Ceknricek.com -- Presiden Joko Widodo kembali mewaspadai potensi kesulitan kondisi perekonomian yang mengarah ke resesi ekonomi pada tahun 2020. Hal ini diungkapkannya dalam rapat kabinet terbatas (ratas) di Kantor Presiden Jakarta, Rabu (30/10).
"Perkiraan dari lembaga-lembaga internasional, tahun depan akan menuju ke sebuah situasi yang lebih sulit. Dan bahkan ada yang menyampaikan menuju ke sebuah resesi," kata Presiden Jokowi seperti dilansir Antara.
Rapat itu turut dihadiri pula Wapres Ma'ruf Amin serta Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Rapat ini beragendakan penyampaian program dan kegiatan di bidang perekonomian.
"Sebelum saya mempersilakan Pak Menko untuk menyampaikan fokus dan kerja dalam lingkup koordinasi, saya sampaikan beberapa hal. Ini bolak-balik saya sampaikan, kuncinya ada di pertama peningkatan ekspor dan substitusi barang-barang impor. Kedua, yang sangat penting adalah juga investasi," kata Presiden.
"Oleh sebab itu saya sudah sampaikan baik kepada Mendag dan Wamendag, Menlu dan Wamenlu, saya sampaikan secara khusus bahwa perjanjian perdagangan harus kita lakukan secara terus menerus tanpa henti," tambah Jokowi.
Sumber: Antaranews
Baca Juga: Ini Tarif Baru Iuran BPJS Kesehatan, Berlaku 1 Januari 2020
Sekadar informasi, baru-baru ini Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan proyeksi ekonomi terbarunya. Dalam laporannya, IMF memproyeksikan ekonomi dunia hanya mampu tumbuh 3 persen untuk tahun 2019, atau yang terendah sejak tahun 2008.
Selain itu, United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) juga memperingatkan bahaya resesi global di tahun 2020. Salah satu tandanya adalah memanasnya tensi perdagangan, pergerakan mata uang dunia, utang korporasi, carut marutnya Brexit, hingga kurva yield obligasi AS yang bersifat terbalik (inverted yield curves).
Terkait faktor terakhir, kurva imbal hasil terbalik berarti bunga obligasi pemerintah AS untuk periode jangka pendek lebih tinggi ketimbang bunga obligasi jangka panjang. Biasanya, ketika kurva imbal hasil berbalik, investor menilai prospek ekonomi jangka panjang tidak menarik.
Saat krisis ekonomi AS 2007-2008 lalu, kurva ini juga menunjukkan indikator yang terbalik. Saat itu, yield obligasi 10 tahun AS lebih rendah dari yield dua tahun.
Laporan UNCTAD memproyeksikan pertumbuhan global bakal turun menjadi 2,3 persen pada 2019 dibandingkan dengan 3 persen pada 2018. Begitu pula dengan pertumbuhan perdagangan yang melambat dari 2,8 persen di 2018 menjadi hanya 2 persen di tahun ini
BACA JUGA: Cek POLITIK, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.
Editor: Farid R Iskandar