Toleransi: Antara Mitos dan Realitas di Tanah Air | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Toleransi: Antara Mitos dan Realitas di Tanah Air

Ceknricek.com--Dalam beberapa bulan terakhir, topik tentang terkikisnya toleransi di Indonesia menjadi trending, seolah-olah kita sedang menyaksikan episode terbaru dari sinetron kehidupan berbangsa. Berita tentang perpecahan dan ketegangan antarumat beragama seakan-akan menjadi bumbu penyedap bagi media, menciptakan sensasi yang tak kunjung padam. Namun, di tengah gempita konflik yang dipertontonkan, pertanyaannya adalah: di mana letak solusi yang cerdas dan berkelanjutan?

Toleransi: Kelemahan yang Dipertontonkan

Toleransi, kata yang sering kita dengar, kini mungkin hanya menjadi jargon dalam seminar-seminar megah atau bahan diskusi di kedai kopi. Mengapa kita tidak melangkah lebih jauh dengan memikirkan pendekatan yang lebih kreatif? Misalnya, mengapa tidak kita adakan festival "Kita Berbeda, Kita Satu" yang menggabungkan berbagai budaya dan agama? Mari kita berikan ruang bagi setiap individu untuk menunjukkan keunikan mereka dalam satu panggung besar.

Istimewa

Pendidikan: Kunci Pencerahan yang Terabaikan

Tentu saja, semua solusi itu harus berakar pada pendidikan. Di saat kita asyik meributkan siapa yang lebih toleran, kita lupa bahwa pendidikan yang inklusif bisa menjadi jembatan menuju pengertian. Mari kita ubah kurikulum kita! Ajak anak-anak mengenal berbagai agama dan budaya sejak dini, bukan hanya melalui buku, tetapi melalui pengalaman langsung misalnya, kunjungan ke rumah ibadah yang berbeda atau diskusi interaktif antara siswa dari berbagai latar belakang.

Media: Dari Sensasi Menuju Edukasi

Sebagai konsumen dan produsen informasi, kita pun perlu berbenah. Alih-alih mengejar klik dan views, media seharusnya menjadi agen perubahan. Bukankah lebih menarik jika berita tentang ketegangan di daerah menjadi sebuah narasi tentang bagaimana komunitas bisa bekerja sama? Menyajikan berita dengan sentuhan edukatif dan memberdayakan masyarakat bisa jadi pilihan yang jauh lebih berharga.

Kesimpulan: Toleransi yang Butuh Upaya Bersama

Toleransi bukanlah sesuatu yang bisa muncul dengan sendirinya. Kita harus menyadari bahwa upaya untuk membangun jembatan pengertian memerlukan kerja keras dan inovasi. Melalui pendidikan yang tepat, festival budaya, dan media yang bertanggung jawab, kita bisa mengubah wajah toleransi di Indonesia dari sekadar omongan menjadi tindakan nyata. Mungkin, pada akhirnya, kita bisa menemukan kembali makna sejati dari toleransi sebuah nilai yang tak hanya dibicarakan, tetapi juga dihayati.

Jadi, siapkah kita meninggalkan narasi lama dan menciptakan sebuah kisah baru tentang persatuan dan keberagaman di Indonesia? Waktunya untuk bertindak!!


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait