Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Trump Ancam Rusia dengan Tarif 100 Persen
  • Noda Sejarah yang Perlu Ditulis Ulang
  • Lisa Mariana Penuhi Panggilan Polda Jabar Terkait Dugaan Video Asusila
  • Aktris Korea Selatan Kang Seo Ha Meninggal Dunia
  • Kalahkan PSG 3-0, Chelsea Juara Piala Dunia Antarklub 2025
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

In Memoriam Wina Armada: Hoax dan Kematian Kebenaran

Juli 3, 20254 Mins Read

Kita hidup di zaman ketika informasi mengalir deras seperti hujan. Di tengah hujan itu, kata Wina, kita tak butuh ember hoax. Kita butuh payung etik.

Ceknricek.com–“Hoax bukan sekadar kebohongan. Ia perusak tatanan sosial. Ia memicu kebencian, fitnah, dan perpecahan. Dan yang lebih berbahaya, ia menyamar sebagai kebenaran.”

Kutipan itu terngiang kuat saat saya menerima kabar wafatnya Wina Armada, Kamis sore, 3 Juli 2025.

Ia bukan sekadar kolega di Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, tapi jurnalis, ahli hukum, sekaligus sahabat sejati—teguh dalam prinsip, lembut dalam pergaulan.

Berulang kali Wina menyerukan: sanksi atas penyebaran hoax tak boleh lunak. Harus tegas. Harus berat.

Sebab yang dipertaruhkan bukan hanya kredibilitas pers, tapi kelangsungan akal sehat publik.

-000-

Tiga hari sebelum ia wafat, saya mengirim pesan resmi ke enam WAG Satupena, mengajak semua mendoakan kesembuhannya.

Bagi yang Muslim, dengan Al-Fatihah. Bagi yang non-Muslim, dengan doa menurut keyakinannya.

Putrinya mengirimkan ucapan terima kasih kepada saya melalui japri WA, atas bunga yang saya kirim mewakili teman-teman.

Saya sempat meneleponnya. “Apakah Wina sudah bisa ditengok?” Ia menjawab lembut, “Belum, Om. Kata dokter, belum boleh.”

Saya melanjutkan, “Apakah beliau sudah sadar?” Ia menjawab pelan, “Masih belum sadar, Om.”

Kepada Ilham Bintang, saya bertanya lewat pesan teks, “Bro, seberapa parah serangan jantung Wina? Sudah sepuluh hari belum juga boleh dijenguk?” Jawabnya pendek, tapi menusuk, “Agaknya parah.”

Dua hari kemudian, berita duka itu datang. Sunyi. Wina wafat.

-000-

Di tahun 2017, di panggung World Press Freedom Day di Jakarta Convention Center, Wina berdiri bukan untuk merayakan, tapi memperingatkan.

Dalam diskusi bertajuk “Memerangi Hoax, Memperkuat Media Siber Nasional,” ia mengucapkan satu kalimat yang tak terlupakan:

“Jika masih ada insan pers menyebarkan atau membuat hoax, sanksi baginya harus diperberat.”

Itu bukan sekadar seruan moral. Itu alarm etik. Di era ketika satu genggaman tangan bisa menyebar kebohongan ke jutaan orang, Wina mengingatkan bahwa pers tidak bisa ikut larut dalam kebisingan tanpa verifikasi.

Teknologi adalah keniscayaan, kata Wina. Tapi di balik kemudahan itu, lahir pula para “wartawan abal-abal.”

Itu istilah untuk mereka yang tak terlatih, tak terikat etika, hanya mengejar kecepatan, bukan kebenaran.

“Jurnalisme bukan hanya soal menyebarkan informasi,” ucapnya, “tapi soal tanggung jawab.”

Apa yang membuat Wina mengeluarkan peringatan itu?

Ia memahami bahwa struktur masyarakat telah berubah. Dulu, hanya pers yang bisa menyebar berita massal. Kini, semua orang bisa.

