Bagas Suratman, Petani Inovatif di Pinggiran Bandara Soetta Berpenghasilan Rp100 Juta per Hari | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Kokok Dirgantoro @kokokdirgantoro

Bagas Suratman, Petani Inovatif di Pinggiran Bandara Soetta Berpenghasilan Rp100 Juta per Hari

Ceknricek.com - Namanya Bagas Suratman. Ia berkesempatan mengelola lahan pertanian perkotaan seluas 26 hektare di Kampung Rawa Lini, Teluk Naga, Tangerang, Banten, 15 tahun silam. Lahan yang bersebelahan dengan Bandara Soekarno Hatta (Soetta) itu ditanami dengan 30 jenis komoditas sayuran dan melon. Bagas mengaku, lahan tersebut ia sewa Rp10 juta per tahun. 

Dilansir Tabloid Sinar Tani, Selasa (19/3), Bagas mengungkapkan sebelumnya ia bekerja sebagai sopir angkutan umum Metromini, dan buruh di pabrik cat. "Awalnya, terjun menjadi petani hanya coba-coba, tetap lambat laun usaha menanam sayuran menghasilkan pendapatan yang cukup besar," katanya.

Bagas mengatakan, saat ini pendapatan per harinya mencapai Rp 100 juta. Pemasukan tersebut diperoleh dari supermarket seperti Superindo, Alfamidi, Carrefour yang menjadi mitra usahanya. Bagas juga memasok sayuran ke berbagai pasar tradisional di Jabodetabek.

Jenis sayuran yang ia budidayakan -- antara lain -- daun pepaya, singkong, kangkung, bayam, caisim, dan katuk. "Di sini kami bermitra dengan 40 orang petani yang mengolah lahan 26 hektare. Kami panen setiap hari untuk menyuplai empat supermarket,” kata Bagas.

Foto: Kokok Dirgantoro @kokokdirgantoro

Melon, misalnya, dijual seharga Rp10 ribu per kg, dengan biaya produksi Rp150 juta per hektare. Hasil produksi bisa mencapai 25 ton per hektare. "Minimal keuntungan Rp50 juta sampai Rp 100 juta per hektare per musim. Masa tanam selama 70 hari,” kata Bagas.

Foto: Kokok Dirgantoro @kokokdirgantoro

Sedangkan harga sayuran per ikat cukup kompetitif. Untuk caisim, misalnya, Rp2.200 per ikat. Kenikir Rp2.500, daun singkong Rp1.500, daun pepaya Rp2.500, daun bayam Rp 2.200, dan daun katuk Rp3.000 per ikat. Untuk memenuhi pasokan, Bagas mengaku hanya libur satu hari dalam setahun, yakni pada malam takbiran Idul Fitri.

Bagas mengawali usaha budidaya pertaniannya dengan cara otodidak. Ia bergabung dengan komunitas petani lain di berbagai tempat di Tanah Air untuk mempelajari hal-hal seputar budidaya.

Kini, Bagas merasakan betul menfaat bertani. Kondisi ekonominya terus meningkat. Tujuh orang sopirnya, bahkan sudah mampu memiliki mobil sendiri. "Setiap harinya saya mempekerjakan 15 orang dan kalau bulan puasa mencapai 30 orang," ungkapnya.

Keberhasilan Bagas menarik perhatian Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi. Ia bahkan menyempatkan diri meninjau langsung ke lokasi.

Sumber : Republika.co.id

Suwandi mengapresiasi usaha petani muda dalam memanfaatkan lahan yang semula lahan tidur ditumbuhi semak belukar, menjadi lahan pertanian produktif. "Ini luar biasa. Ada pemuda yang berhasil bertani dengan sistem modern di lahan perkotaan. Ia menghasilkan 30 jenis sayuran plus melon. Hasil panennya dijual di berbagai pasar tradisional Jabodetabek dan pasar ritel. Bahkan melon rencananya mau diekspor. Pasarnya sudah ada, ke Hongkong. Ini perlu ditularkan ke pemuda lain,” ucap Suwandi.



Berita Terkait