Ini Penjelasan Pakar Mikrobiologi Unpad Terkait Varian Baru COVID-19 | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Ilustrasi COVID-19 (freepik)

Ini Penjelasan Pakar Mikrobiologi Unpad Terkait Varian Baru COVID-19

Ceknricek.com -- Masyarakat dunia tengah dipusingkan dengan munculnya varian baru COVID-19 yang dianggap tingkat penularannya lebih cepat dan mudah menjangkiti anak-anak.

Varian baru corona yang awal mulanya ditemukan di Inggris itu menurut pakar Mikrobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Dr Mia Miranti dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Selasa, (29/12/20) merupakan kelompok virus RNA.

RNA adalah salah satu jenis asam nukleat yang menjadi ciri bahwa virus dikategorikan sebagai makhluk hidup. Mira demikian sapaan akrabnya mengungkapkan hasil penelitian dari beberapa jurnal ilmiah menyebutkan bahwa kelompok virus RNA mudah mengalami mutasi.

Klik video untuk tahu lebih banyak - SOSIALISASI 3M DARI CAMELIA MALIK

Menurutnya ketika COVID-19 menginfeksi satu tubuh inang, maka RNA-nya akan melakukan replikasi atau berkembang biak.

"Replikasi virus ini tidak ada yang tidak menyebabkan penyakit pada inangnya, karena dia akan mengambil alih sistem kerja sel inang untuk proses reproduksi dia," kata Mira.

Jika dikaitkan dengan COVID-19, Mira menyebut bahwa virus Corona sebenarnya sudah sering mengalami mutasi. Mutasi dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan sel inangnya. Sejak dari Wuhan, Tiongkok, virus Corona sudah mengalami mutasi sehingga dia mampu bertahan pada rentang suhu 5-10 derajat Celcius.

Ini Penjelasan Pakar Mikrobiologi Unpad Terkait Varian Baru COVID-19
Sumber: Ardy/Ceknricek.com

Mia Miranti menjelaskan bahwa ketika menyebar ke Iran dan kawasan Timur Tengah, diperkirakan bahwa virus telah mengalami mutasi kembali yang memungkinkan virus tahan terhadap suhu panas.

Virus Corona di Indonesia sendiri sudah mengalami mutasi. Laporan dari Eijkman Institute beberapa waktu lalu menemukan bahwa virus Corona di Indonesia memiliki strain yang berbeda dengan virus di Wuhan.

"Hanya saja proses mutasinya tidak seperti yang sekarang lagi heboh di Inggris," ujarnya.

Dosen Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan llmu Pengetahuan Alam ini menyebut, ada kemungkinan proses mutasi di Inggris dipengaruhi oleh beberapa faktor, sehingga kemungkinan infeksinya lebih tinggi. Dengan kata lain, mutasi suatu virus bisa jauh lebih berbahaya jika dipengaruhi oleh sejumlah faktor.

Karena mutasi setiap virus dipengaruhi oleh faktor inangnya, Mira menyebutkan bahwa pengembangan vaksin mestinya disesuaikan dengan hasil mutasi virusnya.

“Vaksin COVID-19 di Indonesia seharusnya disesuaikan dengan karakter virus yang ada di Tanah Air,” tandasnya.

Pemerintah terus mengingatkan masyarakat untuk disiplin mematuhi protokol kesehatan melalui #pesanibu yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak guna mencegah penularan COVID-19.

Baca juga: Epidemiolog UI Sarankan Pemerintah Batasi Penerbangan dari Luar Negeri

Baca juga: Demi Cegah dan Kendalikan COVID-19, WNA Dilarang Masuk Indonesia



Berita Terkait