Oleh: Klasik Herlambang
Gempa bumi yang melanda wilayah Lombok, Nusa Tenggara Barat, Juli 2018, nyaris melumpuhkan berbagai aspek kehidupan masyarakat di sana, termasuk pariwisata. Berbagai upaya terus dilakukan untuk menggenjot kembali tingkat kedatangan wisatawan ke pulau itu. Salah satunya adalah dengan penyelenggaraan Festival Bau Nyale, yang digelar Minggu (17/2) hingga Senin (25/2).
Festival Bau Nyale adalah acara tahunan yang menjadi rangkaian dari sebuah tradisi masyarakat setempat untuk berburu cacing laut, yang dalam bahasa Sasak disebut nyale.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat, Lalu Moh. Faozal mengatakan, pasca gempa jumlah wisatawan yang berkunjung ke Lombok menurun drastis. Karena itu tahun ini, pihaknya menargetkan untuk menjaring sedikitnya 3.000 wisatawan di acara Festival Bau Nyale.
“Ada banyak rangkaian acara yang kita siapkan untuk menarik kedatangan wisatawan. Ada kontes surfing, karnaval, drama kolosal, dan masih banyak lagi,” jelasnya kepada para awak media.
Mencari “Nyale”
Festival Bau Nyale merupakan upacara tradisional yang dilakukan masyarakat Lombok Tengah untuk mencari nyale atau cacing laut di kawasan Pantai Siger. Mereka percaya bahwa cacing laut tersebut adalah jelmaan Putri Mandalika.
Mitos di balik keberadaan cacing laut itu sudah melekat, yang menyebutkan tradisi tersebut untuk menghormati sosok Putri Mandalika. Sang putri diyakini menghilang dan berubah wujud menjadi cacing-cacing laut.
Serangkaian acara selama ini diadakan sebagai bagian dari tradisi Bau Nyale. Selanjutnya rangkaian acara itu dirangkum menjadi satu kegiatan yang disebut Festival Bau Nyale.
Selain dikaitkan dengan sosok Putri Mandalika, keberadaan nyale disebut berhubungan dengan kesejahteraan dan keselamatan. Masyarakat juga percaya, nyale dapat menyuburkan tanah agar hasil panen memuaskan. Jika banyak cacing keluar dari laut, berarti hasil pertanian juga akan berhasil. Karenanya mereka lantas berburu cacing yang memiliki warna beragam itu.
Puncak acara Festival Bau Nyale sendiri berlangsung, Rabu (20/2). Tanggal itu ditentukan dengan sebuah perhitungan khusus yang didasarkan pada peredaran kalender masyarakat Suku Sasak.
Ada tiga pantai yang akan dipakai dalam penyelenggaraan festival tahun ini. Selain Panai Siger, juga Pantai Kuta dan Pantai Belanak. Namun lokasi perburuan nyale terbesar tetap berada di Panai Siger, karena di sinilah secara historis cacing-cacing laut itu berasal.
“Kita berharap momentum tradisi Bau Nyale ini bisa kembali membangkitkan sektor industri pariwisata di Pulau Lombok, setelah sebelumnya sempat terpuruk karena gempa bumi,” terang Lalu Moch. Faozal.
…
Untuk Iklan dan Partnership:
Whatsapp: 0816710450