Ceknricek.com--Saya dibesarkan oleh tradisi Muhammadiyah yang sangat kental karena keluarga besar kakek dan nenek dari pihak ayah memegang posisi tertinggi di Muhammadiyah Kalimantan Tengah pada saat saya masih kecil. Saya juga berguru dari para Yai-Yai Nahdlatul Ulama (NU). Semua membentuk cara berpikir, bersikap dan bertindak saya, terutama tentang keteguhan hati dan kekritisan, juga respek dan sayang terhadap sesama manusia dan alam.
Jujur saat kecil, masih sangat kecil, saya sempat bingung soal Qunut dan tidak Qunut, kapan hari raya karena perbedaan pendekatan hilal dan rukyat, perbedaan rakaat saat salat tarawih, serta pendekatan modern versus tradisional. Semua itu kadang masih membingungkan, walau sesekali saya berharap ada titik temu dari dua organisasi keagamaan besar yang membesarkan saya secara hati dan pikiran ini. Jadi jika pas ada sesuatu yang "ketemu" misalnya tanggal hari raya yang sama, saya bahagia; Bahagia karena ada "pertemuan'" tanpa saya perlu merasa terbelah atau mendadak bersikap "sok menghargai" kiri-kanan.
Sewaktu kawan-kawan di Pengurus Besar NU (PBNU) beberapa bulan lalu mengeluarkan kata setuju "menerima tawaran" kelola tambang, saya yang sejak lama beraktivitas pada pemberdayaan masyarakat dan ekologi merasa makjeb. Sempat melongo....dan sedihnya lumayan. Terasa ada duri menusuk dalam di hati.
Namun, masih ada harapan supaya ormas-ormas keagamaan lain punya suara berbeda. Dan memang ada yang segera mengatakan "tidak". Saya mulai tersenyum bahagia.
Lalu mendadak beberapa waktu lalu ada cicitan burung yang mengatakan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah sedang "pikir-pikir" untuk ikut menerima. Nah lho. Rasanya deg-deg plus. Kayak ketiban sesuatu yang bikin lunglai dan sempoyongan. Dan kini, kabar itu semakin kencang bahwa PP Muhammadiyah juga punya kecenderungan kuat untuk mengikuti jalur yang diambil PBNU. Aduh, makin lunglai, meski ada rasa tetap tak percaya. Ah masa sih?
Sembari menunggu kabar pasti itu, saya memilih untuk menenangkan hati, dan berdoa sekeras dan sekencang mungkin; Berdoa jangan sampai titik temu terkini antara NU dan Muhammadiyah ternyata pada TAMBANG.
Yogyakarta, 26 Juli 2024
Editor: Ariful Hakim