berikut 6 negara yang menggunakan bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa keseharian mereka.
Malaysia
Jawa di Malaysia. Sumber: Geet
Warga suku Jawa di Malaysia menempati jumlah yang sangat signifikan. Bahkan, di negara bagian Selangor dan Johor, warga suku Jawa berjumlah hampir 20% dari total populasi. Masyarakat Jawa di Malaysia saat ini merupakan generasi ke empat atau lebih. Beberapa wilayah di Johor bahkan bernama Parit Jawa, dimana suasana bahasa Jawa di sana sangat kental. Beberapa warga Melayu etnis Jawa juga menduduki posisi strategis di negeri kerajaan ini, mulai dari birokrat hingga para menteri.
Kelompok Musik Cempuling, gemerasi ke 4 dari keturunan Jawa di Malaysia. Sumber: Antara
Singapura
Jawa di Singapura. Sumber: wikipedia
Negara ini dulunya merupakan salah satu bagian Malaysia, yang kemudian memisahkan diri pada tahun 1963. Sejumlah orang Jawa didatangkan ke Singapura sejak 1825. Seperti halnya di Malaysia, kedatangan orang jawa ke Singapura diperkirakan bersamaan dengan kedatangan mereka ke Malaysia. Kampong Jawa, di tepi sungai Rochor, adalah tempat pemukiman pertama orang Jawa di Singapura. Selain Kampong Jawa, Kallang Airport Estate dikenal sebagai tempat pemukiman orang Jawa juga. Di Kallang, mereka hidup berdampingan dengan orang Melayu dan Cina.
Lee kuan Yew Pendiri Singapura yang menurut sejarah adalah orang Jawa. Sumber: Tribun
Suriname
Jawa di Suriname. Sumber: ini baru
Suriname merupakan sebuah negara republik yang terletak di Benua Amerika, lebih tepatnya di bagian Timur Laut Amerika Selatan. Pada mulanya, Suriname memiliki nama Guyana Belanda karena merupakan negara bekas jajahan Belanda. Namun pada 25 November 1975, negara ini memproklamasikan kemerdekaannya dari berganti nama menjadi Suriname. Banyaknya orang Indonesia, terutama orang Jawa menjadikan mayoritas warga di Suriname adalah orang Jawa. Hingga saat ini bahasa Jawa masih dipergunakan. Namun yang menjadi bahasa nasional di Suriname bukanlah bahasa Jawa, melainkan bahasa Belanda.
Jawa di Suriname. Sumber: Kumparan
Belanda
Petrus Josephus Zoetmulder Salah satu Profesor dari Belanda yang banyak meneliti tentang sastra Jawa dari Belanda. Sumber: angkringan
Belanda menjadi gudang dari orang atau pakar yang punya minat khusus terhadap keberadaan bahasa Jawa. Universiteit Leiden, universitas tertua di Belanda yang didirikan 1575 salah satu di antaranya. Di universitas yang didirikan Pangeran Willem van Oranje, tempat dari sekitar 17 ribu mahasiswa menimba ilmu, masih bisa dilihat naskah-naskah kuno berhuruf Jawa atau sastra Jawa kontemporer yang masih terawat.
Kaledonia Baru
Masyarakat keturunan Jawa di kaledonia. Sumber: Dokumen Widyarka Ryanata
Kaledonia Baru adalah sebuah negeri seberang laut milik persemakmuran Perancis, di Samudra Pasifik bagian selatan dengan ibu kotanya yang bernama Noumea. Penduduk asli pulau ini adalah suku Kanak dari ras Melanesia. Migrasi orang jawa ke Kaledonia juga sama dengan kepindahan orang jawa ke Suriname.
Migrasi pertama orang Jawa ke Kaledonia Baru terjadi pada tahun 1896, yaitu ketika 170 keluarga Jawa yang diperkerjakan dan mendarat di pelabuhan kota Noumea. Diperkirakan, saat ini sekitar .7000 hingga 11.000 orang keturunan berbagai etnis Indonesia tinggal di Kaledonia baru. Walhasil, orang Jawa di Kaledonia tetap menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari hingga sekarang.
Kepulauan Cocos
Museum di pulau Cocos. Sumber: Intisari
Kepulauan Cocos (Keling) adalah kepulauan yang terdiri dari dataran rendah berkarang koral. Kepulauan ini sekarang merupakan wilayah teritorial Australia. Mayoritas penduduk pulau ini adalah orang Melayu, yang mana mereka sehari-hari berbicara dalam bahasa Melayu. Di dalam logo kepulauan tersebut terdapat tulisan berbahasa Melayu: Maju Pulau Kita.
Dari keseluruhan orang melayu ini, tak sedikit dari mereka yang berasal dari etnis Jawa. Konon para keturunan dari Jawa ini masih memegang budaya Jawa, bahkan pada golongan tuanya masih banyak yang menggunakan bahasa jawa pada kehidupan sehari-hari. Karena itu, tidak heran Australia pernah menjadikan gambar wayang kulit sebagai gambar di perangko nasional Australia.
Banyak juga wayang-wayang di Pulau Cocos ini dibuat dengan menggunakan bahan kulit ikan hiu yang sudah di keringkan. Saat ini kepulauan Cocos menjadi destinasi wisata yang diminati di Australia dengan khas suasana Islami yang amat kental.