Mengenal Tuanku Abdul Rahman, Bapak Kemerdekaan Malaysia | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Ilustrasi: Alfiardy/Ceknricek.com

Mengenal Tuanku Abdul Rahman, Bapak Kemerdekaan Malaysia

Ceknricek.com -- Di Indonesia, dikenal beberapa tokoh yang dijuluki bapak bangsa alias the founding fathers yang memperjuangkan kemerdekaan bangsa dari penjajahan bangsa asing. Beberapa nama yang cukup dikenal seperti, Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Moh. Yamin, Sjahrir, dan yang lain.

Sementara itu, di negeri tetangga serumpun, Malaysia, juga dikenal tokoh kemerdekaan negeri Jiran dari penjajahan Inggris. Adalah Tuanku Abdul Rahman, yang merupakan, Perdana Menteri pertama Malaysia. Ia meninggal hari ini, 29 tahun yang lalu tepatnya pada 6 Desember 1990.  

Kisah Awal Tuanku Abdul Rahman

Tuanku Abdul Rahman lahir pada 8 Februari 1903 di Istana Tiga Tingkat Alor Setar, Kedah. Ia merupakan putra ketujuh dari Sultan Negeri Kedah, yakni Sultan Abdul Hamid Halim Shah dengan istri keempatnya, Makchhe Manjelara.

Abdul Rahman dibesarkan di lingkungan istana, dan sebagaimana pergaulan-pergaulan pangeran lainnya pada waktu kecil, kebebasan bermainnya pun cukup terbatas hanya di lingkungan istana saja. Barulah setelah ia beranjak dewasa diperbolehkan bergaul dengan dunia luar.

Sang pangeran mendapat pendidikan formal pada usia enam tahun melalui pendidikan bahasa Melayu di sekolah Melayu Alor Setar. Selain itu ia juga mempelajari Bahasa Inggris dari seorang guru privat  yang didatangkan oleh ayahnya ke istana. Barulah satu tahun kemudian ia disekolahkan di sekolah Inggris kerajaan di Kedah.

Mengenal Tuanku Abdul Rahman, Bapak Kemerdekaan Malaysia
Sumber: Wikipedia

Umur delapan tahun, pada 1913 Abdul Rahman kemudian dikirim ke Siam untuk menempuh pendidikan di Debsisrindir. Di sana ia belajar bahasa Inggris dan Siam bersama dengan kakak laki-lakinya, Tuanku Yusuf, yang kemudian meninggal dalam perang Dunia Pertama .

Dua tahun di negeri Siam, pada 1915, Abdul Rahman terpaksa kembali ke Kedah dan melanjutkan studi di Penang Free School. Di sekolah ini ia gemar mengikuti kegiatan olahraga dan menjadi anggota tim pramuka junior. Meski demikian, prestasi akademiknya kurang begitu baik.

Baca Juga: Kiprah Sutan Mohammad Rasjid, Buronan Negara Penyelamat Negeri

Tahun 1919, Abdul Rahman mendaftar beasiswa kepada pemerintah Kedah untuk meneruskan studi di St. Catharine's College di Universitas Cambridge. Ia kemudian lulus dengan gelar Sarjana Muda Sastra (sejarah) pada tahun 1925. Setelah kembali ke Malaya, ia meneruskan studi lagi dengan mengambil fokus hukum, namun ia gagal menempuh ujian.

Mengenal Tuanku Abdul Rahman, Bapak Kemerdekaan Malaysia
Sumber: Istimewa

Di tengah masa studinya ini, sebagaimana para pendiri bangsa di dunia yang mendapatkan ilham setelah menempuh pendidikan di Eropa, Abdul Rahman kemudian membentuk persatuan antar pemuda melayu yang bernama Melayu Great Britain pada 1926. 

Organisasi itu sendiri selain bertujuan untuk mempererat hubungan mahasiswa perantauan di Eropa juga sebagai organisasi pergerakan untuk menggalang kekuatan bawah tanah dari rongrongan penjajahan Inggris di Malaya. Tahun 1929, ia diangkat sebagai sekretaris organisasi tersebut.

