Ceknricek.com — Ratusan orang yang tergabung dalam Women’s March Jakarta 2019, berkumpul di depan Hotel Sari Pan Pasific, Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu (27/4) pagi. Mereka melalukan “long march” melewati Monumen Nasional (Monas) dan berorasi di Taman Aspirasi. Aksi ini diikuti oleh sekitar 50 lembaga swadaya masyarakat dan komunitas.
Para peserta menyampaikan pendapatnya melalui spanduk berisi beberapa tuntutan, seperti keadilan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia (HAM), penyelesaian RUU Perlindungan Kekerasan Seksual, menjalankan sistem penegakan hukum yang berkeadilan gender, dan lain sebagainya.
Sumber : Instagram @womensmarchjkt
Ketua Pelaksana Womens March Jakarta Fahmia Badib bersama perwakilan dari lembaga swadaya masyarakat menilai, tindakan kekerasan seksual terhadap perempuan di Indonesia kian darurat. Padahal perempuan juga memiliki hak yang sama untuk bekspresi bebas tanpa intimidasi, tekanan, dan tindakan kekerasan.
Catatan tahunan yang dirilis Komisi Nasional Perempuan, pada Maret 2019, menunjukkan, ada 406.000 perempuan yang melapor kasus kekerasan selama 2018. Kekerasan seksual itu meningkat sekitar 14 persen dari tahun sebelumnya, kata Fahmia.
Data lain dari survei bersama Lentera Sinta Indonesia, Hollaback Jakarta, Jakarta Feminist Discussion Group, dan Change.org, menyebutkan pelecehan seksual masih sering terjadi di tempat umum. Sebanyak 43 persen dari 62.224 responden pernah mengalami pelecehan seksual. Dari jumlah itu, 50 persen mengalami pelecehan seksual untuk pertama kali sebelum berusia 16 tahun.
Womens March Jakarta adalah sebuah gerakan untuk merayakan Hari Perempuan Internasional tanggal 4 Maret. Kegiatan rutin dilaksanakan sejak tahun 2017. Selain di Jakarta, kegiatan serupa juga dilaksanakan di beberapa kota lain seperti Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.
Sumber : WomanMarch-Ultimagz
Dilansir dari laman website cosmopolitan.co.id, Womens March pertama kali diadakan 21 Januari 2017 di Washington DC, Amerika Serikat, sebagai bentuk protes terhadap Presiden AS Donald Trump. Sebagian masyarakat AS tidak setuju pada pernyataan-pernyataan Trump yang diskriminatif, serta program kerja yang tidak mementingkan hak kaum minoritas. Saat itu ratusan ribu warga Amerika beramai-ramai turun ke jalan.