Malaikat Jibril Masih Bertugas Hingga Sekarang | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Malaikat Jibril Masih Bertugas Hingga Sekarang

Ceknricek.com -- Sejumlah pasangan, tanpa malu-malu, memamerkan foto-foto perselingkuhan mereka di medsos. Yang lelaki masih punya isteri dan anak. Begitu pula yang perempuan. Selain tidak malu, mereka tampak merasa bangga dengan kelakuan tidak senonoh itu. "Seluruh dunia" akan tahu. Mereka senang.

Seorang perempuan muda terkenal bercerita: satu kali dia tampil telanjang di depan temannya laki-laki. Pria itu tidak berusaha mendekat. Atau menyentuhnya. Perempuan itu "terkesan" dengan sikap lelaki tersebut. Yang berbeda dibanding laki-laki pada umumnya. Dia menyampaikan hal itu saat menjadi tamu di podcast dalam kanal Youtube seseorang.

Seperti itulah jika rasa malu sudah dicabut. Perempuan tanpa sungkan mengumbar auratnya yang seharusnya ditutupi. Mereka berkata-kata, bersikap dan berpenampilan tidak pantas. Mereka sengaja membuka aib. Itulah wujud dari "mutiara kelima" di muka bumi ini yang dicabut oleh malaikat Jibril.

Rasulullah SAW bersabda, “Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya atau rasa malu seluruhnya adalah kebaikan.” (HR Muslim). Suatu ketika Nabi Muhammad SAW menjumpai seorang yang sedang mencela saudaranya karena dia sangat pemalu, Nabi lantas bersabda, “Biarkan dia karena rasa malu itu bagian dari iman.” (HR Bukhari dan Muslim).

Suatu saat dalam kondisi sakit, baginda Rasulullah SAW bertanya kepada malaikat Jibril, “Wahai Jibril, akankah engkau masih turun ke bumi setelah aku tiada?” Mendengar pertanyaan baginda Nabi, dengan santun malaikat Jibril menjawab, “Masih, Ya Rasulullah. Aku masih akan turun ke bumi untuk mengambil 10 mutiara peninggalanmu.”

"Mutiara keempat" yang diambil oleh malaikat Jibril adalah rasa keadilan dari hati para pemimpin. Itu sudah kita lihat dan rasakan sekarang. Para penegak hukum berlaku tidak adil. "Hukum tajam ke bawah" tapi tumpul ke atas. Ketidakadilan sudah lumrah. Pengadilan tidak lagi berfungsi sebagai tempat untuk mencari kebenaran dan keadilan.

Contoh: Habib Rizieq Shihab ditahan polisi, dimasukkan ke dalam sel di tahanan Bareskrim. Dia dituduh melanggar protokol kesehatan, karena menimbulkan kerumunan sewaktu menikahkan anaknya di Jati Petamburan, Jakarta, 14 November 2020. Dia lalu disidang daring 8 Maret 2021 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Timur. HRS minta disidang offline seperti sidang kasus Djoko Tjandra. Namun ditolak. Adil.? Tidak.!

Kerumunan juga muncul ketika Ketua Badan Anggaran DPR RI HM Said Abdullah menikahkan anaknya di Sumenep, Madura,14 Maret 2021. Sebagian jalan umum ditutup. Kader PDIP itu menyebar 20.000 undangan: Rekor selama pandemi Covid-19. Apakah polisi menahan dia.? Tidak.! Adilkah.? Tidak.!

Rasulullah SAW dalam sabdanya menyampaikan bahwa yang membinasakan orang-orang terdahulu adalah hukum yang tidak ditegakkan dengan adil. Jika orang yang terpandang atau memiliki kedudukan melanggar hukum tidak dihukum. Tapi jika rakyat biasa yang melanggar hukum maka hukum ditegakkan.

"Mutiara keenam" yang dicabut adalah rasa sabar dari orang fakir. Kemiskinan merupakan ujian bagi seseorang. Apakah dia sabar menghadapi ujian tersebut.? Ada orang fakir yang terpuji. Yakni mereka yang ridho dan sabar atas kemiskinannya, dengan tetap berusaha mencari nafkah, wara dan bertakwa. Mereka menolak rezeki yang haram. Mereka akan masuk surga jauh mendahului orang-orang kaya dengan jarak waktu 500 tahun.

Bila orang miskin tidak sabar, dia akan sering mengeluh, sedih, tidak ridho. Marah. Bahkan mungkin dia akan nekad: mencari rezeki dengan segala cara. Tidak perduli halal haram. Misalnya, dia akan mencuri. Mencopet. Bahkan merampok. Atau menjadi kurir narkoba. Seperti ZN (36), pelaku penjambretan wanita tua di Tamansari, Jakarta, melakukan kejahatan dengan mengajak anak dan istrinya agar tidak dicurigai warga.

Sesungguhnya Islam memuliakan orang miskin yang baik. Yang bertakwa. Rasulullah SAW bersabda, "Ya Allah hidupkanlah aku sebagai seorang miskin, matikanlah aku sebagai seorang miskin, dan giringlah aku pada hari kiamat bersama kelompoknya orang-orang miskin.“ (HR At-Tirmidzi). 



Berita Terkait