"teman-teman, coba deh liat pohon-pohon tabebuyya sepanjang jalan Sudirman Thamrin mulai bermekaran lho! seperti hati kita yang berbunga-bunga menyambut weekend. selamat berakhir pekan semua. @ Jakarta, Indonesia," tulis Anies.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, sejak bulan Agustus Dinas Kehutanan DKI menanam pohon Tabebuya di tiga wilayah kota. Warna bunga Tabebuya di tiap kota akan berbeda-beda. "Jakarta Pusat warna Tabebuyanya pink, di Jakarta Selatan ungu, di Jakarta Utara kuning, sehingga setiap wilayah itu mempunyai ciri khas," ujar Suzi.
Selain Tabebuya, Dinas Kehutanan DKI juga akan menanam tanaman penyerap polutan. Salah satunya, yakni Bougenville. "Bougenville itu termasuk semak perdu yang kategori tertinggi menyerap polutan. Jadi kita tanam itu secara massal," ucap Suzi.
Foto: Pemprov DKI Jakarta
Baca Juga: Pemprov DKI dan Universitas Indonesia Gelar Pelatihan Pemasaran Bunga Online
Selain menyerap polutan, lanjut Suzi, Bougenville juga berbunga sepanjang tahun, tahan terhadap semua cuaca dan tidak memerlukan banyak perawatan. Tanaman-tanaman itu akan ditanam di sekitar trotoar yang dilebarkan, seperti di Jalan Jenderal Sudirman, Jalan MH Thamrin, Jalan Professor Doktor Satrio, Kasablanka, Cikini, hingga Kemang.
Mirip Pohon Sakura Jepang
Nama pohon Tabebuya sudah terkenal sejak ditanam di Surabaya. Banyak yang menganggap bahwa pohon ini mirip sakura dan mengiranya berasal dari Jepang. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Destario Metusala, ahli taksonomi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dalam artikel Kompas.com, 02 Desember 2018; Tabebuya bukan berasal dari Jepang melainkan dari kawasan tropis Amerika.
Foto: Pemprov DKI Jakarta
Tabebuya sebetulnya merupakan nama genus, yakni Tabebuia sp., yang merupakan bagian dari famili Bignoniaceae. Menurut data yang tercatat di database Herbarium Kew-Inggris, genus ini terdiri dari sekitar 76 spesies, ada yang berbentuk pohon dan ada yang berbentuk semak besar.
Lalu, dari 76 spesies tersebut Destario berkata, bahwa tiga spesies yang paling sering digunakan sebagai tanaman hias adalah T. aurea (kuning), T. rosea (pink hingga magenta) dan T. pallida (putih hingga putih semburat pink).
Selain bunga Sakura Jepang, banyak masyarakat awam yang menganggap Tabebuya dan Handroanthus sama. Saat Tabebuya bermekaran di Surabaya pada tahun lalu misalnya, banyak yang mengira bahwa spesiesnya adalah Tabebuia chrysotricha yang telah berganti nama ilmiah jadi Handroanthus chrysotricha.
Foto: Pemprov DKI Jakarta
Untuk yang berwarna ungu pun, ada spesies Handroanthus impetiginosus yang dulunya pernah disebut sebagai Tabebuia impetiginosa atau purple tabebuia. Destario menjelaskan bahwa kedua genus tersebut memang punya banyak kemiripan karena secara genetik, berkerabat dekat dan masih dalam satu famili yang sama.
Keduanya sama-sama berasal dari Amerika tengah hingga Amerika selatan, menyukai lingkungan yang panas dengan cahaya matahari penuh, tahan suhu tinggi, toleran kekeringan dan sangat adaptif pada dataran rendah. Bunga dari Tabebuya dan Handroanthus juga sama-sama berbentuk terompet dan buahnya berbentuk kapsul memanjang berisi biji dengan membran bersayap.
BACA JUGA: Cek SEJARAH, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini.