Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Son Heung-min Dikabarkan Akan Tinggalkan Tottenham 
  • Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto Resmi Bebas usai Diberi Abolisi dan Amnesti
  • PT WKM Ajukan Praperadilan Soroti Dugaan Kriminalisasi dan Penyimpangan Prosedur Hukum
  • PN Jakpus Hormati Keputusan Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti
  • Dawir Oknum Habib
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

Ghirah yang Kian Gersang

Juli 31, 20254 Mins Read
Foto: Istimewa

Di zaman ketika semua hal bisa dijadwal dan dijeda, hanya satu yang tidak boleh ikut-ikutan: iman.

Oleh: Ahmadie Thaha

Ceknricek.com–Ada yang tak biasa dari raut wajah sang profesor gaek pagi itu. Tatapannya tidak menatap buku, bukan pula meresapi tafsir; melainkan memandangi anak-anak muda di sekitar masjid, yang tampak lebih khusyuk memperbaiki filter wajah ketimbang memperbaiki wudlu mereka.

Tangannya yang sepuh menggenggam tasbih, tetapi pikirannya sibuk mencatat gejala sosial yang kian hari makin sulit disangkal: hilangnya ghirah beragama di tengah generasi yang katanya religius. Kesimpulan ini ditulisnya dengan singkat, lalu disebarnya ke media sosial.

Prof. Asep Usman Ismail bukan orang baru dalam dunia pendidikan Islam. Ia telah makan asam garam dari Ibtidaiyah hingga senat akademik. Tapi kali ini ia turun langsung ke medan umat, bukan untuk memberi seminar, melainkan untuk mengamati lebih dalam.

Ia menyimak denyut nadi iman yang perlahan-lahan terdengar seperti detak baterai handphone tua: nyaris habis. “Saya temukan penyakit yang krusial di kalangan anak muda generasi baru,” katanya dengan nada lirih, “dan bisa kronis kalau dibiarkan.”

Ia menyebutnya penyakit hilangnya ghirah beragama —sebuah istilah yang barangkali kini jarang terdengar di mimbar Jumat, apalagi dalam keseharian kita. Ini jenis penyakit sosial yang menghantui masyarakat dari zaman ke zaman.

Ghirah, kata Buya Hamka dalam bukunya Ghirah: Cemburu Karena Allah, adalah “semangat batin yang membuat seorang mukmin merasa gelisah bila syariat ditinggalkan, dan bangga bila ia bisa menegakkan agama.” Dalam satu kalimat terkenalnya, ia menulis:

“Orang yang tak lagi cemburu bila agamanya diabaikan, sejatinya telah hilang rasa cinta kepada-Nya.”

Sayangnya, cinta yang hilang itu kini disembunyikan dalam balutan konten Islami. Abai terhadap agama bukan lagi karena tidak tahu, tapi karena tak terasa penting. Maksudnya: abai dalam menjalankan perintah agama, sambil tetap merasa religius.

Para milenial bisa hafal nama-nama ulama dari thumbnail YouTube, tapi gemetar mencari arah kiblat saat baterai mati. Salat bukan lagi dimaknai sebagai dialog ruhani, tapi sekadar jeda beberapa menit di antara dua notifikasi.

Profesor Asep mencatat: generasi sekarang tahu agama, tapi sebatas wacana. Mereka bisa menjelaskan fikih tayamum dengan tiga dalil, tapi tetap memilih skip salat magrib karena nonton drama Korea yang “tinggal dikit lagi tamat.”

Bahkan ada yang dengan mantap berkata, “Nanti saya salat kalau sudah dapat feel-nya.” Entah sejak kapan ibadah harus menunggu mood. Seolah perasaan dan kewajiban agama bisa jadi variabel fleksibel untuk menentukan arah: ke jurang neraka Wail atau ke taman Surga.

Fenomena ini tidak muncul dari ruang hampa. Ia lahir dari pergeseran fungsi pendidikan agama. Yang tadinya menanamkan iman, kini sekadar menyampaikan informasi. Guru-guru agama dipaksa menyelesaikan silabus, bukan menyalakan hati.

Salat akhirnya hanya menjadi soal pilihan ganda, bukan panggilan suci. “Saya temukan,” katanya, “anak-anak bisa menjelaskan rukun iman, tapi tidak merasakan iman. Mereka tahu Allah Maha Melihat, tapi lupa bahwa kamera CCTV masjid juga melihat mereka rebahan waktu azan.”

