Love is A Bird, Cinta Itu Membebaskan | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Thomas Rizal/Ceknricek.com

Love is A Bird, Cinta Itu Membebaskan

Ceknricek.com -- Sutradara Richard Oh kembali meluncurkan karya film teranyarnya, Love is A Bird pada tahun ini. Rencananya, film dengan genre drama romantis ini akan dirilis, Kamis (14/11). 

"Film ini menceritakan bagaimana seni mencintai yang harus membebaskan orang yang kita cintai. Kisah cinta yang tak mudah ini tentunya dikemas dengan menarik, karena mengandung unsur-unsur seni dalam pembuatan plot cerita," kata Richard Oh saat konferensi pers peluncuran film di Kawasan Epicentrum, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (11/11).

Film ini mengambil latar tempat di Jogja seperti Pantai Parang Tritis, Makan Imogiri dan Istana Air Yogyakarta. Pengambilan shooting film dilakukan langsung oleh Marsio Juwono, yang juga merupakan produser film ini.

Love is A Bird, Cinta Itu Membebaskan
Foto: Thomas Rizal/Ceknricek.com

Marsio Juwono mengaku bahwa pengambilan adegan film yang memiliki suasana kental adat keraton sempat mendapat beberapa hambatan. Tak heran apabila film ini butuh proses produksi hingga dua tahun. 

"Saat pengambilan gambar di Pantai Parang Tritis, Ibel Tenny yang berperan sebagai Naira keasyikan menari, tanpa menyadari dirinya berjalan menuju ke tengah lautan. Beruntung dirinya sempat ditarik oleh salah satu kru yang sedang bertugas," kata Marsio Juwono, yang sebelumnya juga terlibat dalam produksi film Sekte (2019) itu. 

Baca Juga: Trailer Film "Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan" Resmi Dirilis

Selain Ibel Tenny, film ini juga dibintangi oleh aktor Malaysia, Bront Palarae (Gundala, 2019) yang berperan sebagai Darma, lalu juga Ibnu Widodo yang berperan sebagai Jafran, juga Gemilang Sinatrya yang berperan sebagai Kirana. Film ini juga akan menghadirkan penampilan spesial dari Morgan Oey yang berperan sebagai Remi, seseorang yang mencintai Naira.

Love is A Bird, Cinta Itu Membebaskan
Foto: Thomas Rizal/Ceknricek.com

Film Love is A Bird juga menyajikan berbagai kejadian alam yang tertangkap oleh kamera seperti pantulan cahaya petir yang memperlihatkan keindahan cahaya saat prosesi shooting sedang berlangsung. Adegan demi adegan diambil dengan penempatan waktu yang tepat, yang sangat diperhatikan saat proses shooting sedang berjalan. 

"Karya seni merupakan hal yang tidak punya batasan, jika karya seni memiliki batasan maka itu bukan seni yang menghasilkan keindahan. Kami memang melakukan cara pengambilan gambar yang menarik supaya penonton dapat merasajan bagaimana makna yang ingin disampaikan oleh film ini," ucap Marsio Juwono.

Film berdurasi 85 menit ini disebut-sebut terinspirasi dari buku Please Follow Me karya Sophie Calle dan Jean Baudrillard. Film ini berada dalam naungan Timeless Pictures dan Metafor Pictures.

BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait