Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Bukti Ilmiah Anak Lisa Mariana Bukan Anak Biologis Ridwan Kamil
  • Tolak Tawaran Bayern Munich, Garnacho Hanya Inginkan Chelsea
  • Bank Indonesia Kembali Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen
  • Hasil Tes DNA Ridwan Kamil Tidak Identik dengan Anak Lisa Mariana
  • Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Dapat Remisi 9 Bulan
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

Dualisme Pendidikan Dokter Spesialis: Saatnya Indonesia Menemukan Jalan Tengah

Agustus 20, 20253 Mins Read
Foto: Istimewa
Gugatan ke MK seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan wake-up call: alarm keras bahwa sistem pendidikan dokter spesialis harus dibenahi segera.

Oleh : Krismono Irwanto

Ceknricek.com–Apakah dokter spesialis di Indonesia harus ditempa oleh kampus, atau cukup di rumah sakit? Pertanyaan inilah yang kini mengguncang dunia pendidikan kedokteran nasional.

Gugatan uji materi yang diajukan Dekan Fakultas Kedokteran Unsoed, seorang dokter spesialis, dan mahasiswa ke Mahkamah Konstitusi (MK) membuka kembali perdebatan sengit tentang dualismenya pendidikan dokter spesialis dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

Di satu sisi, ada sistem university-based: dokter spesialis dididik oleh perguruan tinggi, dengan jaminan tridharma; pendidikan, penelitian, pengabdian. Di sisi lain, lahir sistem hospital-based: rumah sakit langsung mendidik spesialis dengan pola lebih praktis dan biaya sering kali lebih murah.

Masalahnya? Dua sistem berjalan paralel tanpa sinkronisasi, menciptakan ketidakpastian hukum, ketidakadilan biaya, dan potensi disparitas kualitas lulusan. Bagi calon dokter, ini membingungkan. Bagi masyarakat, ini bisa berbahaya.

Kebutuhan Mendesak: Dokter Spesialis Berkualitas dan Merata

Indonesia kekurangan dokter spesialis. Menurut data Kemenkes, rasio dokter spesialis terhadap jumlah penduduk masih jauh di bawah standar WHO. Sementara masyarakat, apalagi di daerah, menuntut akses layanan kesehatan spesialistik yang cepat, terjangkau, dan berkualitas.

Di sinilah paradoksnya:

University-based menjanjikan kualitas, tetapi biaya tinggi dan kuota terbatas.

Hospital-based lebih cepat menambah jumlah, tetapi dikhawatirkan mengorbankan standar akademik.

Seperti pepatah lama: “Kalau memilih salah satu, kita bisa kehilangan yang lain. Tapi kalau mampu menyatukan, kita dapatkan semuanya.”

Win-Win Solution: Jalan Tengah yang Bisa Ditempuh

Alih-alih memperpanjang tarik ulur, Indonesia perlu merumuskan solusi elegan. Berikut formula yang bisa menjembatani kepentingan semua pihak:

1.Model Hybrid RS–PT

Rumah sakit pendidikan boleh menyelenggarakan pendidikan spesialis, tetapi tetap di bawah kurikulum dan pengawasan universitas. Dengan begitu, tridharma akademik tetap terjamin, sementara praktek klinis intensif tetap berjalan.

2.Standarisasi Kompetensi Nasional

Lulusan, dari jalur manapun, wajib melalui sertifikasi kompetensi independen. Satu pintu, satu standar. Sehingga tidak ada spesialis “kelas A” dan “kelas B”.

3.Skema Pembiayaan Adil

Dibentuk Dana Khusus Pendidikan Spesialis: kolaborasi pemerintah, perguruan tinggi, rumah sakit. Ini memastikan akses yang lebih luas tanpa diskriminasi biaya.

4.Dewan Nasional Pendidikan Spesialis

Forum lintas sektor yang melibatkan Kemenkes, Kemendikbudristek, perguruan tinggi, rumah sakit, dan mahasiswa. Fungsinya: merumuskan, mengawasi, dan mengevaluasi implementasi. Transparan, inklusif, dan solutif.

5.Pilot Project & Evaluasi

Terapkan sistem hybrid di beberapa RS pendidikan unggulan, evaluasi hasilnya, lalu perbesar skala. Dengan begini, perubahan dilakukan bertahap, terukur, dan berbasis bukti.

Mengapa Ini Bisa Menjadi Momentum Nasional

Bayangkan jika Indonesia berhasil mengharmonikan sistem ini:

Mahasiswa tidak lagi pusing memilih jalur.

Rumah sakit tidak kehilangan peran.

Universitas tetap menjaga kualitas.

Masyarakat mendapatkan dokter spesialis yang cukup jumlahnya, tersebar merata, dan kompeten. Bahkan, model ini bisa menjadi benchmark global: sistem pendidikan dokter spesialis khas Indonesia yang efisien namun tetap akademik.

Penutup: Dari Polemik ke Kolaborasi

Gugatan ke MK seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan wake-up call: alarm keras bahwa sistem pendidikan dokter spesialis harus dibenahi segera.

Daripada memilih siapa yang salah atau benar, mari ambil sikap lebih dewasa: fokus pada kebutuhan bangsa; dokter spesialis yang banyak, terjangkau, dan bermutu.

Indonesia tidak butuh perdebatan tanpa ujung. Indonesia butuh solusi. Dan solusi itu ada di jalan tengah: hybrid, inklusif, adil, dan berstandar tinggi.

dokter kesehatan pendidikan spesialis

Penulis: Krismono Irwanto

Editor: Ariful Hakim

Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Omon-omon Serakahnomics

Pajak Picu Rakyat Bergolak

80 Tahun Indonesia Merdeka: Antara Harapan, Krisis Kepercayaan, dan Perbandingan Global

Menyambut Proklamasi 2025;Kemerdekaan dengan Kesetaraan di Depan Hukum

Merdeka Atau Mati

Kenangan Salemba Sobat Wina Armada

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply


Sedang Tren

Bukti Ilmiah Anak Lisa Mariana Bukan Anak Biologis Ridwan Kamil

Pusdokkes Polri telah melakukan serangkaian pemeriksaan dan analisis DNA antara mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK), Lisa Mariana, dan anak Lisa berinisial CA.

Tolak Tawaran Bayern Munich, Garnacho Hanya Inginkan Chelsea

Agustus 20, 2025

Bank Indonesia Kembali Pangkas Suku Bunga Jadi 5 Persen

Agustus 20, 2025

Hasil Tes DNA Ridwan Kamil Tidak Identik dengan Anak Lisa Mariana

Agustus 20, 2025

Istri Ferdy Sambo, Putri Candrawathi Dapat Remisi 9 Bulan

Agustus 20, 2025

Sri Mulyani Buka Suara Soal Videonya Viral Sebut Guru Beban Negara

Agustus 20, 2025

Omon-omon Serakahnomics

Agustus 20, 2025

Dualisme Pendidikan Dokter Spesialis: Saatnya Indonesia Menemukan Jalan Tengah

Agustus 20, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.