Membaca Sekilas Hidup Karl Marx | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber : Foundation for Economic Education

Membaca Sekilas Hidup Karl Marx

Ceknricek.com -- Dia dapat menulis dalam bahasa Jerman, Inggris dan Prancis dengan sangat bagus. Dia membaca Dante dalam bahasa Italia dan membaca Demokritos dalam bahasa Yunani. Dia mengerti bahasa Belanda dan Hongaria, Denmark sekaligus bahasa Spanyol.

Dialah Karl Marx, seorang filsuf, ekonom, sejarawan, pembuat teori politik, sosiolog, jurnalis dan sosialis revolusioner asal Jerman yang lahir tepat pada tanggal hari ini, dua ratus satu tahun silam. Persisnya, 5 Mei 1818.

Masa Kanak dan Pendidikan Marx

Karl Marx di kota Trier, wilayah tenggara Jerman yang terletak persis di perbatasan Kekaisaran Romawi pada masa kuno. Trier merupakan sebuah kota Katolik, namun pengaruh gagasan liberal mulai masuk ke kota itu karena dekatnya Trier dengan perbatasan Prancis. Marx merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Ayahnya, Bauruch Marx (kemudian dibaptis menjadi seorang Kristen dan mengganti nama menjadi Heinrich) merupakan seorang sarjana hukum keturunan Yahudi yang cukup berhasil dalam karier di pengadilan. Marx memiliki teman-teman yang menganut paham liberal seperti dirinya, di antaranya Johan Hugo Wyttenbach, kepala sekolah Trier Gymnastium, tempat Marx muda bersekolah.

Pengalaman sekolah tak meninggalkan kesan yang mendalam dalam diri Marx. Ia tidak pernah lagi berhubungan dengan teman-teman semasa sekolahnya dulu dan mengecam sistem pendidikan di Prusia “hanya untuk menciptakan tentara-tentara yang baik.” Marx kemudian memasuki dunia perkuliahan di kota Bonn, tidak jauh dari Trier.

Kuliah di Bonn tidak menghasilkan banyak kemajuan untuknya, bahkan Marx sering berperilaku buruk seperti berkelahi dan berutang. Setelah satu tahun kuliah di Bonn, ayahnya kemudian mengusulkan Marx untuk pindah ke Universitas Berlin dan mengambil jurusan hukum. Marx menjadi mahasiswa di Berlin selama lima tahun.

Pada tahun 1841 dia memutuskan untuk menyerahkan tesis doktoralnya ke Universitas Jena, bukan ke Universitas Berlin. Perpindahan ini dimungkinkan karena proses ujian di Universitas Jena relatif cepat. Topik inti dari tesis Marx ialah ajaran filosofis Demokritus dan Epikurus mengenai alam. Pada tesis ini telah terlihat tanda-tanda bahwa Marx lebih mengutamakan filsafat materialisme Epikurus diatas doktrin-doktrin Demokritus yang lebih tua.

Catatan-catatan yang ada di dalam tesis tersebut memuat ide-ide yang yang bisa dianggap sebagai versi-versi awal dari tema-tema pemikiran Marx yang lebih matang dan banyak menghiasi gagasan-gagasannya kemudian. Setelah lulus, ia kemudian menjadi penulis di koran radikal-liberal  di Prusia, Rheinische Zeitung.

Konon Marx pertama kali ikut berkontribusi di surat kabar ini melalui tulisan berjudul “Debates on Freedom of the Press and Publication of the Proceedings of the Assembly of the Estate” yang ia kirim tepat di hari ultahnya yang ke dua puluh empat, 5 Mei 1842. Lima bulan kemudian, sebagian berkat ketajaman tulisan-tulisannya, Marx kemudian diangkat sebagai editor di surat kabar tersebut.

Meneladani Pemikiran Karl Marx

Meneladani Marx dan membaca Marxisme dalam hal ini bukan demi terlihat gagah, apalagi pongah serta menakutkan bagi banyak orang. Namun dengan terus membaca serta memikul tugas maha berat memanggul kembali harapan Marx untuk mengubah dunia yang lebih berkeadilan dan damai bagi seluruh umat manusia.

