Seru, Warga Sulawesi Selatan di Australia Adakan Bukber | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: Istimewa

Seru, Warga Sulawesi Selatan di Australia Adakan Bukber

Ceknricek.com-- Warga Sulawesi Selatan yang tergabung dalam Perhimpunan Keluarga Sulawesi Selatan Western Australia atau PKSS-WA mengadakan acara berbuka puasa bersama, Sabtu (23/3/24). Acara yang berlangsung di Perth, Australia Barat itu diadakan di gedung Glowrie Karawara.

Acara buka bersama dihadiri 80-an warga termasuk beberapa orang student dari University of Western Australia , Curtin University dan Murdoch University. Konjen RI di Perth, Listiana Operananta yang sedianya akan hadir, tidak bisa datang karena alasan kesehatan.Listiana diwakili oleh Anton Yudianto, Konsul Penerangan dan Sosial Budaya KJRI Perth.

Selain pembukaan oleh sekretaris PKSS, Ayudia Siregar, ketua PKSS-WA Muhadi Hamid Aly juga memberikan sambutan. Menurutnya, warga SulSel di Perth secara rutin bertemu setiap bulan. Rencananya, usai lebaran PKSS-WA juga akan mengadakan Halal Bihalal.

Acara juga diisi tausiyah oleh Ustaz Muhammad Khoerul Mubin, yang saat ini  sedang menyelesaikan studi Phd di University of Western Australia.

Selain minuman sirup melon, suguhan Coto Makassar jadi favorit tamu undangan. Bumbunya yang diracik oleh Daeng ILLO dibantu oleh istrinya banyak mendapat pujian. Ada beberapa tamu yang baru pertama kali menyantap Coto Makassar sangat terkesan dan tidak sungkan untuk menambah beberapa kali.

Foto: Istimewa

"Kalau ada lagi acara PKSS dan menunya Coto Makassar  please invite me. Tolong saya diundang,"kata Kevin warga Australia yang jadi salah satu tamu.

Salah seorang tamu yang tinggal di daerah utara kota Perth, harus berkendara hampir satu jam ke lokasi acara mengaku, ia sengaja datang berdua untuk ikut menikmati Coto Makassar.

Begitu juga Ryan Soerja Djanegara, yang beribukan orang Australia dan  ayahnya dari Bandung, datang bersama istri dan kedua anaknya. " Coto Makassar ini sangat enak. Jangan lupa undang kami di acara PKSS berikutnya"katanya.

Acara ditutup dengan sholat tarawih bersama yang dipimpin oleh ustadz Mubin.

Punya Masjid

Di Perth, walaupun lahan dan dana tersedia tapi untuk membangun satu masjid tidak gampang. Pemerintah setempat baru bisa memberi izin kalau semua masyarakat sekitarnya menyetujui. Celakanya, walaupun semua tetangga sudah menyetujui tapi jika ada satu yang tidak setuju, izin tidak bisa keluar.

Beda cerita kalau ada satu gedung yang sebelumnya sudah punya izin untuk tempat ibadah, misalnya gereja, kemudian dibeli. Masyarakat Indonesia dengan bantuan Aa Gym sudah memiliki masjid di daerah Langford. Masjid itu diberi nama AL-Latief Daarut Tauhid Centre.

Awalnya bangunan tersebut adalah gereja. Tetapi di belakangnya ada gereja besar sehingga lama lama jamaahnya semakin berkurang, hingga diputuskan untuk dijual.  Bangunan gereja itu kemudian diubah menjadi masjid.

Selain di Langford, masjid juga terdapat di daerah Cannington yang diberi nama Iqro Centre. Gedung ini terletak di tengah gedung-gedung usaha sehingga tidak susah untuk mendapatkan izin buat beribadah.

Karena alasan parkir yang sempit, Masjid Al Latief kini mulai membeli tanah disekitarnya. Sempitnya parkir ini membuat sholat Jumat diadakan dua kali, yaitu jam 12:00 dan yang kedua mulai jam 13:00. Itu pun harus pasang tenda di luar untuk bisa menampung jamaah.

Foto: Istimewa

Selama bulan ramadhan. Masjid Al-Latief menyediakan buka puasa dan sholat Tarawih bersama. Selain dari Al-Latief sendiri juga di banjiri donasi makanan dari masyarakat Islam dari luar yang berlomba-lomba mencari pahala di bulan Ramadhan.

Masyarakat Indonesia yang hadir mungkin cuma 30%. Sisanya dari Bangladesh, Pakistan, India,  Timur Tengah dan orang Australia yang sudah memeluk agama Islam.Di luar bulan ramadhan, setiap Sabtu pagi anak anak belajar mengaji.  Pengajarnya para sukarelawan.

Bisa dibilang kini di Perth sudah banyak tempat untuk sholat Jumat. Beberapa puluh tahun yang lalu cuma ada satu mesjid terletak di daerah North Bridge. Sekitar 2 kilometer dari pusat kota.

Perth Mosque itu dibangun ratusan tahun yang lalu oleh orang-orang Afghanistan yang di datangkan oleh pemerintah Australia dengan untanya untuk bekerja di daerah pertambangan di luar kota. Awalnya hanya  bisa menampung 50 an orang. Kini kapasitasnya menjadi ratusan orang setelah dibuat bangunan baru di sampingnya.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait