Ceknricek.com -- Planetarium dan Observatorium Jakarta tidak hanya sekali menggelar peneropongan bulan dan planet-planet di sekitar bumi.
Dalam setahun, setidaknya ada 72 kali peneropongan malam yang rutin diadakan pengelola Planetarium dan Observatorium Jakarta, dengan mengajak masyarakat.
Itu belum termasuk peneropongan saat ada fenomena-fenomena astronomi tertentu, seperti gerhana bulan yang terjadi Rabu (17/7) dinihari.
Tahun ini, hanya ada tiga kali fenomena gerhana, yakni gerhana bulan sebanyak dua kali pada Januari dan Juli ini, kemudian gerhana matahari pada Desember mendatang.

Foto: Christa/Ceknricek.com
Menurut ahli astronomi dari Planetarium Jakarta Cecep Nurwendaya, fenomena gerhana bulan ini merupakan yang pertama kali bisa disaksikan secara langsung sepanjang 2019.
Gerhana bulan total pertama pada tahun ini terjadi pada 21 Januari lalu, namun tidak bisa dilihat karena di Indonesia berlangsung siang hari.
Beruntungnya, kali ini gerhana bulan bisa disaksikan secara langsung karena berlangsung malam hari, didukung cuaca yang teramat cerah.
Malam berganti pagi, namun para pengunjung yang kebanyakan anak muda tetap bersemangat menunggu proses gerhana bulan, sembari sesekali mengintip lewat teleskop.
Banyak yang menyiasati waktu dengan bercengkerama, meng-"update" status media sosial lewat ponsel, menunggu puncak gerhana bulan yang diperkirakan terjadi pukul 04.30 WIB.
Apalagi, lampu-lampu di pelataran Planetarium dan Observatorium Jakarta kemudian dimatikan, membuat cahaya bulan kian jelas menerangi, sebelum tertutup bayangan bumi.