Sumber : Wikipedia

Meminjam istilah Roy Murthado dikutip lewat Indoprogres, meneladani Marx bukannya dengan beringsut dari persoalan mutakhir sebagaimana seorang Marxis militan hanya memberi solusi revolusi dengan slogan: "apapun masalahnya revolusi solusinya" yang persis sama dengan iklan di tv, "apapun makanannya teh botol sosro minumnya."

Membaca Marx mesti  juga didekati sebagai ilmu, bukan sebagai sebuah dogma, yakni dengan mampu untuk aktif menjawab persoalan-persoalan baru yang terus berkembang sekaligus menjadi seseorang yang terbuka dengan banyak gagasan-gagasan baru yang datang belakangan jauh setelah Marxisme muncul.

Marx memang seorang filsuf, kritiknya terhadap ekonomi kapitalis sebenarnya juga datang dari pandangan filsafatnya. Namun Marx juga seorang sosiolog dan ahli ekonomi yang tahu betul tentang ekonomi kapitalis. Menurut Shindunata, dalam Dilema Usaha Manusia Rasional (1982;42), Marx sebenarnya mencoba berhenti untuk berfilsafat dan menjadi sosiolog dan ahli ekonomi yang sesungguhnya.

Meski demikian, Marx tetap tinggal sebagai seorang filsuf sampai akhir hidupnya, yang menurut buku tersebut, pendeknya telah terjadi peralihan dari filsafat ke suatu teori masyarakat. Kelak inilah yang akan menjadi salah satu ujaran dari pemikiran Karl Marx  yang  paling terkenal “para filsuf hanya menafsirkan dunia dengan caranya masing-masing, padahal yang terpenting adalah mengubahnya.”

Njoto, juga pernah menulis dalam Marxisme sebagai ilmu (1958), “Sebagai seorang pemikir, Marx sangat hati-hati dan cermat, Ia tak akan membicarakan sesuatu yang belum dipelajarinya dengan sungguh-sungguh. Marx juga tak pernah menerbitkan satu pun karya sebelum meninjaunya kembali berulang-ulang hingga menemukan bentuk yang paling tepat. Bahkan, Marx tak pernah muncul di depan publik sebelum ia memiliki persiapan yang cukup”.

Sebagai seorang filsuf, bagi Marx, selain bahasa yang menjadi senjata dalam perjuangan hidup, buku adalah hal yang sangat penting baginya. Tak jarang ia kurang makan roti, namun tak pernah ia kurang makan bacaan. Masih dari sumber yang sama, Njoto menuliskan, buku di rumah Marx cukup banyak, yakni berbagai jenis buku yang dia himpun dengan teliti selama beberapa puluh tahun.

Dikutip dari Reminiscences of Marx, Paul Lafargue pernah menulis,“Ke mana saja dia (Marx) datang, ke Berlin atau London, ke Amsterdam atau Paris, banyak sekali dia menggunakan waktu untuk “menjelajahi” isi bibliotek dari museum-museum di kota-kota tersebut. Ada sarjana-sarjana yang hampir-hampir menjadi budak dari buku. Marx lain sama sekali. Dia pernah mengatakan begini: Buku “adalah budakku, dan dia harus mengabdi aku sekehendakku”

Menurut Njoto, ada lima tingkat amalan untuk meneladani cara kerja ilmiah Karl Marx, yakni; penyelidikan, percobaan atau eksperimen, pencatatan, perenungan, dan penyimpulan, atau penggeneralisasian. Untuk kepentingan pekerjaan ilmiahnya inilah, Marx kemudian mempelajari banyak bahasa, baik bahasa Spanyol, Yunani, Belanda, Perancis, dll.

