CNR INDONESIA MOVIE RATING 0007: KAIN KAFAN HITAM | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Kain Kafan Hitam

CNR INDONESIA MOVIE RATING 0007: KAIN KAFAN HITAM

IMR & AMR

NILAI IMR
(Indonesia Movie Rating)
4 : Terserah
5 : Biasa Saja
6 : Cukup
7 : Lumayan
8 : Menarik
9 : Bagus
10 : Luar Biasa

NILAI AMR
(Anjuran Menonton Rating)
4 : Membuang Waktu dan Uang
5 : Tunggu, tak Perlu Ditonton
6 : Boleh Nonton kalau ada Waktu
7 : Memenuhi Syarat Tontonan
8 : Asyik sebagai Hiburan
9 : Direkomendasikan untuk Ditonton
10 : Jangan Lewatkan!

IMR 007
KAIN KAFAN HITAM
Dikubur Hidup-hidup dalam Gulungan Gorden
Ulasan : Yan Widjaya

Credit Title

Produksi : Lingkar Film
Produser : Girry Pratama, Ratu Rachman
Sutradara : Yudhistira Banyuadji, Maxime Bouttier
Cerita & Skenario : Girry Pratama
DOP : Patrick Lavado
Para Pemain : Maxime Bouttier, Haico Van Der Veken, Shandy William, Claudy Putri, Ajun Prawira, Egi Fedly, Ike Muti, Jessica Lucyana Taroreh, Rayhan Cornelis, Elsa Diandra, Liliek Andraini
Genre : Horor
LSF : Untuk 17 Tahun ke Atas
Durasi : 76 Menit
Tayang : Mulai 14 Februari 2019


KAFAN adalah sebutan untuk kain belacu putih yang membungkus rapat jenazah dari kepala sampai ujung kaki sampai tiga lapis menjadi pocong saat dikebumikan secara agama Yahudi dan Islam. Pocong kemudian menjelma menjadi sebutan hantu yang paling ditakuti di Indonesia. Kenapa demikian?
“Ya,” jawab Rudi Soedjarwo, sutradara yang syuting film Pocong pertama pada tahun 2006, “Karena 80 persen orang Indonesia tahu betul hidupnya kelak akan berakhir sebagai bungkusan pocong.”
Film Pocong pertama itu diproduseri Leo Sutanto, dibintangi antara lain oleh Kinaryosih dan Dwi Sasono. Namun setelah filmnya selesai dan siap beredar, ternyata dilarang Lembaga Sensor Film hingga sampai hari ini belum pernah tayang di bioskop. Apa yang mendasari pelarangan tersebut?
“Karena mengorek luka lama, bersetting huru-hara dalam bulan Mei 1998,” dalih HM Johan Tjasmadi mewakili LSF pada era itu. Memang film tersebut berlatar belakang peristiwa hitam paling biadab dalam sejarah Republik Indonesia kendati difiksikan. Ada sebuah toko kelontong yang dijarah gerombolan pengacau, bukan cuma hartanya dirampok habis, juga seantero keluarga pemiliknya dibantai, setelah kaum perempuannya diperkosa secara brutal.


Hantu Pocong hanya popular di sini, di luar negeri sama sekali tak dikenal. Bayangkan bila berkeliaran di Amerika, bisa segera diringkus gangster Mafia dan dibuang ke sungai, bila muncul di Hong Kong langsung ditembak kepalanya oleh bandit Triad. Bahkan di Arab pun tidak ada, karena setelah dikubur dalam gurun pasir, paling satu-dua pekan jasadnya sudah punah.
Sudah disebutkan di atas kafan lazimnya kain berwarna putih, lambang kesucian, namun judul film ini justru Kain Kafan Hitam. “Inilah yang menarik, karena memang judul merupakan daya tarik pertama bagi sebuah film,” kilah Maxime Bouttier, bintang muda kelahiran Prancis berusia 25 tahun yang sudah bermain dalam 25 film, serta memulai debutnya sebagai seorang sutradara.


Selain menyutradarai bareng Yudhistira Banyuadji, Maxime juga bermain sebagai pemeran utama pria. Lawan mainnya, sang pemeran utama wanita, Haico Van Der Veken, malah baru untuk pertama kalinya main film.
Maxime sudah mencoba memasukkan berbagai unsur pakem film horor, antara lain: rumah tua, pohon besar angker, kursi goyang yang bergerak sendiri, anak kecil yang terperangkap dalam kamar tertutup, sosok hantu wanita bergaun putih berwajah mengerikan yang merangkak di tangga, dan lain sebagainya. Namun semua adegan tersebut sudah pernah ada dalam puluhan film horor sebelumnya. Perlu diketahui, sepanjang tahun 2018 kemarin telah beredar 130 film Indonesia di bioskop, termasuk di antaranya 40 judul horor! Ada yang diproduksi dengan benar dan baik serta berbujet mahal, sebaliknya tak sedikit pula yang terkesan dibuat asal jadi dengan biaya ala kadarnya.


Jadi kalau saja film ini beredar misalnya satu dekade lalu, kemungkinan masih bisa menarik banyak penonton, khususnya dari segi cerita dan jump scared scene (adegan yang bikin terkejut-kejut). Tapi kalau sekarang ya terasa klise, sangat biasa, bahkan ketinggalan zaman.

Foto: Antaranews

Horor Klise
Bandung, mahasiswi Evelyn, membawa dua adiknya, Maya dan Arya, pindah rumah, setelah orang tua mereka tewas dalam kecelakaan, dan rumah mereka disita bank. Kekasihnya, Bimo, berusaha membantu, hingga mendapat sebuah rumah tua di luar kota.


Bimo bersama dua sahabatnya, Angeline dan Roy, sejak awal merasa ada yang kurang beres dengan rumah itu. Memang benar, Evelyn dan adik-adiknya mengalami teror-horor sepanjang malam. Maka Bimo bertiga pun menginap di situ untuk menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi.


Evelyn mendapat vision, penglihatan gaib, tentang apa yang pernah terjadi di masa lalu. Pemilik rumah tersebut semula adalah seorang janda ningrat. Putera tunggalnya memilih menikahi pacarnya, seorang gadis biasa yang terlanjur hamil. Ketika si putera pergi, sang menantu mengalami pendarahan dan jatuh terguling dari atas loteng. Sang ibu mertua bukannya menolong, malah menugasi tukang kebunnya untuk membungkus tubuh si menantu dengan kain gorden hitam dan menguburkannya di bawah pohon besar. Padahal sang menantu belum benar-benar meninggal! Maka arwah penasarannya menjadi hantu gentayangan dan mengadukan nasib malangnya kepada Evelyn.


Cerita selanjutnya dengan mudah bisa ditebak oleh semua penonton. Namun yang kurang masuk nalar sehat adalah adegan penutup (spoiler!), ketika kain hitam yang sudah lapuk dan bolong-bolong dikembalikan ke fungsinya semula, sebagai gorden penutup jendela besar. Aduh, kebangetan betul!
***
Nilai IMR   : 4.2
Nilai AMR  : 4


...

Untuk Iklan dan Partnership:
Whatsapp: 0816710450



Berita Terkait