Benarkah Pemeriksaan USG Berbahaya Buat Janin? | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Ilustrasi Pemeriksaan USG pada Ibu Hamil. Foto: Khakimullin Aleksandr/Shutterstock

Benarkah Pemeriksaan USG Berbahaya Buat Janin?

Ceknricek.com - Ibu hamil perlu memeriksa kandungannya secara berkala. Salah satu pemeriksaan yang sering dilakukan adalah ultrasonography yang lebih dikenal dengan pemeriksaan USG. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memantau kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya, juga sebagai pendeteksi dini terhadap kemungkinan komplikasi di masa kehamilan.

Kini hampir di setiap rumah sakit dan klinik kebidanan telah dilengkapi dengan fasilitas USG. Mudahnya mendapatkan fasilitas ini membuat banyak perempuan yang sedang mengandung ingin melakukan pemeriksaan USG.

Sebagian orang berpendapat bahwa pemeriksaan USG dapat memiliki efek samping yang buruk terhadap janin. Bahkan pendapat tersebut disepakati oleh sebagian ibu hamil.

Alasannya, gelombang efek USG yang dipancarkan oleh peralatan ke dalam rahim akan menembus organ-organ janin. Mereka beranggapan bahwa seringnya USG akan menimbulkan efek samping berbahaya seperti paparan gelombang sinar X, laser, dan lain-lain.

Anggapan tersebut tentu tidak benar. Ultrasonography bermakna pengambilan gambar menggunakan gelombang suara ultra. Frekuensi gelombang suara tinggi (20.000 Hz) dipantulkan ke dalam tubuh (perut) untuk menghasilkan gambaran rahim dan isinya. Hasilnya berupa sonogram (gambar) yang terlihat di layar monitor.

Gelombang suara yang dikeluarkan bukanlah sesuatu yang berbahaya, sehingga USG merupakan aktivitas yang aman bagi ibu dan janin yang dikandungnya. USG merupakan pemeriksaan yang aman karena energi yang digunakan menyebar (tidak terpusat) dan kurang dari 1% gelombang yang dihantarkan ke tubuh. USG pun tidak memancarkan panas dan sinar rontgen yang membuatnya sangat aman.

Dilansir dari doktersehat, Prof. Dr. Med. Ali Baziad, SpOG (K) mengatakan pemeriksaan USG dilakukan untuk mengetahui beberapa hal. Mulai dari letak janin hamil di luar atau di dalam kandungan, letak plasenta, ukuran bayi, ukuran lingkar kepala. Semua hal tersebut agar melihat perkembangan sesuai dengan usia kehamilan.

Tak hanya itu, USF juga dapat digunakan untuk mengevaluasi detak jantung dan mentedeksi secara dini kelainan kongenital (cacat lahir).

Terkait berapa kali USG perlu dilakukan, Ali berpendapat bahwa sebaiknya tidak dilakukan terus-menerus atau terlalu sering. Cukup 2 sampai 3 kali selama kehamilan.

Pemeriksaan USG perlu lebih sering jika ditemukan indikasi permasalahan medis yang lain. Misal terdapat perdarahan, kecurigaan adanya gangguan pertumbuhan janin, pecah ketuban, dan kematian janin.

Penentuan usia kehamilan paling tepat dilakukan pada kehamilan 6-10 minggu. Penentuan terkait letak plasenta masih menutupi jalan lahir atau tidak pada kehamilan 36 minggu. Pengidentifikasian cacat bawaan umumnya dilakukan pada kehamilan 20-22 minggu karena sebagian besar cacat bawaan dapat didiagnosis pada usia kehamilan tersebut. Sementara pada kasus yang lain, sebagian lagi kecacatan dapat dilihat pada kehamilan 10-14 minggu dan 28-32 minggu.


Jenis-jenis USG

Ada 3 jenis USG yang umumnya digunakan untuk pemeriksaan janin, yaitu:

USG Eksternal

Pada USG Eksternal, alat bantu yang digunakan adalah probe yang memiliki sensor di ujungnya. Sensor itu digunakan untuk menangkap gelombang suara di permukaan kulit. USG eksternal biasanya digunakan untuk memantau kondisi janin saat kehamilan. Selain itu, USG eksternal juga digunakan untuk melakukan pemeriksaan kelainan pada organ tubuh tertentu, mulai ginjal, hati, payudara, atau rahim. Tidak hanya itu, alat ini juga dapat digunakan melihat bagian dalam leher dan sendi.

USG Internal

Salah satu bentuk USG internal adalah USG transvaginal. Jenis USG ini dilakukan dengan memasukkan probe melalui vagina. USG ini digunakan untuk memeriksa kondisi organ di daerah panggul, seperti rahim dan indung telur.


USG Endoskopi

Jenis ini menggunakan alat bernama endoskopi, alat berbentuk selang tipis, panjang dan fleksibel. Alat ini dilengkapi kamera, lampu, dan sensor USG di ujungnya. Penggunaanya dengan cara dimasukkan melalui mulut untuk memeriksa organ bagian atas seperti kerongkongan hingga lambung.



Berita Terkait