Close Menu
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
Tentang Kami Kontak Kami
  • APP STORE
  • GOOGLE PLAY
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
CEK&RICEKCEK&RICEK
Trending:
  • Olivia Rodrigo Ajak Dunia Bergerak dan Membantu Palestina
  • Lisa Mariana Akui Video Pornonya Dibuat Dalam Kondisi Tidak Sadar
  • Geger Pengakuan Model Erika Carlina Hamil 9 Bulan Tanpa Suami
  • Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia Vs Filipina
  • Pulkam ke Norwegia, Begini Perjuangan Alice Norin
Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Home
  • Headline
  • Berita
    • AKTIVITAS PRESIDEN
    • AKTIVITAS KEPALA DAERAH
    • AKTIVITAS MENTERI
    • POLITIK
    • JURNALISTIK
    • BREAKING NEWS
    • LINGKUNGAN HIDUP
    • KESEHATAN
    • BISNIS INDUSTRI
    • EKONOMI & BISNIS
    • HUKUM
    • SOSIAL BUDAYA
    • INTERNASIONAL
    • OLAHRAGA
  • Pengetahuan
    • SOSOK
    • SEJARAH
    • BIOGRAFI
    • BUKU & LITERATUR
    • TEKNOLOGI & INOVASI
    • RISET & DUNIA KAMPUS
  • ENTERTAINMENT
    • FASHION & BEAUTY
    • FILM & MUSIK
    • SELEBRITI
    • KOMUNITAS
    • FOOD REVIEW
    • WISATA
    • DUNIA KESEHATAN
    • SENI & BUDAYA
    • PARENTING & KIDS
    • TIPS & TRIK
    • TEATER
  • Opini
CEK&RICEKCEK&RICEK
  • Home
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
Home»Opini
Opini

Umat Terpecah, Katanya

Januari 17, 20253 Mins Read

Ceknricek.com–Ada sebuah dongeng tua tentang seekor keledai yang mati kelaparan karena tidak bisa memutuskan akan memakan jerami di kiri atau di kanan. Cerita ini, meskipun konyol, seringkali teringat ketika kita berbicara tentang “disunity” atau perpecahan umat Islam.

Betapa mudahnya umat Islam di seluruh dunia terjebak dalam narasi yang sama: “Kita ini tidak bersatu!” Seruan yang dramatis, penuh air mata, tapi kadang lebih mirip drama telenovela daripada refleksi yang benar-benar kritis.

Namun, mari kita bongkar mitos ini dengan cara yang lebih santai, sambil tetap serius. Benarkah umat Islam sedemikian terpecah seperti klaim banyak pihak?

Shaykh M. A. Kholwadia dalam opininya di Al Jazeera mengajak kita untuk membuka mata (dan mungkin juga sedikit kepala) bahwa persatuan umat sebenarnya sudah ada —meski tidak dalam bentuk pan-Islamisme utopis ala Kekhalifahan Ottoman.

Kita sering mendengar orang berkata, “Kita harus bersatu!” Tapi, apa yang sebenarnya mereka maksud? Sebagian mungkin membayangkan peta dunia dengan garis-garis perbatasan yang hilang, semua wilayah Muslim bersatu di bawah satu bendera. Romantis? Mungkin. Realistis? Hampir tidak.

Faktanya, persatuan umat Islam sudah nyata dalam hal yang sering kita abaikan. Ritual shalat lima waktu, puasa Ramadan, hingga tradisi kurban di Idul Adha menunjukkan persamaan yang melampaui batas politik, budaya, dan bahkan bahasa. Tapi, ya, itu tidak keren di media sosial.

Siapa yang mau memposting foto jamaah shalat subuh dengan caption, “Lihat betapa kita semua kompak berjamaah?” Itu tidak instagramable.

Shaykh Kholwadia mengingatkan bahwa narasi “disunity” ini sebenarnya hadiah busuk dari para penjajah kolonial. Bayangkan seseorang datang ke rumah Anda, merampas tanah, lalu berkata, “Kalian sekeluarga tidak kompak, sih, makanya tanah kalian mudah diambil.”

Ironis, bukan? Begitu pula nasib umat Islam. Perbatasan-perbatasan artifisial yang dibuat oleh penjajah masih menjadi sumber konflik hari ini. Namun, mari kita tepuk tangan untuk fakta bahwa meski dirajam dengan propaganda selama ratusan tahun, umat Islam tetap mempertahankan tradisi yang sama.

Perjalanan haji, doa-doa yang diucapkan dengan bahasa Arab yang sama, dan solidaritas untuk Palestina, itu semua bukti bahwa persatuan kita ada—meski mungkin tidak seperti yang diimpikan para penggemar serial sejarah Kekhalifahan Ottoman.

