Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • PT WKM Ajukan Praperadilan Soroti Dugaan Kriminalisasi dan Penyimpangan Prosedur Hukum
  • PN Jakpus Hormati Keputusan Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti
  • Dawir Oknum Habib
  • Florian Wirtz Bakal Pakai Nomor 7 di Liverpool
  • Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti bagi Hasto Kristiyanto: Ketika Kekuasaan Menjadi Pengampun
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

Simulakra Koperasi Desa

Juli 30, 20254 Mins Read
Foto: Istimewa

Baru sehari diresmikan Presiden Prabowo secara virtual —dengan layar LED segede papan nama dan semangat yang dikemas sedemikian rupa— Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Pucangan, Montong, Tuban, Jawa Timur mendadak tutup.

Oleh: Ahmadie Thaha

Ceknricek.com–Baru sehari diresmikan Presiden Prabowo secara virtual —dengan layar LED segede papan nama dan semangat yang dikemas sedemikian rupa— Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Pucangan, Montong, Tuban, Jawa Timur mendadak tutup. Lampu-lampunya gelap.

Barang-barang diangkut, etalase dibungkus, banner dicopot, bahkan foto presiden ikut diturunkan. Suasananya mirip habis pesta hajatan yang ternyata belum lunas. Tinggal janur melengkung, utangnya nyangkut, urusan jadi panjang.

Kalau koperasi itu manusia, barangkali ia akan menulis status: “Baru semalem diresmikan, paginya ditinggal. Rasanya kayak dijadiin pelarian.” Maka orang pun bertanya, koperasi itu dari rakyat, atau untuk rakyat yang sudah dirancang?

Secara historis dan ideologis, koperasi sejatinya entitas bisnis buah dari inisiatif warga. Ia tumbuh dari kesadaran bersama: “Kita lemah sendiri, tapi kuat kalau bareng-bareng.” Ini sejalan dengan semangat gotong-royong, tapi dengan bumbu bisnis yang gurih.

Mohammad Hatta menyebut koperasi sebagai “usaha bersama untuk memperbaiki nasib ekonomi berdasarkan semangat tolong-menolong.” Bukan semangat disetir elite, apalagi semangat kampanye semi-laten yang hadir di podium-podium kampanye.

Namun, yang terjadi kini justru sebaliknya. Alih-alih bottom-up, koperasi-koperasi zaman now malah muncul dengan pola top-up alias top-down —disuntik dari atas, lalu dijadikan etalase politik. Dan kalau sudah selesai upacara, tinggal top out. Kosong. Lengang.

Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) di Tuban itu pun seolah sinetron tanpa rating. Padahal itu proyek percontohan. Artinya, ia diseleksi dan terpilih untuk djadikan etalase. Layaknya kue ulang tahun yang dibuat bukan untuk dimakan, tapi buat difoto lalu diunggah.

Tapi sayangnya, begitu kamera mati, mitra strategisnya —yakni Pondok Pesantren Sunan Drajat— angkat kaki. Bukan karena tak cinta, tapi karena tak disebut namanya dalam acara yang menghadirkan penguasa tertinggi negeri. Sakitnya tuh di manajemen!

Pihak pesantren sudah berniat baik membela KDMP yang hanya boleh dimiliki pihak desa. Mereka sejak awal mendampingi: dari legalitas, renovasi, logistik, hingga SDM. Tapi saat acara digelar, namanya lenyap. Yang disebut malah nama baik BUMN dan PT Pupuk Indonesia.

Padahal, menurut Gus Anas yang mewakili pesantren, dukungan dari nama-nama baru itu nihil. Pihaknya cabut bukan karena “minta disanjung” —tapi soal etika kolaborasi. Kalau yang kerja A, tapi yang disebut B, maka ini bukan koperasi, ini ko-persiapan manipulatif.

Netizen pun bersuara —dan suara mereka lebih pedas dari sambal Roa: “Kayak proyek traktor era Jokowi, habis dibagiin, traktor ditarik.” Ada pula yang bilang: “Koperasi selalu digandeng politik, akhirnya jadi alat politik, bukan alat bantu memajukan ekonomi rakyat.”

Sosiolog Jean Baudrillard mungkin akan menyebut koperasi seperti ini sebagai simulakra: sebuah citra tanpa realita. Ia tampak seperti koperasi, ada plang, ada kasir, ada sembako. Tapi ia tidak lahir dari komunitas. Tidak tumbuh dari kebutuhan. Tidak punya akar.

