Bertemu Bapak Kotak Kosong Indonesia | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day

Bertemu Bapak Kotak Kosong Indonesia

Catatan Ilham Bintang


Ceknricek.com — “ SAYA ini seumpama ikan, sudah habis-habisan diolah dengan berbagai cara memasak. Digoreng, direbus,  dipanggang, dibakar, bolak - balik. Begitu selama setahun,” kata  Danny Pomanto, Walikota Makassar, Kamis (19/7) siang di ruang kerjanya di Balai Kota, Makassar.   

Setahun yang dimaksud adalah masa ketika ia memutuskan untuk maju kembali dalam Pemilu Walikota Makassar 2018.

Baru dua minggu lalu KPUD menetapkan pemenang Pemilu Walikota Makassar adalah Kotak Kosong. 

Kotak Kosong? Yup! Baru pertama kali  dalam sejarah pemilu di Tanah Air. Terjadi di Makassar,  di wilayah pemerintahannya. Pesta demokrasi  sekali lima tahun. Semestinya membuat semua rakyat suka cita,  bergembira ria. Tapi bagi Danny Pomanto bagai neraka. Betapa tidak. Selama setahun itu dia harus hadapi upaya kriminalisasi dirinya. Kantornya bolak- balik digeruduk polisi, dia dipanggil dan diperiksa berkali-kali.  Dia menganggap itulah operasi massiv untuk tujuan menghancurksn kredibilitasnya, menghancurkan  nama baiknya. Dengan begitu dia diharapkan menyerah. Mimpi jadi walikota lagi pun, tidak.

Tuduhan kepada Danny serius: diduga memanfaatkan jabatannya untuk  praktek korupsi.  Padahal, sampai hari ini  tidak satupun dari dugaan itu terbukti.

Pangkal soal tampaknya ini. Pada Pilkot Makassar, Danny Pomanto maju sebagai petahana berpasangan dengan Indra Mulyasari Paramastuti. Di atas kertas perhitungannya Diami — begitu tagline paslon ini— bakal unggul. Dia petahana. Berprestasi. 

Survei lembaga manapun menempatkan dia selalu pada posisi bagus. Strong votersnya 53 %. Popularitasnya 70 %. Sebangun dengan angka perolehan elektabilitasnya.  Dia mestinya tinggal duduk manis. Apalagi ada delapan partai politik yang mengusungnya. Namun, pihak lawan politiknya justru membanting Danny dengan menggunakan bobotnya sendiri. Berbagai macam isu disebar. Selain isu korupsi, money politik, delapan parpol yang mendukungnya ditenggarai menarik uang mahar untuk mengusungnya.

Menjelang hari H, paslon Diami pun masuk “neraka”.  Diami didiskualifikasi oleh KPUD. Pembagian ponsel tempo hari kepada camat dianggap sebagai money politik. Dengan alasan itulah KPUD menggugurkannya sebagai peserta Pilkot. 

“ Apa salahnya? Tidak  ada hubungan dengan Pilkot. Itu program lama, tahun lalu. Itu peralatan komunikasi. Lumrah walikota menjalin komunikasi intensif dengan camat-camat, dengan perangkat kerjanya,” papar Danny.

Lawan Paslon Diami adalah Munafri Arifuddin- Andi Rahmatika Dewi.  Amat kuat. Kuat uang. Kuat kekuasaan. Makanya dijuluki “ pembunuh raksasa”

“ Saya cuma anak lorong, kasian,” ujar Danny merendah dalam logat Makassar.

Tagline lawannya : Appi Cicu. Appi dari nama akrab Munafri, sedangkan Cicu,  nama akrab pasangannya. 

Appi, CeO PSM,  menantu pengusaha nasional Aksa Mahmud. Notabene  menantu kemenakan Wakil Presiden Jusuf Kalla. 

Rumors yang mengaitkan paslon ini dengan kekuasaan pemerintah pusat sungguh mengerikan. Ini merusak agenda reformasi. Semua pilar, yang seharusnya menjaga demokrasi terlibat secara terang-terangkan untuk memenangkan Appi-Cicu. Sulit kita percaya Jusuf Kalla, sosok  demokratis dan tokoh penting perdamaian kelas dunia ini mau merusak demokrasi dengan melibatkan dirinya sekedar jabatan walikota. Meski Appi itu keluarganya. Kemungkinan namanya hanya dicatut oleh relawan dan aparat di level lapangan.

