Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Kuatnya MRC Selama ini Karena Diduga Dibekingi Jokowi
  • Riza Chalid Dicekal ke Luar Negeri Usai Ditetapkan Jadi Tersangka
  • Prabowo Hadiri Peringatan Bastille Day 2025 di Paris
  • Sajak Empat Baris dalam Amplop Cokelat
  • Ini Respons Puan Soal Kasus Beras Oplosan
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»BIOGRAFI
BIOGRAFI

Kisah Hidup TB Simatupang, Jenderal Oponen Bung Besar

Januari 1, 20204 Mins Read

Ceknricek.com — Tahi Bonar (TB) Simatupang. Nama ini tentunya tak terdengar asing di telinga masyarakat, khususnya warga Ibu kota Jakarta yang tinggal di wilayah pinggiran Jakarta Selatan. 

Nama tersebut merujuk pada sebuah jalan yang menghubungkan wilayah timur dan selatan Jakarta. Macet dan banjir bila musim penghujan tiba. Itulah kesan yang sejanak terlintas di pikiran.

Namun, mengesampingkan itu semua, TB Simatupang merupakan salah satu pahlawan yang berjasa dan turut serta dalam gerilya selama perang kemerdekaan ketika Belanda ingin kembali menguasai Indonesia. Berikut kisah hidup dan jejak karier militer TB Simatupang:

Karier Militer 

Tahi Bonar Simatupang lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, pada 28 Januari 1920. Bonar, nama panggilannya ketika kecil merupakan anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Sutan Mangaraja Soaduan Simatupang dan Mina Boru Sidabutar. 

Beranjak dewasa, Bonar masuk akademi militer kolonial Belanda di Bandung pada 1940. Ia seangkatan dengan Rahmat Kartakusumah, Abdul Haris Nasution, Alex Kawilarang, dan beberapa orang Indonesia yang menjadi perwira perwira Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) lainnya.

Setelah Indonesia merdeka, T.B. Simatupang bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat atau BKR (cikal-bakal TNI). Ia kemudian ditunjuk sebagai Kepala Organisasi Markas Besar Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Sumber: Istimewa 

Ketika pecah revolusi kemerdekaan T.B Simatupang ikut bergerilya bersama Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP) RI Jenderal Soedirman. Pada 1948, ia kemudian diangkat sebagai Wakil KSAP seeta turut menghadiri Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda, pada 1949.

Satu tahun kemudian, Jenderal Soedirman wafat pada 29 Januari 1950. TB Simatupang kemudian diangkat sebagai KSAP dengan pangkat Mayor Jenderal pada usia 29 tahun.

Mengutip liputan6 pada Laporan dari Banaran kisah perjalanan hidup yang ia tulis pada masa awal menjabat KSAP, TB Simatupang pun harus berhadapan dengan beberapa gerakan pemberontak dan separatis yang melakukan kekacauan.

Seperti Angkatan Perang Ratu Adil di bawah Kapten Westerling yang menembaki anggota TNI saat memasuki Bandung. Terdapat kurang lebih 79 anggota TNI tewas dalam peristiwa tersebut.

Selain itu, beberapa gerakan pemberontak lainnya, seperti gerakan Andi Azis di Makasar, Republik Maluku Selatan, dan gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) juga harus dihadapi oleh TB Simatupang.

Berseteru Dengan Bung Besar

Meski gemilang dalam menangani berbagai konflik dan pemberontakan di wilayah republik namun karier TB Simatupang harus terhenti karena pemikirannya tidak sejalan dengan Panglima Tertinggi (saat itu dijabat Bung Karno).

Sumber: Istimewa 

Kejadian ini berawal dari berita upaya penggantian Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Kolonel A.H. Nasution, yang digagas oleh perwira TNI lainnya, Kolonel Bambang Supeno yang menyatakan kurang berkenan terhadap Nasution karena melibatkan Misi Militer Belanda (MMB) dalam meningkatkan mutu TNI.

Supeno yang sudah menghadap Bung Besar dan disetujui niatnya kemudian menggalang tanda-tangan para panglima di daerah-daerah. Setelah pengumpulan tanda tangan rampung, ia langsung menyampaikan surat permintaan pemberhentian Nasution kepada Simatupang.

Dalam Ikhtisar Sejarah RI (1945-Sekarang), Nugroho Notosusanto menyebutkan, KSAP meminta penjelasan tentang maksud Bambang Supeno. Pertemuan keduanya berkembang menjadi perdebatan sengit. Beberapa hari kemudian, Bambang Supeno diberhentikan dari segala jabatannya.