Kembali ke Malaysia dan Karier

Tahun 1931, setelah pulang ke Malaya, Abdul Rahman diterima bekerja sebagai pejabat pelatihan di kantor Penasihat Undang-Undang Kedah. Pada akhir tahun yang sama ia dipindahkan ke Kulim sebagai sekretaris pejabat jajahan.

Sejak bekerja di Tanah Airnya sendiri ini, Abdul Rahman dikenal cukup dekat dengan masyarakat dalam membantu mereka, sehingga ia sering terlibat perselisihan dengan para perwira pemerintahan kolonial Inggris. Meski demikian, karena ia merupakan putra sultan, maka tak ada yang berani mengganggunya.

Mengenal Tuanku Abdul Rahman, Bapak Kemerdekaan Malaysia
Sumber: Gettyimages

Baca Juga: Mengenang Perjuangan Tuanku Imam Bonjol di Era Kolonial 

Beberapa tahun kemudian harus kembali ke Inggris untuk meneruskan studi. Namun tidak lama berselang Perang Dunia II meletus pada September 1939, setelah ia menyelesaikan studi hukumnya dan terpaksa harus kembali ke Malaya. 

Satu dekade berjalan, pada 1949, dia kemudian bekerja di pengadilan dan ditunjuk sebagai wakil jaksa penuntut umum di Departemen Hukum Federal Malaya. Namun jabatan ini ia tinggalkan pada 1951, ketika ia mulai meniti karier di politik dan menjadi presiden Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) yang belakangan mempelopori aliansi dengan Asosiasi China Melay dan Kongres India Melayu yang memenangkan pemilihan legislatif pada 1955.

Kemerdekaan dan Berpisahnya Singapura

Pada 31 Desember 1956, Abdul Rahman memimpin misi ke London untuk menegosiasikan kemerdekaan Melayu. Setelah beberapa kali perundingan, anggota delegasi Malaya kemudian berhasil membujuk Inggris menandatangani Perjanjian Merdeka (Independent Treaty) di Lancaster House London.

Perjanjian ini menyatakan bahwa Malaya akan mendapatkan kemerdekaan pada akhir agustus 1957. Janji pun ditepati oleh Inggris. Pada 31 Agustus 1957, warga Malaya menyaksikan bendera Union Jack milik Inggris diturunkan dari lapangan Merdeka Kuala Lumpur, dan bendera Federasi Malaysia dikibarkan. Abdul Rahman pun segera diangkat menjadi Perdana Menteri pertama di negeri tersebut.

Mengenal Tuanku Abdul Rahman, Bapak Kemerdekaan Malaysia
Sumber: Istimewa

Meski demikian, dengan penambahan Singapura sebagai salah satu negara federasi tersebut ternyata menjadi bencana tersendiri bagi Malaysia setelah masuknya gelombang warga Cina di wilayah Jiran. Terlebih setelah terjadi berbagai kerusuhan pada dekade 1960-an, hingga  Singapura memisahkan diri dari federasi dan mendeklarasikan kemerdekaannya pada 9 Agustus 1965.

Empat tahun berselang, Rezim Abdul Rahman runtuh pada 1969, ketika Partai Aliansi kehilangan sebagian besar dukungan dalam pemilihan umum tahun itu. Ia juga kehilangan dukungan dari orang-orang terdekatnya di UMNO yang sangat kritis terhadap kepemimpinannya. 

Pada 22 November 1970, Abdul Rahman kemudian mengundurkan diri dari posisi Perdana Menteri dan UMNO pada tahun berikutnya. Setelah masa-masa ini ia kemudian mulai mengasingkan diri dari perpolitikan hingga menghembuskan nafas terakhirnya pada 6 Desember 1990 pada usia 87 tahun.

BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.


Editor: Thomas Rizal


Berita Terkait