Ceknricek.com -- Kisah inspiratif datang dari enam anak asal Papua. Demi menimba ilmu dan menggapai cita-cita, mereka rela jauh-jauh terbang dari timur untuk bersekolah di Ciamis, Jawa Barat. Keenam anak itu terpilih dari seleksi program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Anak-anak Papua itu kini duduk di SMKN 2 Ciamis. Mereka tengah mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Mereka terlihat ceria mengikutinya, meskipun beberapa kegiatan tak bisa diikuti karena berbeda keyakinan.
Mereka adalah Roigen Rochelio (15), Libert (15), Anton (19), Eson (15), Herman (15), dan Jebo (17). Meski keenamnya berasal dari sekolah SMP dan daerah berbeda, tapi semua terlihat akrab dan berbaur.
Motivasi mereka rela jauh dari keluarga adalah ingin menimba ilmu pendidikan yang baik. Sekaligus meringankan orang tua karena tak harus membiayai mereka bersekolah. Karena dalam program ADEM ini selain mendapat sekolah gratis juga setiap minggu mendapat uang saku.
"Di sana (Papua) seleksi dulu, setelah terpilih saya bersekolah di Ciamis ini. Di sini saya akan belajar giat supaya pintar, saya ambil jurusan TKJ karena ingin masuk polisi Cyber Crime. Karena saat ini banyak masalah berawal dari sana," ujar Roigen Rochelio MPLS SMKN 2 Ciamis, seperti dikutip galuhnews, Selasa (16/7).
Roigen mengaku sudah mempersiapkan segalanya meski harus jauh dari keluarga. Mulai dari belajar dan menguatkan mental berada jauh dari kampung halaman. Mereka saat ini tinggal di mes dekat sekolah.
"Di Ciamis cuacanya tidak jauh beda sama di daerah saya di Kabupaten Supiori dingin, jadi tidak ada masalah sama saja. Nyaman di sini, memilih Ciamis karena saya ingin," ucap Roigen.
Seorang anak Papua lainnya, Eson, mengaku sangat senang bisa mendapat kesempatan beasiswa belajar di luar daerah. Di Ciamis ini ia akan belajar bersungguh-sungguh supaya pulang ke Papua bisa berguna untuk masyarakat.
"Enaknya ya orang tua di sana tak usah ngasih biaya buat saya. 12 hari sudah saya di sini, rindu juga sama orang tua. Saya biasa telepon. Mungkin 3 tahun di sini saya tak pulang," kata Eson.