Ceknricek.com -- Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data ekspor dan impor Indonesia secara kumulatif sejak Januari hingga Desember 2019. Hasilnya, BPS mencatat penurunan ekspor selama 2019 jika dibandingkan dengan 2018, begitu pula dengan besarnya impor.
China menjadi mitra dagang utama Indonesia sepanjang 2019 lalu, dimana Negeri Tirai Bambu ini menjadi tujuan ekspor non migas Indonesia dan menjadi pemasok barang non migas Indonesia.
"Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari–Desember 2019 mencapai US$167,53 miliar atau menurun 6,94 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, demikian juga ekspor nonmigas mencapai US$154,99 miliar atau menurun 4,82 persen," kata kepala BPS, Suhariyanto dalam konferensi pers di Kantor BPS, Rabu (15/1).
Sementara jika dibedah berdasarkan sektor, ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari– Desember 2019 turun 2,73 persen dibanding periode yang sama tahun 2018, dan ekspor hasil tambang dan lainnya turun 15,30 persen. Sementara ekspor hasil pertanian naik 5,31 persen.
Sumber: BPS
Khusus bulan Desember, besarnya nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,47 miliar atau meningkat 3,77 persen dibanding ekspor November 2019. Demikian juga jika dibanding Desember 2018 naik 1,28 persen. Adapun ekspor nonmigas Desember 2019 mencapai US$13,31 miliar, naik 3,10 persen dibanding November 2019. Demikian juga dibanding ekspor nonmigas Desember 2018, naik 5,78 persen.
Peningkatan terbesar ekspor nonmigas Desember 2019 terhadap November 2019 terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$422,7 juta (25,76 persen), sedangkan penurunan terbesar terjadi pada kendaraan dan bagiannya sebesar US$129,5 juta (18,46 persen).
BPS juga mencatat ekspor nonmigas Desember 2019 terbesar adalah ke China sebesar US$2,32 miliar, disusul Amerika Serikat sebesar US$1,67 miliar, dan Jepang sebesar US$1,17 miliar. Kontribusi ketiga negara ini mencapai 38,70 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa dengan total 28 negara ialah sebesar US$1,28 miliar.
"Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari–Desember 2019 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$29,94 miliar (17,87 persen), diikuti Jawa Timur US$18,67 miliar (11,14 persen) dan Kalimantan Timur US$16,41 miliar (9,79 persen)," kata Suhariyanto.
Sementara itu, nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong, dan barang modal selama Januari−Desember 2019 mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing 4,51 persen; 11,07 persen; dan 5,13 persen.
Sumber: BPS
Adapun tiga negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari−Desember 2019 ditempati oleh Tiongkok dengan nilai US$44,58 miliar (29,95 persen), Jepang US$15,59 miliar (10,47 persen), dan Thailand US$9,41 miliar (6,32 persen). Impor nonmigas dari ASEAN US$29.291,9 (19,68 persen), sementara dari Uni Eropa US$12.344,5 (8,29 persen).
Khusus bulan Desember 2019, besarnya impor mencapai US$14,50 miliar atau turun 5,47 persen dibanding November 2019, demikian juga apabila dibandingkan Desember 2018 turun 5,62 persen.
Baca Juga: Setahun, Gini Ratio Indonesia Turun Tipis
Impor nonmigas Desember 2019 mencapai US$12,37 miliar atau turun 6,35 persen dibanding November 2019 dan jika dibandingkan Desember 2018 juga turun 7,28 persen. Impor migas Desember 2019 mencapai US$2,13 miliar atau turun 0,06 persen dibanding November 2019, namun jika dibandingkan Desember 2018 naik 5,33 persen.
"Penurunan impor nonmigas terbesar Desember 2019 dibanding November 2019 adalah golongan kendaraan dan bagiannya sebesar US$254,7 juta (36,77 persen), sedangkan peningkatan terbesar adalah golongan gula dan kembang gula sebesar US$89,1 juta (99,89 persen)," kata Suhariyanto.
BACA JUGA: Cek INTERNASIONAL, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini