Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Ngantuk Cacing
  • Juventus Menang 2-0 Atas Parma
  • Pagelaran Sabang Merauke – The Indonesian Broadway 2025 “Hikayat Nusantara” Premiere Show Memukau Ribuan Penonton di Panggung Indonesia Arena
  • Rukun Digital Umrah-Haji
  • Remaja Difabel Rayakan Kebahagiaan Bersama di Konser Musik
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

Bencana Hancurnya Meritokrasi

Agustus 25, 20254 Mins Read
Foto: Istimewa
Hadits Nabi tentang menyerahkan urusan kepada ahlinya bukan sekadar pesan moral, melainkan panduan praktis untuk membangun peradaban yang maju

Oleh : Rahmat Mulyana

Ketika Jabatan Tidak lagi Diserahkan Kepada yang Berhak

Ceknricek.com–Indonesia tengah menghadapi krisis yang mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Krisis ini bukan hanya soal ekonomi atau politik semata, melainkan krisis fundamental yang menyerang fondasi tata kelola pemerintahan: hancurnya sistem meritokrasi.

Rasulullah SAW telah memperingatkan dalam haditsnya: “Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.” Peringatan ini terasa sangat relevan ketika menyaksikan realitas pemerintahan Indonesia hari ini, di mana jabatan-jabatan strategis kerap kali tidak diisi berdasarkan kompetensi, melainkan kedekatan politik, hubungan keluarga, atau pertimbangan lainnya yang jauh dari prinsip keahlian.

Parade Ketidakompetenan di Panggung Politik

Bukti nyata dari hancurnya meritokrasi dapat kita saksikan dari berbagai pernyataan dan tindakan pejabat yang mencengangkan publik. Mulai dari anggota DPR yang gagal dalam perhitungan sederhana hingga menteri urusan luar negeri yang kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Inggris di forum internasional.

Contoh lainnya terlihat dari pernyataan kontroversial seperti yang dilontarkan seorang Anggota DPR tentang sulitnya bermobil sejuk dari Bintaro ke DPR sementara rakyat setiap hari bergumul menyabung nyawa di Stasiun Manggarai, atau bahkan Menteri Pertanian yang membandingkan harga beras di Indonesia dengan di Jepang, sama sekali jauh dari sentuhan Nurani yang riil yang dihadapi rakyat.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah fenomena anggota legislatif yang lebih fokus pada peningkatan kesejahteraan dirinya padahal jam tangannya pun nilainya milyaran, sementara sulit sekali menelurkan Solusi bagi kesejahteraan kehidupan 280 juta rakyat Indonesia.

Tiga Bencana Akibat Hancurnya Meritokrasi

1.The Mediocrity of Leadership (Mediokrasi Kepemimpinan)

Ketika masyarakat terbiasa menyaksikan pemimpin berkualitas rendah, standar kepemimpinan nasional perlahan-lahan mengalami degradasi. Yang dulunya kita harapkan pemimpin berkaliber Bung Hatta atau Soedjatmoko, kini kita “bersyukur” mendapat pemimpin yang sekadar bisa berbicara di depan publik tanpa membuat kesalahan fatal.

Fenomena ini menciptakan spiral menurun yang berbahaya. Generasi muda melihat bahwa untuk menjadi pemimpin, tidak perlu memiliki visi yang jernih, kemampuan analitis yang tajam, atau dedikasi yang tinggi terhadap kepentingan publik. Cukup dengan koneksi politik dan sedikit kemampuan retorika alias menjilat.

12.Dunning-Kruger Collective (Kebodohan Massal)

Efek Dunning-Kruger yang terjadi secara kolektif ini sangat berbahaya bagi demokrasi. Ketika pejabat yang tidak kompeten tampil percaya diri di media massa, hal ini menormalisasi ketidaktahuan dan ketidakmampuan sebagai sesuatu yang wajar, bahkan menghibur.

Masyarakat yang tengah menghadapi tekanan ekonomi kemudian mencari pelarian dalam tontonan politik yang menghibur, bukan yang mendidik atau menyelesaikan masalah.

Akibatnya, terjadi pembiasaan terhadap standar rendah dalam kehidupan publik. Logika dan data dalam pengambilan keputusan tergantikan oleh sensasi dan popularitas sesaat.