Dalam kajian ilmiah, koperasi yang sukses —dari Mondragon di Spanyol hingga koperasi pertanian di Jepang— lahir dari kebutuhan organik komunitas. Mereka dibangun karena kebutuhan nyata: pangan, modal, akses pasar. Ada partisipasi aktif, bukan partisipasi selfie.

Sementara koperasi yang lahir dari inisiatif elite sering gagal karena:

– Top-down, bukan partisipatif. Warga jadi penonton, bukan aktor.

– Minim edukasi dan pendampingan. Tak semua orang bisa langsung paham koperasi. Butuh proses belajar.

– Orientasi politis sesaat. Dibuat demi pencitraan atau proyek “seremonial”.

– Model bisnis tidak berkelanjutan. Barang disuplai instan, mitra tak dilibatkan, ekosistem rapuh.

KDMP yang ditinggal sesaat itu adalah gejala sistemik dari model pembangunan yang terlalu politis. Gantilah “koperasi” dengan “klinik”, “apotek”, atau “SPBU rakyat” —selama ia lahir bukan dari kebutuhan komunitas dan tanpa akar, maka yang tumbuh hanyalah papan nama.

Koperasi yang ideal adalah tempat warga belajar bersama, menabung, bertransaksi, dan menyusun masa depan bersama. Bukan panggung pentas bagi para penumpang gelap, yang nongol saat kamera nyala, lalu hilang ketika listrik padam.

Koperasi itu institusi kepercayaan. Sekali dikhianati, akan lama pulihnya. Jangan sampai warga makin skeptis, lalu berkata: “Udahlah, koperasi itu bohong semua.” Ini berbahaya. Karena kalau koperasi gagal, maka jalan menuju keadilan ekonomi rakyat pun bisa makin jauh.

KDMP di Tuban itu mungkin sudah bubar, tapi pelajarannya belum selesai. Kalau mau membangun koperasi, jangan mulai dari pidato presiden. Mulailah dari warung kecil di desa, dari kelompok ibu-ibu arisan, dari petani yang ingin jual gabah tanpa dipermainkan tengkulak.

Dan sebelum meresmikan apapun, pastikan dulu: apakah koperasi ini hasil kerja warga, atau hasil kerja para desainer program yang belum tentu ngerti arti gotong royong? Karena kalau tidak, yang kita bangun hanyalah koperasi papan nama. Sekejap gebyar, lalu bubar.

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 30/7/2025

Penulis: Ahmadie Thaha

Editor: Ariful Hakim

#BatalBerdiri #merahputih #Prabowo koperasi
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Dawir Oknum Habib

Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti bagi Hasto Kristiyanto: Ketika Kekuasaan Menjadi Pengampun

Dunia Penerbangan Indonesia Potensi Besar dengan Masalah Tak Kunjung Usai

Ghirah yang Kian Gersang

Fare Thee Well, Bro -Selamat Jalan Bung Kwik Kian Gie

Angkatan Siber TNI Kebutuhan Strategis di Era Global Disorder

Add A Comment
Leave A Reply Cancel Reply


Sedang Tren

PT WKM Ajukan Praperadilan Soroti Dugaan Kriminalisasi dan Penyimpangan Prosedur Hukum

PT Wana Kencana Mineral (WKM) mengajukan permohonan praperadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Jumat, 1 Agustus 2025.

PN Jakpus Hormati Keputusan Prabowo Beri Abolisi dan Amnesti

Agustus 1, 2025

Dawir Oknum Habib

Agustus 1, 2025

Florian Wirtz Bakal Pakai Nomor 7 di Liverpool

Agustus 1, 2025

Abolisi untuk Tom Lembong dan Amnesti bagi Hasto Kristiyanto: Ketika Kekuasaan Menjadi Pengampun

Agustus 1, 2025

Tiga Bos Food Station Jadi Tersangka Kasus Beras Oplosan, Terancam 20 Tahun Penjara

Agustus 1, 2025

AC Milan Tutup Tur Asia-Pasifik Usai Bantai Perth Glory 9-0

Agustus 1, 2025

Respons Trump Soal Prancis, Inggris dan Kanada Akan Akui Negara Palestina

Agustus 1, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.