Tapi tak semua orang punya integritas jurnalistik. Demokratisasi informasi tanpa kesadaran etik melahirkan lahan subur bagi hoax.

Ia juga mencemaskan kemunduran industri berita. Media cetak melambat, iklan beralih, dan pers profesional kehilangan pijakan.

Dalam kekacauan itu, hoax tak lagi sekadar gangguan. Ia menjelma menjadi pengganti kebenaran.

Karena itu, bagi Wina, sanksi tak bisa lagi bersifat administratif. Ia harus menjadi penanda tegas bahwa penyebaran hoax dari dalam tubuh pers adalah pengkhianatan pada profesi.

Sejarah membuktikan betapa berbahayanya hoax.

Tahun 1994, Rwanda dihancurkan oleh radio RTLM yang menyebar hoax dan ujaran kebencian. Kelompok Tutsi disebut “kecoa.”

Hasilnya: dalam 100 hari, 800.000 jiwa tewas. Semua bermula dari siaran-siaran yang menyalakan amarah dan menghapus kemanusiaan.

Kata-kata bisa menjadi peluru. Hoax bisa membunuh, tak hanya karakter, tapi juga tubuh.

-000-

Mengapa gagasan Wina perlu kita dukung?

Pertama, karena pers adalah pilar terakhir kebenaran. Jika mereka yang seharusnya menjadi penjaga justru ikut menyebar dusta, kepada siapa publik bisa percaya?

Kedua, karena tanpa etika, profesi ini akan kehilangan legitimasi. Keistimewaan pers datang dari publik. Jika publik kecewa, pers tak lagi punya taji moral.

Ketiga, karena sanksi bukan hanya hukuman, ia juga peringatan. Ketika ada harga yang harus dibayar, maka akan lahir kehati-hatian. Tak ada lagi ruang bagi mereka yang menjual kebohongan demi klik.

Wina juga mengusulkan didirikannya pusat informasi anti-hoax yang independen, bebas dari kendali pemerintah. Ia membayangkan lembaga yang tak bekerja dengan sensor, tapi dengan data.

Tempat kebenaran diverifikasi, dan kebohongan dilucuti, bukan dengan kemarahan, tapi dengan kejelasan.

-000-

Kita hidup di zaman ketika informasi mengalir deras seperti hujan. Di tengah hujan itu, kata Wina, kita tak butuh ember hoax. Kita butuh payung etik.

Jika kita gagal membedakan keduanya, kebenaran tak akan mati karena dibunuh, tapi karena dibiarkan.

Selamat jalan, Wina Armada.

Selamat jalan, sahabatku.

Jakarta, 3 Juli 2025

Penulis: Cek&Ricek.com

Editor: Cek&Ricek.com

#hoaxs #Kematian #winaarmada kebenaran meninggaldunia
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Noda Sejarah yang Perlu Ditulis Ulang

Nasution yang Pernah Kukenal

Oleh Ahmadie Thaha

Korupsi Dibilang Rezeki

Seratus Tahun Mahathir

Tempat Jatuh Lagi Dikenang….

Siwak Sikat Bau Mulut

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

Trump Ancam Rusia dengan Tarif 100 Persen

Ceknricek.com — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif hingga 100 persen…

Noda Sejarah yang Perlu Ditulis Ulang

Juli 15, 2025

Lisa Mariana Penuhi Panggilan Polda Jabar Terkait Dugaan Video Asusila

Juli 15, 2025

Aktris Korea Selatan Kang Seo Ha Meninggal Dunia

Juli 15, 2025

Kalahkan PSG 3-0, Chelsea Juara Piala Dunia Antarklub 2025

Juli 15, 2025

Nasution yang Pernah Kukenal

Juli 15, 2025

Marc Marquez Juara MotoGP Jerman

Juli 15, 2025

Jakarta Fair 2025 Resmi Ditutup, Nilai Transaksi Tembus Rp7,3 Triliun

Juli 15, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.