Salah satu kesalahan terbesar kita adalah menganggap perbedaan dan keragaman sebagai sumber masalah. Padahal, sebagaimana ditegaskan Shaykh Kholwadia, sejak awal Islam itu inklusif.

Perbedaan pendapat dalam mazhab? Itu bukan tanda perpecahan, melainkan kekayaan intelektual. Namun, mari kita jujur: kadang perbedaan ini jadi alasan debat kusir.

Sebagai contoh, ketika kita sibuk bertengkar soal posisi tangan saat shalat —di dada atau di bawah pusar— mungkin musuh-musuh kita sedang tertawa sambil berkata, “Lihat, mereka ribut soal tangan!” Selama ratusan tahun kita bertengkar soal qunut, apa hasilnya?

Shaykh Kholwadia memberi contoh inspiratif tentang bagaimana para ulama Deoband di India bangkit dari kekalahan setelah Pemberontakan 1857 melawan Inggris. Bukannya menangis sambil menyalahkan “disunity”, mereka memilih untuk bangkit.

Hasilnya? Lembaga pendidikan seperti Darul Uloom Deoband menjadi mercusuar ilmu pengetahuan Islam di anak benua India.

Kita, umat Islam hari ini, perlu belajar dari mereka. Daripada terjebak dalam ratapan tanpa solusi, kita harus fokus pada apa yang bisa kita bangun bersama, dari pendidikan hingga ekonomi, dari teknologi hingga solidaritas sosial.

Jadi, mari kita berhenti menjadi “keledai yang lapar.” Kita punya lebih dari cukup alasan untuk percaya bahwa umat Islam sebenarnya lebih bersatu dari yang kita pikirkan. Perbedaan bukanlah musuh, tapi rahmat, dan kita tidak perlu bendera pan-Islamisme untuk menunjukkan kekuatan kita.

Sebagai umat yang percaya pada kebesaran Allah, mungkin saatnya kita menggeser fokus dari ratapan ke tindakan. Karena, seperti yang diingatkan Shaykh Kholwadia, persatuan bukan soal seragam, tapi soal keberanian untuk bergerak maju meskipun dalam keragaman. Jadi, apa langkah Anda berikutnya?

Cak AT – Ahmadie Thaha

Ma’had Tadabbur al-Qur’an, 17/1/2025

Penulis: Cek&Ricek.com

Editor: Cek&Ricek.com

#islam persatuan umatberagama
Share. Facebook Twitter Telegram WhatsApp

Related Posts

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Geng Abu Shabab (3/5)

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Tak Lagi Dikenali (2/5)

Ketika Jin Bikin Gara-Gara

Gaza dalam Kesaksian Jean-Pierre Filiu: Menembus Batas (1/5)

Pilkada Gado-Gado

Kuatnya MRC Selama ini Karena Diduga Dibekingi Jokowi

Add A Comment

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Sedang Tren

Olivia Rodrigo Ajak Dunia Bergerak dan Membantu Palestina

Penyanyi Olivia Rodrigo , menyampaikan keprihatinannya yang mendalam terhadap situasi kemanusiaan yang memburuk di Palestina, khususnya Gaza.

Lisa Mariana Akui Video Pornonya Dibuat Dalam Kondisi Tidak Sadar

Juli 18, 2025

Geger Pengakuan Model Erika Carlina Hamil 9 Bulan Tanpa Suami

Juli 18, 2025

Prediksi Susunan Pemain Timnas U-23 Indonesia Vs Filipina

Juli 18, 2025

Pulkam ke Norwegia, Begini Perjuangan Alice Norin

Juli 18, 2025

Cerita Farel Prayoga Uangnya Habis Dikuras Keluarga

Juli 18, 2025

Wolverhampton Wanderers Masukkan Diogo Jota ke Dalam Hall of Fame

Juli 18, 2025

Jualannya Dihujat, Pinkan Mambo Bilang Gini

Juli 18, 2025
logo

Graha C&R, Jalan Penyelesaian Tomang IV Blok 85/21, Kav DKI Meruya Ilir, Jakarta Barat. redaksi@ceknricek.com | (021) 5859328

CEK & RICEK
Telah diverifikasi oleh Dewan Pers
Sertifikat Nomor
575/DP-Verifikasi/K/X/2020

Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
  • Headline
  • Berita
  • Pengetahuan
  • ENTERTAINMENT
  • Opini
© 2017-2025 Ceknricek.com Company. All rights reserved.

Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.