3.Democratic Apathy (Apatisme Demokrasi)

Dampak paling destruktif adalah munculnya apatisme massal terhadap sistem demokrasi. Ketika rakyat menyaksikan pajak yang mereka bayar digunakan untuk menggaji pejabat yang tidak berkontribusi, bahkan cenderung merugikan, muncul perasaan putus asa dan ketidakberdayaan.

Generasi terbaik bangsa mulai kehilangan minat untuk terlibat dalam kehidupan politik atau bahkan memilih untuk meninggalkan Indonesia. Brain drain menjadi ancaman nyata ketika sistem tidak lagi menghargai merit dan prestasi.

Urgensi Mengembalikan Meritokrasi

Indonesia membutuhkan reformasi fundamental dalam sistem rekrutmen pejabat publik. Prinsip meritokrasi harus ditegakkan secara konsisten, mulai dari level RT/RW hingga presiden.

Beberapa langkah konkret yang perlu dilakukan:

Pertama, penerapan tes kompetensi yang ketat dan transparan untuk semua posisi publik, termasuk anggota legislatif. Tidak cukup hanya bermodalkan popularitas atau dukungan partai politik.

Kedua, peningkatan kualitas pendidikan politik bagi masyarakat agar dapat membedakan antara pemimpin yang kompeten dengan yang sekadar pandai berkampanye.

Ketiga, penguatan sistem kontrol dan evaluasi kinerja pejabat publik dengan indikator yang jelas dan terukur.

Keempat, penegakan sanksi yang tegas bagi pejabat yang terbukti tidak kompeten atau merugikan kepentingan publik.

Harapan bagi Masa Depan

Hadits Nabi tentang menyerahkan urusan kepada ahlinya bukan sekadar pesan moral, melainkan panduan praktis untuk membangun peradaban yang maju. Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, namun sistem yang ada saat ini tidak mampu mengoptimalkan potensi tersebut.

Saatnya kita bersatu menolak normalisasi ketidakompetenan dalam kehidupan publik. Masa depan Indonesia bergantung pada kemampuan kita mengembalikan prinsip meritokrasi dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Jika kita membiarkan tren ini berlanjut, maka peringatan Rasulullah akan menjadi kenyataan. Namun jika kita berani mengambil langkah tegas untuk mereformasi sistem, Indonesia masih memiliki peluang untuk bangkit menjadi negara yang dipimpin oleh orang-orang terbaik dan terkompetennya.

Pilihan ada di tangan kita: melanjutkan kemunduran atau memulai kebangkitan. Waktu untuk memutuskan semakin menipis.

#Mertitokrasi #politik Indonesia jabatan

Penulis: Rahmat Mulyana

Editor: Ariful Hakim

Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Ngantuk Cacing

Rukun Digital Umrah-Haji

Kematian Raya karena Cacing, Antara Negara yang Abai dan Omong Kosong Menkes yang Bukan Dokter

Kunci Segala Pintu

Noel’s Serakahnomics

Fakta Fakta Hasil Test DNA Anak Lisa Mariana

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply


Sedang Tren

Ngantuk Cacing

Di negeri yang rajin pamer pertumbuhan ekonomi dan suka mem-branding diri dengan “bonus demografi”, ada satu berita yang bikin mata mendadak segar meski kopi belum teguk. Seorang balita empat tahun di Sukabumi, Jawa Barat, meninggal karena cacingan.

Juventus Menang 2-0 Atas Parma

Agustus 25, 2025

Pagelaran Sabang Merauke – The Indonesian Broadway 2025 “Hikayat Nusantara” Premiere Show Memukau Ribuan Penonton di Panggung Indonesia Arena

Agustus 25, 2025

Rukun Digital Umrah-Haji

Agustus 25, 2025

Remaja Difabel Rayakan Kebahagiaan Bersama di Konser Musik

Agustus 25, 2025

Prabowo Anugerahi Haji Isam Bintang Mahaputera Utama

Agustus 25, 2025

Presiden Sambangi Kediaman Wapres Ma’ruf Amin, Teguhkan Semangat Persatuan Bangsa

Agustus 25, 2025

Resmi! BI Luncurkan QRIS Lintas Negara Indonesia-Jepang

Agustus 25, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.