Ceknricek.com - Bayi dalam keadaan normal memiliki bentuk kepala yang bundar, tetapi ada sebagian bayi yang memiliki bentuk kepala tidak bundar dan tidak rata. Orang-orang sering menyebutnya dengan kepala peyang. Memang bentuk kepala tidak mempengaruhi perkembangan otak bayi, tetapi kepala peyang membuat bentuk kepala dan wajah kurang simetris.
Hal tersebut dapat terbentuk akibat kebiasaan bayi. Tulang tengkorak bayi yang baru lahir masih tipis dan fleksibel, sehingga bisa berubah bentuk jika mendapat tekanan untuk waktu yang cukup lama. Misalnya bayi yang terlalu lama atau sering berbaring terlentang dapat berpotensi membuat bagian belakang kepalanya rata, padahal seharusnya bundar.
Bentuk kepala yang tidak rata juga dapat terjadi saat proses persalinan. Bayi dapat terlahir dengan bentuk kepala yang lonjong atau tidak rata karena mendapatkan tekanan di jalan lahir. Kondisi kepala bayi umumnya dapat kembali membulat dalam 6 pekan.
Dalam dunia medis, kondisi kepala peyang pada bayi ada dua jenis.
Pertama, Plagiocephaly. Ini merupakan kondisi salah satu sisi kepala bayi menjadi datar. Hal itu membuat bentuk kepala menjadi asimetris, posisi kedua telinga juga dapat terpengaruh sehingga tidak sejajar. Jika dilihat dari atas, kepala akan terselihat seperti jajar genjang.
Kondisi kedua yaitu Brachycephaly. Pada kondisi ini, bagian belakang kepala bayi yang menjadi rata. Secara visual terlihat kepala bayi memiliki kesan lebar dan membuat dahi lebih menonjol ke depan.
Penyebab kepala peyang
Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab umum terjadinya kepala peyang pada bayi.
Permasalahan di rahim. Sebelum lahir, kepala bayi dapat mengalami tekanan di dalam rahim. Selain itu, kekurangan cairan ketuban dalam rahim juga dapat membuat bayi kurang terlindungi dan membuat kepalanya tidak normal.
Posisi tidur bayi. Tidur dalam posisi telentang menjadi cara paling aman bagi bayi, tetapi tidur dalam posisi sama terus-menerus juga tidak baik. Jika bayi tidur terlentang selama berjam-jam setiap hari, tidak menutup kemungkinan sisi belakan kepalanya akan menjadi datar. Terlebih bagi bayi prematur yang memiliki tulang tengkorak lebih lunak dibanding bayi lahir normal.
Ketegangan otot leher. Bayi juga dapat mengalami ketegangan otot yang membuat gerakan otot leher untuk memutar kepala terbatas. Jika itu terjadi, salah satu sisi kepala bayi akan cenderung lebih sering tertekan saat berbaring.
Ketiga penyebab di atas, tidak berpengaruh terhadap perkembangan otak bayi dan umumnya tidak membuat kelainan bentuk kepala saat dewasa kelak.
Hal ini berbeda dengan bayi yang mengalami kondisi craniosynostosis. Kondisi tersebut membuat kepala bayi peyang karena penyatuan lempeng-lempeng tulang tengkorak yang terlalu dini. Tulang tengkorak bukan satu tulang utuh yang berdiri sendiri, tetapi gabungan dari 7 lempeng tulang yang berbeda. Ketujuh tulang itu dihubungkan satu sama lain oleh jaringan elastis kuat yang disebut sutura.
Cara Mengatasi Kepala Peyang
Dilansir dari alodokter, terdapat beberapa cara untuk mengatasi dan menghindari kepala peyang pada bayi, yaitu:
Mengubah posisi tidur bayi. Usahakan agar bayi tidur telentang dengan posisi kepala miring ke sisi kanan atau sisi kiri, secara bergantian dan berkala
Mengatur letak tempat tidur bayi. Si kecil mudah tertarik dengan benda-benda bercahaya, mainan warna-warni, dan jendela. Oleh karenanya, Anda perlu mengatur agar bayi tidak cenderung mengarahkan kepala pada satu titik tertentu saja.
Menggendong dengan beragam posisi. Saat menggendong bayi juga perlu diperhatikan posisi bayi, terutama kepalanya yang masih lunak dan rentan terbentuk. Anda dapat lakukan beberapa variasi posisi seperti menggendong tegak, didekap, dan miring bergantian.
Menggunakan helm khusus anti peyang. Jika berbagai cara yang dilakukan belum menunjukkan hasil yang signifikan, Anda dapat menggunakan helm khusus untuk mengatasi kepala peyang pada bayi. Untuk menggunakannya, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter. Helm ini dapat membantu memperbaiki bentuk tulang tengkorak bayi yang seiring dengan pertumbuhannya.