Keterlibatan  istana Wapres kukuh dipertahankan oleh sebagian masyarakat di Makassar karena berbagai temuan di lapangan. Indikasinya sikap aparat Polri. Juga lembaga penyelenggara pemilu, seperti KPUD. Bahkan juga sikap delapan parpol pendukung Diami yang last minute serempak menarik dukungannya.

“ Itu kejadian kesebelas dari dua belas musibah yang menimpa kami selama setahun,” cerita Danny. 

Musibah keduabelas? “Diskualifikasi itu,”  ujarnya.

Injury  Time

Pengalaman  yang tidak akan terlupakan bagi Danny ketika delapan parpol yang pendukungnya menarik dukungan. Itu terjadi hanya satu hari sebelum penutupan pendaftaran Paslon di KPUD.

Satu hari saja waktu yang tersisa untuk mengumpulkan KTP supaya bisa maju sebagai calon independen. 

“ Alhamdulillah, Tuhan menolong. Dalam waktu hanya beberapa jam, jumlah dukungan KTP terpenuhi.  Sore kami sudah masukkan di KPUD. Dan, dinyatakan memenuhi syarat sebagai paslon,” kisah Danny.

Sakit ditinggal Parpol?

“ Ya, sakitnya tuh di sini,” sahutnya sambil menunjuk dada.

Apakah betul Anda ditarik uang mahar sama Parpol itu?

Danny diam. Tidak mau menjawab.

Kotak Kosong

“Bukan, Pak. Saya bukan inisiator kotak kosong. Kotak kosong itu ketentuan UU. Pemilu  yang diikuti hanya satu paslon, otomatis lawannya kotak kosong. Ada enam belas paslon melawan kotak kosong waktu Pilkada. Hanya di Makassar saja yang menang. Di tempat lain semua kotak kosong kalah,” urai Dani. 

Saya memang menyebut dirinya inisiator kemenangan kotak kosong karena begitu lah opini kuat di dalam masyarakat Makassar. Nama Danny sangat populer sebagai simbol demokrasi. Simbol perlawanan rakyat secara konstitusional. Bukan hanya di Makassar, melainkan seluruh Indonesia. Maka itu saya memberinya gelar “ Bapak Kotak Kosong Indonesia.”

“ Jangan kasian. Ini nanti bikin macan bangun lagi. Jangan pak,” elaknya. Dia memang tetap tampil rendah hati.

Danny punya argumen kuat mengapa kemenangan kotak kosong 53% berbanding paslon Appi-Cicu sekitar 47 %.

“Strong voters saya memang begitu angkanya. Pas,” paparnya. 

Apapun Makassar sudah bikin sejarah. Bikin tonggak demokrasi di masa depan.  Makassar membuktikan adagium “suara rakyat suara Tuhan”. Tidak ada yang kuasa membendungnya. Ini pelajaran berharga buat siapa pun. Kekuatan uang dan kekuatan kekuasaan yang tidak digunakan  pada tempatnya. Terselubung maupun terang-terangan. Akan menorehkan luka yang dalam. Balasannya perih. Rakyat melawan. Perlawanannya konstitusional. Kotak kosong menjadi seperti bernyawa, bertenaga, punya tangan menerima kertas - kertas rakyat pemilih.

Danny tampak kurus waktu saya temui di ruang kantornya. 

Tapi ia mengaku tidak sakit hati hadapi duabelas tahap kriminalisasi dirinya. Tidak ada dendam dalam kamus hidupnya.

Arsitek berusia 54 tahun ini sejak 4 Juni dilantik kembali menjadi Walikota Makassar. Ia bertekad melanjutkan pekerjaannya. Pemilu Walikota Makassar akan diselenggarakan 2020. Sesuai ketentuan, Danny masih bisa maju. Dia akan maju. Bekal pengalamannya luar biasa. Dia lolos dari lubang jarum. 

“ Kayak orang mati yang hidup kembali, “ komentar pendukungnya. Tidak banyak politisi yang punya pengalaman seperti dia. Memang sayang, kalau pengalaman yang lalu membuatnya jera.




Berita Terkait