Selamat datang di zaman AI serba bisa, yang gratis pula. Kali ini. terminal komputer menjadi senjatanya.
Oleh: Ahmadie Thaha
Ceknricek.com–Selamat datang di zaman AI serba bisa, yang gratis pula. Kali ini. terminal komputer menjadi senjatanya. Gemini adalah komandannya. Dan koneksi internet mesti ada sebagai nyawanya.
Di zaman ketika startup kudu menjual ginjal demi bayar langganan AI, Google datang sambil senyum-senyum bawa kabar baik: “Nih, agen AI, bisa ngoding, bisa bikin video, bisa mikir, bisa ngajak ngobrol komputer kamu langsung. Gratis. Ambil aja.”
Semua tersedia, seperti pasar serba ada, tersedia gratis pula. Dan seperti biasa, kita semua langsung tergoda, tersihir oleh Gemini serba hitam yang ciamik. Siapa yang nggak suka gratisan dari raksasa yang dulunya moto hidupnya Don’t be evil, lalu mendadak amnesia?
Ya, baru sebulan ini, lahir Gemini CLI, singkatan dari Command Line Interface. Tapi jangan terkecoh, meskipun tampilannya mirip DOS zaman Orde Baru dengan layar gelap, isinya adalah AI dengan IQ dewa. Ia bisa baca satu juta token sekaligus, setara 750 halaman teks.
Luar biasanya, dia ingat semua yang kamu ketik, tidak seperti pasanganmu yang lupa tanggal ulang tahun. Makanya, Google bilang, ini bukan AI sembarangan. Ini agen. Bukan cuma teman curhat macam ChatGPT, tapi tukang yang bersiap kerja 24/7 disuruh-suruh apa saja.
Disuruh bikin aplikasi? Jadi. Suruh ubah 3.000 foto jadi PNG dan diberi nama pakai tanggal lahir si kucing? Bisa. Suruh bikin video pakai teks doang? Bisa juga. Mau migrasi framework satu proyek besar sendirian? Dengan Gemini CLI, kamu bisa sok jago di depan klien. “Tenang, bisa.”
Dan semua itu gratis. G-R-A-T-I-S. Tanpa kartu kredit. Tanpa masa trial yang tiba-tiba memutus cinta sepihak setelah tujuh hari. Bayangkan, saingannya seperti Claude Code dan GitHub Copilot yang masih main tarif, Google datang main hati. Ehem, maksudnya open source.
Tapi tunggu dulu, muncul pertanyaan dari rakyat jelata: “Apa komputer kentang saya bisa ikut pesta AI ini?” Jawabannya, dengan haru —bisa! Gemini CLI bukan anak manja yang butuh VGA mewah, RAM segede gajah, atau prosesor yang bisa bikin telur matang di atas heatsink.
Selama komputer Anda bisa jalanin NodeJS (yang notabene bisa lari di laptop jadul yang dipakai nulis skripsi tahun 2010), Anda bisa ikut main. Terminal-nya tekstual, nggak minta efek 3D seperti game FPS, dan bahkan mouse pun tidak wajib hadir di acara ini.
Tambahan lagi: buat yang masih berpikir bahwa terminal adalah tempat naik bus antarkota, izinkan kami klarifikasi: CLI alias Command Line Interface adalah jendela hitam polos di layar Anda tempat Anda bisa ngobrol dengan komputer pakai teks.
Iya, teks doang. Tanpa mouse, tanpa tombol warna-warni, tanpa icon Instagram. Cuma Anda, keyboard, dan kedalaman eksistensial sebuah prompt. Dulu dianggap warisan nenek moyang komputer yang kuno, CLI justru tetap jadi senjata utama para developer serius —yang pakai hoodie meski ruangannya ber-AC.
Dan di era AI generatif seperti sekarang, CLI justru bangkit kembali sebagai panggung utama di mana AI seperti Gemini CLI tampil unjuk gigi. Jangan tertipu tampilannya yang bersahaja: di balik layar gelap itu, tersimpan kekuatan luar biasa. Kayak pintu kamar sempit yang isinya ternyata ruang kontrol NASA.
Kali ini, Google tampaknya sengaja membuat Gemini CLI yang baru saja dirilisnya bisa dijalankan di spek minimalis agar tak ada alasan untuk absen dari revolusi AI. Seolah-olah Google berdakwah agar seantero bumi, dari pelosok kota hingga pojok desa, bisa ikut merasakan revolusi AI “milik sendiri.”
