Agus Sudibyo Rilis Buku 'Memahami AI Sebuah Panduan Teknik' | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Agus Sudibyo Rilis Buku 'Memahami AI Sebuah Panduan Teknik'

Ceknricek.com--Pemerhati komunikasi dan digitalisasi, Agus Sudibyo, merilis buku berjudul "Memahami AI Sebuah Panduan Etik", dalam sebuah seminar bertajuk "Bagaimana AI Mengakselerasi Transformasi Digital untuk Indonesia Emas 2024", Kamis (28/11/24) di Financial Hall, Soedirman, Jakarta.

Peluncuran buku yang dibarengi seminar itu dihadiri banyak kalangan diantaranya Nezar Patria (Wakil Menteri Komunikasi dan Digital), Budiman Sudjatmiko (Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan), Iman Brotoseno (Direktur Utama TVRI), Ajar Edi (Ketua Kagama AI dan Senior Vice President, Goverment Affairs PT Indosat Tbk), Budayawan Sujiwo Tejo hingga Pengamat Politik Rocky Gerung.

Menurut Agus buku ini merupakan respons dari maraknya penggunaan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) selama beberapa tahun terakhir. Euphoria terhadap AI ini harus dibarangi dengan sikap waspada, semacam collective awareness terhadap dampak, anomali, kontradiksi, dan residu yang ditimbulkannya.

"Buku ini menyorongkan sikap hati-hati sekaligus selidik terhadap AI, suatu teknologi yang hari ini begitu disambut dengan gegap gempita di seluruh dunia,” ujar Agus.

Foto: Istimewa

Agus menambahkan, tujuan membuat buku ini agar masyarakat bisa bersikap bertanggung jawab dalam memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan. Ia menyebut buku ini bukanlah karya ilmiah.

Sementara Iman Brotoseno, Direktur TVRI yang juga salah satu narasumber seminar mengatakan di TVRI teknologi AI sudah digunakan. Misalnya saat menggambarkan Prabowo kecil yang tidak ada dokumentasinya. Tim dari TVRI bisa membuat lewat teknologi AI.

"Dari sisi efisiensi, penggunaan AI lebih cepat. Juga lebih efisien. Dulu untuk membuat sebuah tayangan dokumenter misalnya butuh waktu berhari hari. Jadi dari sisi manfaat AI lebih banyak dibanding mudharatnya,"kata Brotoseno.

Iman mengakui SDM yang menguasai AI masih sedikit. Pihaknya pun mengambil tenaga dari luar. Tantangannya dari sisi kreativitas. Inilah yang harus dijawab para kreator dalam negeri.

"Pertanyaannya, apakah nantinya teknologi ini bisa mengambil peran manusia. Untuk bidang tertentu seperti host tidak bisa. Karena harus kelihatan ada 'nyawanya'"kata Iman.

Iman juga menyoroti Platform AI yang banyak dibuat oleh tenaga ahli dari negara maju. Kekurangannya, bank datanya tidak lengkap. Misal kalau hendak membuat tayangan petani Indonesia, gambarannya berbeda. "Karena profil petani kita tentu berbeda dengan petani negara negara maju,"kata Iman.

Foto: Istimewa

Sementara Nezar Patria menyoroti bangsa kita masih dalam taraf pemakai teknologi AI. Padahal teknologi AI sudah mulai dirintis sejak Perang Dunia ke-2. Hanya di abad 21 perkembangannya demikian pesat. Nezar menggambarkan perkembangan AI seperti perlombaan senjata nuklir termsuk untuk regulasinya.

"Dimana posisi Indonesia? Banyak pihak berharap kita bukan hanya pemakai teknologi AI. Kalau bisa pemain juga,"kata Nezar.

Peluncuran buku ini ditandai dengan penyerahan buku pada beberapa tokoh yang hadir yaitu Nezar Patria, Budiman Sudjatmiko, Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu, Sujiwo Tejo, Rocky Gerung, Ketua PWI Pusat Zulmansyah Sekedang dan lain sebagainya.

Selain peluncuran buku, Kagama AI juga mendeklarasikan Meneguhkan Kedaulatan Kecerdasan Artifisial untuk Kemajuan Ekonomi Digital Indonesia. Bersama-sama, mereka membuka kain yang menutupi piagam deklarasi Kagama AI, lalu menandatangani piagam tersebut.

 


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait