Ceknricek.com — Saat ini Indonesia telah memasuki musim hujan. Bedanya tahun ini, ada fenomena la nina yang mengancam. Curah hujan akan meningkat sekitar 20-40 persen dari biasanya. Dampaknya, bencana banjir bandang dan tanah longsor tak terhindarkan.
Menghadapi ancaman la nina, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melakukan sejumlah langkah antisipasi. Menurut Kepala BNPB Doni Monardo, pihaknya terus berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di seluruh Tanah Air melakukan pencegahan
“Saat ini kita berkoordinasi dengan BPBD untuk melakukan mitigasi, termasuk perilaku dalam mengantisipasi datangnya banjir bandang dan tanah longsor,”papar Doni dalam webinar BNPB yang disiarkan dari Telaga Saat, Cisarua, Puncak, Bogor, Jawa Barat, Selasa, (20/10/20).
Kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi, lanjut Doni butuh penanganan terpadu dari hulu ke hilir.
“Dalam hal ini, BPBD melakukan koordinasi dengan warga dalam hal peringatan dini. Selain itu, warga yang tinggal di lereng bukit/gunung dievakuasi sehingga tidak ada korban jiwa,”lanjutnya.
Jenderal bintang tiga ini mengapresiasi sikap tanggap yang dilakukan oleh pemerintah daerah mulai dari provinsi hingga kabupaten yang mengikuti informasi dari hulu kemudian diteruskan kepada masyarakat.
“Khusus la lina, pulau Jawa mendapat perhatian lebih. Sepanjang tahun ini, bencana banjir bandang dan tanah longsor paling sering terjadi di pulau Jawa. Jawa Barat saja, sudah menelan korban 60 jiwa. Ini yang harus kita antisipasi,”papar Doni.
Selain pulau Jawa, Doni Monardo juga menyebutkan wilayah Indonesia Timur juga perlu mendapatkan mitigasi bencana yang maksimal. Sulawesi termasuk daerah rawan bencana.
“Kecuali NTT, NTB dan Bali, wilayah Timur Indonesia seperti Sulawesi masuk wilayah yang bakal terdampak la nina.”jelasnya.
Baca Juga: Banjir Saat Pandemi, Ini Pesan Doni Monardo
Baca Juga: BMKG Minta Warga Waspadai Dampak Iklim La Nina di Samudra Pasifik