Bahkan, ketika berusia 50 tahun  bagi Marx, ia merasa masih cukup muda untuk mulai mempelajari bahasa Rusia, dan enam bulan kemudian dia sudah pandai menikmati syair-syair Puskin serta novel-novel Gogol dalam bahasa aslinya. Sebuah pukulan telak sebenarnya, bagi kita generasi sekarang yang kurang sekali apresiasinya terhadap bahan bacaan.

Perpindahan ke Paris dan Petemuan dengan Engels

Ketika Koran Rheinische Zeitung ditutup tahun 1843, Marx akhirnya pindah ke Paris dan hidup di sana, dengan sebelumnya menikahi Jenny von Westphalen seorang bangsawan Protestan dari Jerman. Kepindahannya dari Jerman ini merupakan awal dari perubahan-perubahan radikal dalam kehidupan Marx. Tulisan-tulisan paling awal setelah kepindahan ini dikenal sebagai “Naskah-Naskah Paris” atau “Ekonomi-Filosofis”.

Marx, Engels, Jenny dan Keluarga. Sumber : Intellectual Takeout

Di sanalah Marx kembali bertemu dengan Frederich Engels untuk kedua kalinya dan memulai kerjasama sepanjang hayat yang menggetarkan dunia. Sebelumnya, Marx dan Engels bertemu di surat kabar tempatnya bekerja di tahun 1842, Engels dikenalkan pada Marx oleh seorang ideolog komunis terpandang pada masa itu, Moses Hess.

Menurut Ritzer, dalam Teori Sosiologi (2012;51) Kendati Marx dan Engels memiliki kesamaan orientasi teoritis, ada banyak perbedaan antara kedua orang tersebut. Marx cenderung lebih teoritis, intelektual dan acak-acakan, dan sangat berorientasi pada keluarga. Engels adalah pemikir praktis, seorang pengusaha yang rapi dan cermat, serta orang yang tak percaya pada institusi keluarga.

Marx dan Engels. Sumber : Wikipedia

Namun, ditengah-tengah perbedaan tersebut, Marx dan Engels membangun persekutuan yang kuat tempat mereka berkolaborasi menulis di sejumlah buku dan artikel. Bahkan, Engels menopang Marx sepanjang hidupnya sehingga Marx dapat mengabdikan diri untuk petualangan politik dan intelektualnya.

Akhir Hayat

Tahun 1852, Karl Marx memulai studi terkenalnya tentang kondisi kerja dalam kapitalisme di British Museum. Studi-studi ini kelak akan menghasilkan tiga buah jilid buku agungnya, Das Capital. Jilid pertamanya terbit pada tahun 1867, dan  dua jilid lainnya terbit setelah ia meninggal.

Makam Karl Marx. Sumber : The Atlantic

Marx meninggal pada tanggal 18 Maret, 1883. Dari pernikahannya dengan Jenny, ia akhirnya dikaruniai tujuh anak, namun karena hidup dalam kondisi buruk saat mereka tinggal di London, hanya tiga yang mencapai usia dewasa. Dalam pemakamannya Engels berpidato bahwa perjuangan merupakan salah satu unsur dari seorang Marx. Tidak berlebihan memang,  karena ia merupakan sedikit dari filsuf-pejuang yang mampu mengaitkan antara teori dan praksis.

Dikutip dari Isaiah Berlin, Biografi Karl Marx, Pustaka Promothea (2000; 431-432) Engels menulis seperti berikut; “Perjuangan adalah salah satu unsur Marx. Dan ia berjuang dengan suatu semangat, suatu kegigihan dan suatu keberhasilan yang hanya sedikit orang yang dapat menyamainya… dan karenanya menjadi orang yang paling dibenci dan paling banyak difitnah pada masanya… ia meninggal, dicintai, dipuja dan ditangisi oleh berjuta-juta teman-teman pekerja yang revolusioner dari pertambangan-pertambangan di Siberia sampai pantai-pantai California, di semua tempat-tempat di Eropa dan Amerika… namanya dan karyanya akan terus abadi sepanjang zaman”. 

Selamat Ulang tahun Kamerad. (Dirangkum dari berbagai sumber).



Berita Terkait