Ceknricek.com–Persaingan antara Australia dan Selandia Baru ternyata bukan hanya terbatas dalam soal ekonomi dan olahraga saja.
Menurut hasil penelitian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, Gallup World Polls dan Pusat Penelitian Oxford, Australia adalah negara ke-10 paling bahagia di dunia, di antara sekitar 140 negara yang disurvei.
Berarti dalam survei yang diselenggarakan tahun ini Australia naik dua tingkat dan menggeser kedudukan rakyat Selandia Baru yang sebelumnya dinilai lebih bahagia dari rakyat Australia.
Finlandia ternyata masih tetap pada urutan pertama, untuk ketujuh tahun berturut-turut.
Mungkin ada yang menilai bahwa penelitian yang diselenggarakan oleh badan-badan yang terhormat dan disegani itu adalah laksana “kurang kerjaan”.
Mungkin.
Namun patut juga diingat bahwa dalam penelitian itu faktor-faktor seperti harapan hidup, GDP (Produk Domestik Bruto), rasa kebebasan di kalangan rakyat, kedermawanan dan persepsi tentang korupsi, menjadi bahan-bahan pertimbangan untuk menentukan bahagia-tidaknya suatu bangsa.
Tidak mustahil kenyataan bahwa Selandia Baru kini dalam resesi yang kedua dalam 18 bulan belakangan ini, sedangkan Australia terselamat dari keterpurukan yang sama (lihat tulisan “Tuntutlah Ilmu Biarpun Sampai ke China?” CeknRicek 21-03-24) adalah berkat sumbangsih para mahasiswa asing, terutama dari Tiongkok, yang menimba ilmu di perguruan-perguruan tinggi Australia.
Di Australia, Selandia Baru suka diejek sebagai “negara di seberang parit” dari Australia, maksudnya negara yang dipisahkan oleh Laut Tasman.
Persaingan antara kedua negara yang sama-sama berlatar belakang Inggris ini, juga sangat sengit dalam olahraga, seperti cricket dan rugby, meski jumlah penduduk Selandia Baru hanya sedikit di atas 5 juta jiwa (Australia di atas 25 juta jiwa). Tidak jarang Selandia Baru dapat menundukkan Australia terutama dalam olahraga sepakbola rugby, yang para pemainnya terlihat laksana lelaki ber-“urat kawat dan bertulang besi”.
Dan orang Australia suka menyindir orang Selandia Baru, karena, konon, di negara itu lebih banyak domba daripada manusia.
Dalam soal ekonomi memang Selandia Baru tidak “sehebat” Australia. GDP Selandia Baru adalah 30% di bawah Australia.
Namun santunan-santunan untuk kesejahteraan rakyat lebih tinggi di Selandia Baru ketimbang di Australia, dan persepsi tentang korupsi di Selandia Baru lebih rendah di negara banyak dombanya itu, daripada di Australia, meski bagi banyak perantau (diaspora?) Indonesia di Australia ini sulit melihat di mana gerangan adanya korupsi di negeri kangguru ini.
Seorang pakar ekonomi Selandia Baru menilai bahwa di kalangan anak-anak muda, mereka yang berada di Selandia Baru merasa lebih bahagia ketimbang mereka yang di Australia, namun akan halnya mereka yang sudah berusia 60-tahun ke atas, rakyat di kedua negara (Australia dan Selandia Baru) merasa cukup puas dengan keadaan dan kehidupan mereka.
Bahwa rakyat di Finlandia adalah yang paling bahagia di dunia mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi , sebagaimana yang dikemukakan oleh Profesor Chris Wright yang mengatakan mutu pekerjaan berperan dalam menentukan kebahagiaan seseorang.
Di negara-negara Skandinavia (Nordic) kebahagiaan rakyatnya begitu tinggi. Upah di sana, katanya, lebih memuaskan.
Dalam kaitan ini patut diakui bahwa selama 18 bulan belakangan ini, sejak Partai Buruh kembali berkuasa di Australia banyak perubahan yang telah dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
Belum lama berselang pemerintah Australia juga mengumumkan kenaikan dalam jumlah santunan untuk mereka yang sedang mencari kerja, misalnya, antara lain karena beban biaya hidup yang dirasa cukup berat.
Pengurangan pajak pendapatan, terutama untuk kalangan yang berpenghasilan di sekitar kelas menengah, juga dianggap membantu meringankan beban mereka yang terdampak.
Memang dalam pengurangan pajak penghasilan ini pemerintah Partai Buruh telah melanggar janji yang dibuat ketika berkampanye menjelang pemilu bulan Mei 2022. Waktu itu Partai Buruh sepakat dengan lawannya koalisi Partai Liberal-Partai Nasional untuk meringankan pajak berbagai tingkatan, termasuk mereka yang bergaji cukup tinggi. Tetapi akhirnya, yang diringankan hanyalah mereka yang gajinya dianggap kurang sepadan dengan biaya hidup.
Janji memang diingkari namun cukup banyak pekerja yang terbantu.
Sebenarnya pemerintah Partai Buruh Selandia Baru juga punya niat yang sama, namun belum sempat dipenuhi, mereka dikalahkan dalam pemilu.
Apa pun, begitu dikemukakan beberapa pakar, meski Australia sebenarnya perlu lebih meningkatkan perekonomiannya, namun dibanding dengan banyak negara lain, Australia tidaklah terlalu jelek.
Selandia Baru hanya kalah satu angka dari Australia, yakni berada pada kedudukan ke-11. Sementara Indonesia kabarnya berada di kedudukan ke-80.
Kurang jelas apakah survei yang dilakukan di Indonesia adalah sebelum atau sesudah distribusi bansos menjelang Pilpres 14 Februari lalu. Allahu a’lamu.