Tapi jangan lupa: walaupun alat ini bekerja secara lokal di komputer milik Anda sendiri, otaknya —si Gemini Pro 2.5— tetap tinggal di awan. Ya, AI ini semacam long-distance relationship: tubuhnya di laptop Anda, tapi jiwanya di server Google.
Jadi, jangan harap bisa main-main dengan Gemini CLI saat sinyal hilang, atau WiFi Anda sedang bertapa. Ia butuh internet yang aktif dan stabil, karena semua perintah alias prompt, tetap harus ngobrol sama awan tempat sang AI bersemayam.
Kalau koneksi putus, ya ia mendadak amnesia. Atau lebih tepatnya: ia jadi kayak teman yang tiba-tiba ghosting waktu lagi asik curhat. Selain tentu kita perlu waspada koneksi, pastikan bahwa Google tidak pernah benar-benar ngasih sesuatu tanpa ingin sesuatu yang lebih besar.
Seperti kata para ibu di pengajian: “Kalau ada yang ngasih gratis terus, pasti ujung-ujungnya ngincer hati kita. Atau data.” Jadi jangan heran kalau habis pakai ini, iklan YouTube Anda tiba-tiba tahu Anda pengen bikin bot Discord buat komunitas penggemar kerupuk se-blok.
Strategi Google ini mengingatkan kita pada zaman Android masih orok. Mereka bilang: “Pakai aja, gratis.” Dan sekarang? Dunia dikendalikan oleh Android. Chrome juga begitu. Mereka tahu semua perilaku kita. Seolah Google punya motto: gratis dulu, dominasi kemudian.
Maka Gemini CLI tak lain dan tak bukan adalah anak terbaru dari keluarga “produk Trojan” Google. Datang dalam damai, tapi pelan-pelan menaklukkan. Ini yang perlu kita sadari sejak awal, saat kita memilih dan memakai yang serba gratisan.
Namun harus diakui, kalau kita buang sinisme sejenak, Gemini CLI memang mengagumkan. Ini revolusi. Misalnya, dulu satu proyek aplikasi butuh tim pengembang yang harus dibayar per kepala, kini bisa dikerjakan oleh satu orang, satu terminal, dan satu AI.
Bisnis kecil jadi punya kesempatan menantang raksasa. Startup ndeso bisa tampak seperti perusahaan unicorn hanya dengan satu baris perintah. Seolah-olah dunia digital kini bisa dikuasai oleh siapa saja, asal punya akun Google dan sedikit keberanian membuka terminal.
Tentu, ini juga tamparan untuk semua pesaing. OpenAI, yang dulu bersinar dengan Codex dan ChatGPT, kini seperti kedai kopi mahal yang mulai ditinggalin orang karena Google buka warung AI di pinggir jalan. Gratis, cepet, dan bisa bungkus tanpa bayar pakai QRIS.
Kritik tentu juga tetap perlu. Meskipun Google menyebut keamanan, sandboxing, dan kontrol akses, tetap saja realitanya: mereka pegang kendali infrastruktur. Tidak ada jaminan suatu saat nanti batas “gratis” tidak digeser. Atau fitur enterprise muncul yang diam-diam menagih.
Namun sampai hari ini, dunia AI seperti masuk babak baru. Bukan cuma demokratisasi teknologi, tapi juga penjajahan lewat keramahan dan atas nama kegratisan. Gemini CLI seperti utusan kolonial yang datang bukan dengan meriam, tapi dengan terminal dan API.
Dan seperti biasa, semua tergantung kita. Mau naik kereta Gemini CLI sekarang, sambil nikmati gratisan dan jadi pionir? Atau mau tunggu, sambil merutuki kenapa GitHub Copilot atau chatGPT v4o masih minta langganan tiap bulan?
Walhasil, satu hal yang pasti: AI kini bukan lagi milik segelintir orang. Gemini CLI membuktikan bahwa hari ini, bahkan seorang pengangguran dengan laptop tua bisa menulis aplikasi startup dalam waktu semalam. Apakah itu pertanda kebangkitan? Atau awal dari dominasi global?
Tak ada yang tahu. Tapi satu hal jelas: dunia AI tak akan sama lagi.
-000-
Catatan Kaki:
– Gemini CLI bisa diunduh gratis, tapi pastikan Anda tahu apa itu terminal. Ingat, ini bukan terminal bus.
– Jangan salah ketik perintah. Salah-salah, bukannya bikin aplikasi, Anda malah menghapus direktori hidup.
– Google membaca komentar Anda. Mungkin bukan hanya di YouTube, tapi juga di hati Anda.
Cak AT – Ahmadie Thaha
Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 24/7/2025