Ceknricek.com -- Depresi dan ansietas (kecemasan) merupakan gangguan kesehatan mental emosional yang sering masyarakat dengar atau ditemui langsung di lingkungan pertemanan bahkan sekitar keluarga.
Di Indonesia pada kenyataannya prevalensi diagnosis depresi sebesar 6,1 persen dan sebanyak 91 persen nyaris tidak diobati, karena berbagai macam alasan. Tentunya gangguan depresi yang tidak ditangani dapat menyebabkan bunuh diri. Hampir 800 ribu orang di seluruh dunia meninggal karena bunuh diri setiap tahun.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO) memberikan pernyataan bahwa gangguan depresi berada pada urutan keempat penyakit di dunia. Prevalensi gangguan depresi pada populasi dunia adalah 3-8 persen dengan 50 persen kasus terjadi pada usia produktif 20-50 tahun.
"Siapa saja bisa mengalami depresi yang berujung stres. Bahkan, reaksinya terhadap seseorang bisa sangat berlainan. Bisa saja kondisi yang dialami bisa membuat dia semakin mampu melakukan tugas kehidupan sehari-hari bahkan mencapai sesuatu yang dia harapkan," kata dr. Andri, Sp.KJ, FACLP dalam acara Talkshow dan konferensi pers peluncuran Duloxta di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Jumat (22/11) pagi.
Menurut dokter psikiater dari RS Omni Hospital BSD itu, di era zaman digital yang dituntut harus serba cepat, membuat kondisi sistem saraf pusat harus bisa menyesuaikan. Akibatnya orang tersebut gampang mengalami gangguan cemas bahkan dapat membuat konsentrasi jadi menurun.
Baca Juga: Cara Delevingne Beberkan Masalah Depresinya
"Kalau menurut saya ini akibat dari era digita, dimana semua dituntut serba cepat. Apakah yang multitasking tidak mengalami depresi? Penelitian menemukan multitasking justru gampang mengalami gangguan cemas dan bahkan gejalanya susah tidur dan susah konsentrasi," ucap dr. Andri.
Ahli psikosomatik ini ingin mengedukasi masyarakat untuk pengetahuan dan kesadaran mengenai betapa pentingnya terapi depresi atau kesehatan mental untuk mencegah bunuh diri. Bagi dia, orang yang menderita depresi belum tentu bisa sembuh 100 persen bila tidak melakukan terapi secara rutin.
"Di dalam penelitian beberapa tahun lalu di dalam jurnal dokter keluarga dikatakan memang orang yang mengalami depresi sembuh itu bisa 50 persen. Karena ini merupakan kondisi kronis yang bisa terulang. Terapi bisa menghilangkan gejala dan mencegah kambuhan. Perlu dibantu juga dari support system seperti keluarga dan lingkungan sekitar dia," ujar dr. Andri.
Editor: Thomas Rizal