Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Ketahuan Selingkuh di Konser Coldplay, Segini Harta Kekayaan CEO Astronomer Andy Byron
  • Trump Gugat Taipan Media Rupert Murdoch Rp163 Triliun Gegara Berita Jeffrey Epstein
  • Ayah Sarwendah Tan Meninggal Dunia
  • Harga Emas Antam Meroket
  • Jersey Baru Lamine Yamal Laku Keras, Barca Untung Rp 189 M
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

Tambang Emas Tembakau Madura Minus Keadilan Sosial

Mei 15, 20253 Mins Read

Maka, saat kita bicara tentang tambang emas Madura, marilah jangan hanya terpaku pada hasil panen, tapi pada siapa yang menanamnya

Ceknricek.com–Madura. Sebuah pulau tanpa gunung emas, tembaga, atau nikel seperti Papua. Tapi jangan salah, pulau ini punya tambang emas yang lebih harum —tembakau.

Namun seperti banyak kisah sukses di negeri ini, yang menikmati kekayaan itu bukanlah mereka yang memeras keringat menanamnya. Di balik harum tembakau Madura, terselip kisah getir tentang ketimpangan dan keadilan yang tak kunjung tiba.

Farid Ma’ruf, pengkaji Lemhannas RI, dalam artikelnya di Disway menyebut bahwa meski tak punya tambang emas, Madura menyimpan ladang-ladang Campalok —tembakau unggulan yang bisa menembus harga Rp5 juta per kilogram.

Tembakau tumbuh subur di tanah Sumenep dan Pamekasan. Bahkan Madura menjadi lumbung tembakau nasional. Ironisnya, meski menyumbang porsi besar dari pendapatan cukai tembakau negara, para petaninya justru tercecer di pinggiran.

Madura ibarat negeri dalam dongeng, bukan karena glamor, tapi karena absurd. Petani tembakau meneteskan peluh di tanah tandus demi hasil panen yang tak selalu setimpal. Dan tiap musim panen, harga kerap terjun bebas. Para tengkulak seolah menjadi tuan pasar, sementara petani cuma bisa pasrah.

Setiap tahun, Madura menyumbang miliaran rupiah lewat cukai hasil tembakau. Tapi mari kita tanya: ke mana larinya dana bagi hasil cukai itu (DBHCHT)? Jawabannya sering kali membuat kepala pening. Dana lebih banyak digunakan untuk pengawasan rokok ilegal dan program kesehatan, sementara petani hanya kebagian remah-remahnya.

Pabrik-pabrik raksasa seperti Gudang Garam dan Sampoerna terus menikmati untung besar. Petani tembakau? Mereka tetap bergelut dengan nasib dan musim.

Tapi jangan salah. Bagi petani Madura, tembakau bukan sekadar komoditas. Ia adalah pusaka budaya. Seperti ditulis Farid Ma’ruf, tembakau adalah “aroma peluh nenek moyang dengan kadar nikotin yang kuat.” Ia bukan hanya tanaman, tapi identitas, cuaca, dan musim.

Kini muncul harapan baru: koperasi petani berbasis desa. Mungkinkah ini jalan keluar? Mungkinkah pula muncul Koperasi Merah Putih, yang memutus dominasi tengkulak dan memperkuat posisi tawar petani?

Tapi lagi-lagi, semua ini hanya akan jadi wacana jika pemerintah tak berpihak. Jika kebijakan tetap disusun untuk kenyamanan para pemilik modal, bukan kesejahteraan petani kecil, koperasi pun bisa jadi hanya mimpi di siang bolong.

Ironisnya, negara bisa dengan bangga memamerkan triliunan pendapatan cukai, sementara petani yang menyumbang pendapatan itu justru hidup dalam ketidakpastian.

Farid menulis tegas: “Keadilan fiskal bukan hanya soal bagi-bagi dana, tapi memastikan bahwa semua yang menghidupi negeri ini—termasuk petani tembakau Madura—tidak ditinggalkan di barisan belakang.”

Karena itu, pemerintah semestinya menjadikan DBHCHT bukan sekadar alat kontrol, tapi sarana pemberdayaan. Misalnya, mengalokasikan sebagian dananya untuk riset dampak kesehatan dan ekonomi dari konsumsi tembakau. Ini bukan hanya soal menjaga kesehatan masyarakat, tapi juga membuka ruang inovasi dan kesejahteraan bagi petani.

Contohnya bisa dilihat dari inisiatif “Rumah Sehat” di Malang, hasil kajian seorang profesor Universitas Brawijaya, yang mengembangkan filter rokok yang konon bisa mengurangi dampak buruk merokok. Meski masih perlu verifikasi ilmiah, ini menunjukkan potensi besar inovasi lokal.

Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, pernah menulis soal ini, menyoroti pentingnya dukungan terhadap riset yang memberi alternatif bagi perokok dan membuka peluang baru bagi petani.

Maka, mendukung riset semacam ini seharusnya jadi prioritas. Ini tak hanya menurunkan risiko kesehatan, tapi juga memberi petani jalan menjadi bagian dari solusi, bukan hanya bagian dari masalah.

Tembakau Madura mungkin bukan emas dalam pengertian biasa, tapi bagi petani, itu adalah sumber hidup. Dan sudah saatnya mereka turut menikmati hasil jerih payahnya.

Jika negara mengantongi triliunan dari tembakau, maka negara pun wajib menjamin kesejahteraan para petani yang menanamnya.

Maka, saat kita bicara tentang tambang emas Madura, marilah jangan hanya terpaku pada hasil panen, tapi pada siapa yang menanamnya. Sebab di balik sehelai daun tembakau Madura, tersembunyi harapan, sejarah, dan keadilan yang masih harus diperjuangkan.

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 15/5/2025

Penulis: Cek&Ricek.com

Editor: Cek&Ricek.com

#Tambang #tembakau madura
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Ikatan Sosial Runtuh (4/5)

Pendelegasian Wilayah Udara Ex FIR Singapura dalam Perspektif Ilmu Politik

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Geng Abu Shabab (3/5)

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Tak Lagi Dikenali (2/5)

Ketika Jin Bikin Gara-Gara

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Menembus Batas (1/5)

Add A Comment

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Sedang Tren

Ketahuan Selingkuh di Konser Coldplay, Segini Harta Kekayaan CEO Astronomer Andy Byron

Harta kekayaan CEO Astronomer, Andy Byron menarik diulas pada artikel ini. Andy Bryon menjadi perhatian publik usai videonya bersama kepala HRD, Kristin Cabot.

Trump Gugat Taipan Media Rupert Murdoch Rp163 Triliun Gegara Berita Jeffrey Epstein

Juli 19, 2025

Ayah Sarwendah Tan Meninggal Dunia

Juli 19, 2025

Harga Emas Antam Meroket

Juli 19, 2025

Jersey Baru Lamine Yamal Laku Keras, Barca Untung Rp 189 M

Juli 19, 2025

Kebakaran Rumah di Tebet, 4 Anak Dinyatakan Tewas

Juli 19, 2025

Umumkan Kehamilan di Luar Nikah, Ini Profil Erika Carlina

Juli 19, 2025

Ridwan Kamil dan Lisa Mariana Sepakat Tes DNA

Juli 19, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.