Di rumah, agama diajarkan seperti menyuruh makan sayur: wajib tapi tidak disukai. Alih-alih mengajak anak ke masjid, orang tua justru berkata, “Kamu saja yang salat, Bapak masih capek.” Maka jangan heran bila ghirah itu menguap, karena yang ditiru lebih kuat dari yang diajarkan.

Kang Asep, sambil menghela napas panjang dan memandangi kalender Hijriah yang makin ditinggalkan, menawarkan jalan keluar yang tak muluk-muluk. Ia bilang, “Kita tidak butuh program hebat. Kita butuh hati yang terus dinyalakan agar senantiasa hidup.”

Ia memberi contoh: para guru di madrasah, atau ibu-ibu di rumah, hendaknya rajin menceritakan kisah-kisah yang menghidupkan iman. Kisah para pahlawan Muslim yang dulu membakar semangat umat sepanjang zaman patut jadi santapan anak-anak.

Salahuddin Al-Ayyubi yang tak pernah meninggalkan salat malam di tengah medan jihad, atau Muhammad Al-Fatih yang hafal Qur’an sebelum menaklukkan Konstantinopel —jangan sampai kalah pamor oleh tokoh anime yang bisa berubah bentuk kalau sedang marah.

Menurut Asep, generasi kita butuh kisah nyata, bukan sekadar fiksi manhwa. Di sebuah sore yang senyap, setelah berjamaah hanya berdua dengan marbot masjid, tak jarang ia menatap bangku-bangku kosong dan berbisik: “Kita sedang kekurangan bukan jamaah, tapi ghirah.”

Barangkali, sudah waktunya kita bertanya: mengapa generasi ini tahu agama, tapi tidak menghayatinya? Mengapa mereka hafal nama-nama surah, tapi tak tergugah oleh maknanya? Jawabannya, kata Buya Hamka, mungkin sesederhana ini:

“Iman yang tak diberi cinta akan menjadi beku. Dan ghirah yang tak dipelihara akan menjadi debu.”

Di zaman ketika semua hal bisa dijadwal dan dijeda, hanya satu yang tidak boleh ikut-ikutan: iman. Karena jika ghirah itu benar-benar mati, jangan salahkan mereka bila suatu hari nanti bertanya, “Salat itu wajib, ya? Masih relevan nggak sih?”

Dan ketika itu terjadi, barangkali satu-satunya yang bisa kita katakan hanyalah ungkapan penyesalan yang terlambat: “Maaf, kami terlalu sibuk mengajarkan agama, sampai lupa menghidupkan dan menyalakan iman di dada.”

Esai ini saya tulis sebagai bentuk keprihatinan, bukan cercaan. Didedikasikan kepada Prof. Asep Usman Ismail, Buya Hamka, dan setiap guru kehidupan yang terus menyalakan ghirah di tengah gelombang gawai dan ghibah.

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 31/7/2025

Penulis: Ahmadie Thaha

Editor: Ariful Hakim

#Gersang #Ghirah #Modernisasi beragama
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Dawir Oknum Habib

Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti bagi Hasto Kristiyanto: Ketika Kekuasaan Menjadi Pengampun

Dunia Penerbangan Indonesia Potensi Besar dengan Masalah Tak Kunjung Usai

Fare Thee Well, Bro -Selamat Jalan Bung Kwik Kian Gie

Simulakra Koperasi Desa

Angkatan Siber TNI Kebutuhan Strategis di Era Global Disorder

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply


Sedang Tren

Son Heung-min Dikabarkan Akan Tinggalkan Tottenham 

Ceknricek.com — Bintang Tottenham Hotspur, Son Heung-min dilaporkan telah memutuskan untuk meninggalkan klub pada bursa…

Tom Lembong dan Hasto Kristiyanto Resmi Bebas usai Diberi Abolisi dan Amnesti

Agustus 2, 2025

PT WKM Ajukan Praperadilan Soroti Dugaan Kriminalisasi dan Penyimpangan Prosedur Hukum

Agustus 1, 2025

PN Jakpus Hormati Keputusan Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti

Agustus 1, 2025

Dawir Oknum Habib

Agustus 1, 2025

Florian Wirtz Bakal Pakai Nomor 7 di Liverpool

Agustus 1, 2025

Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti bagi Hasto Kristiyanto: Ketika Kekuasaan Menjadi Pengampun

Agustus 1, 2025

Tiga Bos Food Station Jadi Tersangka Kasus Beras Oplosan, Terancam 20 Tahun Penjara

Agustus 1, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.