Ceknricek.com -- Film Bumi Manusia, hasil adaptasi novel karya Pramoedya Ananta Toer, tayang serentak di seluruh bioskop Tanah Air Kamis, (15/8). Film ini merupakan besutan sutradara Hanung Bramantyo dan penulis naskah Salman Aristo.
Bumi Manusia secara garis besar menceritakan kisah perjuangan Minke (Iqbaal Ramadhan), Annelies Mellema (Mawar de Jongh), Nyai Ontosoroh (Sha Ine Febriyanti) di zaman kolonial.
Pram, sosok di balik lahirnya karya serial Tetralogi Pulau Buru: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca memiliki kisah tersendiri yang menarik disimak. Berikut fakta-faktanya.
Sumber: CNN
Tiga Kali Dipenjara
Penjara merupakan tempat yang akrab bagi seorang Pram. Ia sempat mengalami tiga periode pemenjaraan (Belanda, Orde Lama, dan Orde Baru) yang dijalaninya tanpa melewati proses peradilan.
Alasan dari pemenjaraannya pun beragam. Mulai dari keterlibatannya dengan pasukan kemerdekaan di zaman Hindia Belanda, masalah terhadap bukunya “Ho Kiau di Indonesia” yang tidak disukai pemerintah Orde Lama, hingga tuduhan terlibat gerakan 30 September 1965.
Sejarawan Andal
Sebagai seorang penulis yang seringkali mendasarkan karyanya pada peristiwa sejarah, Pram menawarkan cara pandang sejarah yang berbeda dari sudut pandang penguasa.
Hal ini terlihat sepetri dalam karyanya antara lain Arok Dedes, Tetralogi Pulau Buru, Di Tepi Kali Bekasi, dan Jalan Raya Pos Jalan Daendels. Dalam proses pembuatan karyanya tentu saja membutuhkan riset mendalam dari bacaannya yang banyak.
Nominasi Nobel
Nama Pram seringkali dinominasikan untuk meraih penghargaan Nobel Sastra meskipun penghargaan tersebut tidak pernah digenggam hingga akhir hayatnya.
Ada sejumlah spekulasi mengapa Nobel tak mampir ke Pram. Salah satunya, penerjemahan ke bahasa Inggris yang buruk. Ini membuat kualitas kesusastraannya merosot.
Pandangan dan Ideologi
Pemerintah Orde Baru sempat menuding Pram sebagai seorang komunis. Ia sendiri mengaku tidak memihak ideologi apapun dan selalu mengatakan hanya berpihak pada keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
Pramisme, demikian katanya jika ditanya tentang ideologi yang dianutnya. Meskipun demikian, dalam berbagai kesempatan, ia sering mengatakan bahwa salah seorang tokoh yang paling ia kagumi adalah Bung Karno. Meski begitu, Bung Karno tidak begitu menyukai Pram karean mengganggapnya sosok yang angkuh.
Karya-karyanya Dimusnahkan
Era Rezim Orde Baru selain menahan dirinya, novel-novelnya pun dianggap berbahaya sehingga dilarang dan dibakar. Mereka yang memiliki dan mendiskusikannya karyanya bahkan terancam ditangkap dan ditahan.
Pada 31 Oktober 1981, Kejaksaan Agung membantah telah membakar 10.000 eksemplar Bumi Manusia dan lanjutannya, Anak Semua Bangsa. Mereka mengaku "hanya" membakar 972 eksemplar.
Sumber: Istimewa
Baca Juga: Film Bumi Manusia Rilis, Ini Sinopsisnya
Hidup Untuk Bekerja
“Selama orang masih suka bekerja, dia masih suka hidup dan selama orang tidak suka bekerja sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut.” (Rumah Kaca).
Bagi Pram, hidup memang untuk bekerja. Hal ini sudah ditanamkan oleh Ibunya yang memberi pengaruh besar padanya. Sejak kecil tatkala disuruh menggembala kambing, namun ia malu pada teman-teman sekolahnya hingga akhirnya mengadu pada ibu Pram.
Namun sang ibu malah memberi nasihat kepada Pram yang menyejukkan hatinya.
"Yang harus malu seharusnya mereka, karena mereka takut pada kerja. Kau kan kerja. Kau tidak boleh malu, seharusnya mereka yang malu," ungkap Pram dalam sebuah wawancara bersama peneliti dari Belanda.
BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Informasi Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.