Jenderal Simatupang, Kolonel Nasution, dan Menteri Pertahanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX, kemudian meminta bertemu dengan Presiden Soekarno. Permintaan itu segera dipenuhi. Maka, terjadilah percakapan yang kemudian berjalan sangat dramatis.

Soekarno pun tak menampik campur tangannya. Dia membenarkan usul Bambang Supeno seraya mengemukakan tekad para panglima daerah yang menghendaki pergantian KSAD. 

Namun Simatupang menentang hal itu, karena jika dibiasakan memunculkan pemimpin militer yang takut akan kedudukannya, sehingga mereka akan melindungi diri dengan menunjukkan loyalitas mutlak kepada presiden.

“Selama saya Kepala Staf Angkatan Perang, saya tidak akan biarkan itu terjadi,” ujar Simatupang.

Presiden Soekarno menjawab uraian Simatupang dengan dengan nada marah. “Saya sudah bilang, kamu mempunyai kemampuan untuk memojokkan seseorang.” 

Pembicaraan itu berlangsung dalam suasana panas, sarat emosi, dan tak bersahabat. Pertemuan pun berakhir tanpa solusi. 

“Saya sendiri meninggalkan presiden tanpa berjabat tangan, saya hanya memberikan hormat militer belaka,” kenang Simatupang.

Semua ketegangan di kalangan TNI AD ini kemudian bermuara pada peristiwa 17 Oktober 1952 ketika militer menuntut pembubaran parelemen. Simatupang yang dinilai pro gerakan tersebut kemudian diberhentikan dari Kepala Staf Angkatan Perang (KSAP). 

Selanjutnya hanya ada forum antara kepala staf angkatan darat, laut dan udara, tanpa jabatan KSAP. Hilangnya jabatan KSAP itu pun menutup karir TB Simatupang di militer. 

Pensiun dan Akhir hayat

Tahun 1959, Simatupang kemudian dipensiunkan dari jabatannya di internal TNI. Selepas pensiun, Simatupang bergiat di dunia gereja dan aktif menerbitkan buku hasil pemikirannya baik dalam bidang militer maupun teologi. 

Beberapa di antaranya otobiografi di masa revolusi Laporan dari Banaran (1960), Pengantar Ilmu Perang di Indonesia (1969), Pelopor dalam Perang, Pelopor dalam Damai (1981), Iman Kristen dan Pancasila (1984).

Simatupang wafat pada 1 Januari 1990, tepat hari ini, 29 tahun yang lalu. Namanya kemudian diabadikan menjadi salah satu jalan utama di Jakarta Selatan. Gambarnya juga terdapat dalam uang logam pecahan Rp500 tahun 2016.

Penulis: Cek&Ricek.com

Editor: Cek&Ricek.com

#Biografi #kisah #sejarah jenderal tbsimatupang TodayHistory
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Srikandi Piala Uber 1975 Tati Sumirah Meninggal Dunia

Mengenang Legenda NBA Kobe Bryant, Ikon Basket dan Olahraga

Kiprah Penulis Novel Detektif Terlaris Agatha Christie

Abdurrahman Ambo Dalle, Ulama Pembaharu Dari Tanah Bugis (5- Habis)

Abdurrahman Ambo Dalle, Ulama Pembaharu Dari Tanah Bugis (4)

Abdurrahman Ambo Dalle, Ulama Pembaharu Dari Tanah Bugis (3)

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply

Sedang Tren

Kuatnya MRC Selama ini Karena Diduga Dibekingi Jokowi

Ulasan ini dimaksudkan untuk membuka fakta bahwa Mohammad Reza Chalid (MRC) selama ini sangat kuat karena dekat atau dibekingi oleh penguasa (Joko Widodo)

Riza Chalid Dicekal ke Luar Negeri Usai Ditetapkan Jadi Tersangka

Juli 15, 2025

Prabowo Hadiri Peringatan Bastille Day 2025 di Paris

Juli 15, 2025

Sajak Empat Baris dalam Amplop Cokelat

Juli 15, 2025

Ini Respons Puan Soal Kasus Beras Oplosan

Juli 15, 2025

Trump Ancam Rusia dengan Tarif 100 Persen

Juli 15, 2025

Noda Sejarah yang Perlu Ditulis Ulang

Juli 15, 2025

Lisa Mariana Penuhi Panggilan Polda Jabar Terkait Dugaan Video Asusila

Juli 15, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.