Rasionalisme Rene Descartes | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto : PPMI Pakistan

Rasionalisme Rene Descartes

Ceknricek.com -- "I desire to live in peace and to continue the life I have begun under the motto 'to live well you must live unseen; masked, I advance.”--- Rene Descartes.

Untuk hidup dengan baik, Anda harus hidup tanpa terlihat. Kalimat dan motto hidup dari seorang Descartes di atas mungkin bertolak belakang dengan kehidupan manusia sekarang. Bagaimana tidak, dalam kehidupan bermasyarakat modern, apalagi dalam medan pemilu yang semakin panas ini, semua orang ingin dikenal. Semua berbondong-bondong memperkenalkan diri, bahkan dengan cara yang tidak estetik dan elegan sekalipun.

Berjalanlah ke jalan raya, lewati rambu lalu lintas, berhentilah di sana ketika lampu menyala merah, lalu lihatlah sekeliling. Berapa banyak spanduk dan reklame di sekeliling Anda yang sebenarnya membuat jalanan semakin carut marut dan menyebalkan. Mungkin mereka seharusnya belajar dari Descartes, bahwa untuk hidup dengan baik Anda harus hidup “unseen” tidak dikenal.

Sumber : Davidtripp.wordpress.com

Padahal, sebagai seorang matematikawan dan filsuf, ia adalah orang mashyur yang mampu mengubah paham filsafat Barat modern dan diangap sebagai Bapak Filsafat Modern. Filsuf Besar dari Perancis tersebut lahir tepat pada tanggal hari ini, 31 Maret 1596, di La Haye, sebuah kota kecil yang terletak di antara Tours dan Poitiers.

Filsuf dan Matematikawan

Rene Descartes di waktu muda bersekolah di Yesuit, College La Fleche. Begitu umur dua puluh dia dapat gelar ahli hukum dari Universitas Poitiers walau tidak pernah mempraktikkan ilmunya sama sekali. Meskipun Descartes memperoleh pendidikan baik, tetapi dia yakin betul tak ada ilmu apa pun yang bisa dipercaya tanpa matematik.

Karena itu, dia bukannya meneruskan pendidikan formal, melainkan ambil keputusan untuk berkeliling Eropa dan melihat dunia dengan mata kepala sendiri. Dari tahun 1616 hingga 1628, Descartes betul-betul melompat ke sana ke mari, dari satu negera ke negara lain. Dia masuk tiga dinas ketentaraan yang berbeda-beda (Belanda, Bavaria dan Honggaria).Tetapi tampaknya dia tidak pernah ikut bertempur samasekali.

Ia juga mengunjungi Italia, Polandia, Denmark dan negeri-negeri lainnya. Dia menghimpun apa saja yang dianggapnya merupakan metode umum untuk menemukan kebenaran. Ketika umurnya tiga puluh dua tahun, Descartes memutuskan menggunakan metodenya dalam suatu percobaan membangun gambaran dunia yang sesungguhnya.

Setelah berkeliling dunia, ia menetap di Negeri Belanda dan tinggal di sana sekitar dua puluh satu tahun. Ia memilih Negeri Belanda karena dianggap menyediakan kebebasan intelektual yang lebih besar dibanding negara lain. Ia juga ingin menjauhkan diri dari Paris yang kehidupan sosialnya tidak memberikan ketenangan cukup.

Tahun 1641 Descartes menerbitkan bukunya yang masyhur, Meditations. Tiga tahun kemudian dilanjutkan dengan buku Principles of Philosophy (1644). Kedua buku itu aslinya ditulis dalam bahasa Latin dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahas Perancis pada tahun 1647.

Tahun 1649 Descartes menerima tawaran bantuan keuangan dari Ratu Christina, Swedia, agar datang ke negeranya dan menjadi guru pribadinya. Descartes amat kecewa ketika dia tahu sang Ratu ingin diajar pada jam lima pagi! Ia kecewa pada pada pengajaran ini karena ia punya kebiasaan bangun tidur siang hari. Konon ia hanya mengajar ratu tersebut selama lima kali pertemuan saja.

Selain dikenal sebagai filsuf, Descartes juga dikenal sebagai Renatus Cartesius dalam literatur berbahasa Latin. Ia mempersembahkan sumbangan yang penting yaitu penemuannya tentang geometri analitis, yang akhirnya dikenal sebagai pencipta “Sistem koordinat Cartesius”, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus modern dan kelak menyediakan jalan buat Newton dalam menemukan Kalkulus.

Saya Berpikir, Maka Saya Ada

Adagium dari Rene Descartes yang berbunyi “cogito, ergo sum” (saya berpikir, maka saya ada) merupakan diktum filsafat paling populer dan paling sering diucapkan sepanjang zaman. Popularitas diktum ini bahkan melampaui popularitas kejelasan makna dan maksud yang dikandungnya.

Dalam konsepsi Descartes, berpikir tidak sama dengan apa yang kita pahami sekarang. Baginya, berpikir bukanlah sebatas aktivitas yang terjadi dalam otak atau pikiran. Kata cogito mungkin lebih tepat diterjemahkan dengan kesadaran atau tindakan menyadari ; jadi, saya menyadari, karena itu, saya ada.

Bagi Descartes, pikiran atau cogito adalah segala sesuatu yang kita sadari terjadi dalam diri kita. “Dengan kata "pikiran“, saya memaksudkan segala sesuatu yang kita sadari sedang terjadi dalam diri kita, sejauh kita menyadarinya,“ (Principles of Philosophy - 195). Karena itu, setiap situasi dalam diri yang kita sadari, termasuk dalam cogito.

Sumber : Wikipedia

Yang penting, hakikat cogito adalah status kesadaran, dan bukan aktivitas melakukan sesuatu itu. Bisa saja kita melakukan sesuatu, tapi kita tidak menyadarinya, dan oleh karena itu aktivitas demikian tidak termasuk cogito.

Karena itu, mengatakan, misalnya, “saya berjalan, saya melihat, karena itu saya ada,“ itu belum pasti benar, sebab bisa saja, sebagaimana sering terjadi dalam mimpi, kita berpikir atau beranggapan bahwa kita melihat atau bahwa kita berjalan, sementara dalam kenyataannya semua itu tidak terjadi.

Oleh karena itu, apa yang tidak dapat diragukan bukan hanya proposisi "saya berpikir“, melainkan juga pernyataan-pernyataan langsung mengenai situasi kesadaran, yakni bahwa saya (menyadari) bahwa saya berjalan, saya melihat, saya meragukan, dan lain-lain. Satu-satunya kebenaran yang pasti adalah: saya berpikir/menyadari, karena itu, saya ada. Dan kesadaran (cogito) yang dimaksud Descartes di sini adalah segala sesuatu yang kita sadari sedang terjadi dalam diri kita.

Rene Descartes dengan gagasan-gagasannya di kemudian hari dikenal dengan aliran filsafat Rasionalisme yang akan memengaruhi filsafat modern. Yakni pengetahuan yang dapat dijadikan sandaran bersumber dari rasio atau akal. Tahun 1650 di bulan Januari ia terserang pneumonia akibat menghadapi kondisi kerja yang berat di Stockholm. Satu bulan kemudian, 11 Februari 1650 ia meninggal dunia.

Filosof sekaligus Matematikawan yang selama hidupnya hidup melajang tersebut akhirnya pergi meninggalkan dunia. Namun pemikirannya tetap abadi dan terus berpengaruh terhadap dunia filsafat.



Berita Terkait