Kejutan Zohri, “Bocah Ajaib dari Lombok” | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak

Kejutan Zohri, “Bocah Ajaib dari Lombok”

Ceknricek.com - NAMA Lalu Muhammad Zohri dan Indonesia sontak meroket. Jadi buah bibir di jagat media. Itulah berkat prestasi hebat yang ditorehkan Zohri, 18 tahun. 

Atlet Lombok Utara itu merebut medali emas di nomor lari 100 m Kejuaraan Atletik Dunia Usia 20 tahun yang berlangsung di Tampere, Finlandia, Rabu pagi (11/7/18).

Zohri, atlet muda berbakat, asal Dusun Karang Pangsor, Desa Pemenang Barat, Kecamatan Pemenang, Lombok Barat, NTB, itu, tampil sebagai sprinter tercepat di kejuaraan dunia itu. Ia menyentuh finis dengan waktu 10.18 detik.

Dua pelari AS, Anthony Schwartz dan Erick Harrison menyusul di tempat kedua dan ketiga. Catatan waktu mereka sama: 10.22 detik. 

Final lomba lari paling bergengsi kejuaraan atletik itu diikuti delapan pelari dari manca negara. Selain atlet muda andalan dari AS, juga ada atlet dari: Inggris, Jamaica, Afrika Selatan, Swedia dan Jepang.

Bagi Zohri dan dunia atletik Indonesia, pencapaian di kejuaraan dunia kali ini merupakan prestasi luar biasa. Bersejarah. Pertama kali seorang atlet putera Indonesia merebut medali emas  setelah 32 tahun perlombaan itu digelar oleh Federasi Atletik Internasional (IAAF)—induk cabang olah raga atletik dunia.

Zohri yang di perlombaan final berlari dari line nomor delapan, melesat pesat dan tak menyangka akhirnya bisa menjadi pelari pertama yang menjejak garis finis. “Saya sangat bangga dengan hasil lomba ini. Sangat luar biasa bagi saya,” katanya, menjawab pewawancara TV yang menjadi mitra Kejuaraan Atletik Internasional itu.

Masih tampak canggung, Zohri hanya bicara sepotong-potong dalam wawancara yang memakai penerjemah itu.

Tapi, ia sempat menambahkan tekadnya. Setelah memenangkan lomba tingkat dunia itu akan mengikuti lomba berikutnya di Asian Games yang berlangsung di Jakarta, Agustus mendatang.

Ihwal medali emas dunia yang berhasil direnggut Zohri, tak ayal, menjadi kebanggaan Indonesia.

“Tentu saja kita bangga ada anak bangsa yang jadi juara (dunia). Saya kira tidak saya saja, tapi seluruh rakyat Indonesia tentu senang dan bangga," kata Presiden Jokowi di sela menghadiri peringatan Hari Koperasi Nasional di BSD Tangerang, Banten, Kamis (12/7/2018).

Kebanggaan yang sama juga meliputi warga kampung halaman Zohri di Lombok Utara. “Alhamdulillah, amanat orang tua sudah kami jalankan. Sekarang, Zohri telah mengharumkan nama Indonesia. Kami sangat bersyukur,” ujar Ma’arif, kakak kandung Zohri kepada wartawan di Lombok, beberapa saat setelah informasi pencapaian Zohri viral di media sosial.

Zohri kelahiran 1 Juli 2000, merupakan anak ketiga dari pasangan Saeriah dan Lalu Ahmad. Keluarga yang amat bersahaja. Kedua orang tuanya sudah meninggal dunia. 

Semasa hidup, Lalu Ahmad, ayah Zohri,  bekerja sebagai nelayan dan melakukan pekerjaan sampingan sebagai buruh tani untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Sedangkan ibunya, Saeriah sudah meninggal dunia saat Zohri duduk di bangku SD. Ayahnya menyusul menghadap Sang Pencipta hampir setahun lalu. 

Kala itu, Zohri sedang di luar daerah melakukan persiapan menghadapi salah satu kejuaraan bergengsi. Namun terpaksa pulang agar bisa melihat orang tuanya untuk kali yang terakhir.

Atlet bertalenta besar ini memang dari keluarga kurang mampu.  Semasa kecil, Zohri mengenyam pendidikan SDN 2 Pemenang Barat, dan melanjutkan di SMPN 1 Pemenang. 

Belum tuntas menjalankan studi di SMP itu, Johri mulai sering mendapat tawaran untuk ikut dalam lomba dan kejuaraan atletik. 

Ia dianggap berpotensi dan beberapa kali berhasil menorehkan prestasi juara. “Dulu saat SMP, Zohri terbilang siswa yang malas. Beberapa kali dijemput ke rumah untuk bisa sekolah oleh gurunya, dan bahkan pernah tidak naik kelas satu kali,” tutur Sang kakak kepada Rohadi, watawan Radar Mandalika.

Ma’arif menceritakan, saat pertama kali ditawari mengikuti kejuaraan atletik, Zohri juga sempat menolak. Beragam alasannya. Salah satunya persoalan biaya yang dikhawatirkannya. Namun dengan support orang tuanya yang mengharapkan dia ikut kejuaraan itu, Zohri  akhirnya  mau dan bersemangat menerima tawaran itu.

Dan dia memang anak berbakat dan berpotensi. Ada beberapa kali, dia terus memenangkan pelbagai lomba dan kejuaraan atletik. 

Akhirnya, Zohri diikutkan dalam kejuaran atletik U-20 di Finlandia. Sempat merepotkan, karena Zohri tidak bisa makan. Selera dan perutnya tidak cocok dengan masakan Finlandia.”Terpaksalah, staf kedutaan besar RI di Helsinki membawa masakan Indonesia ke Tampere, tempat atlet Indonesia menginap,” tutur Tantowi Yahya. Dubes RI di New Zealand itu mengutip cerita koleganya Dubes RI di Helsinski.

Toh, sekarang semua senang dan bukan main bangga pada Zohri. Atlet muda yang kini mulai diberi gelar: “Bocah Ajaib dari Lombok”. Atlet muda ini, bibit emas yang perlu dibimbing dan dibina agar kelak bisa menjadi atlet dunia.

Kakaknnya Ma’rif mengatakan terus terang, salah satu yang masih menjadi beban mereka adalah kehidupan keluarga yang masih memprihatinkan. Dibutuhkan perhatian pemerintah guna membantu keluarga Itu. “Zohri kalau pulang tidur di rumah bedek peninggalan orang tua kami. Kami sudah usulkan bantuan program rumah kumuh dari pemerintah Lombok Utara, namun sampai sekarang, belum ada kabarnya,” kata Ma’rif.

Ia mengaku sering berkomunikasi dengan adiknya. Juga sering menasihatinya agar dapat terus berprestasi. Ma’rif pun berpesan agar tetap berlatih dan bertarung di lapangan demi mengharumkan nama bangsa Indonesia. Sambil terus mengingatkan Zohri agar juga memperhatikan masa depannya. Sebagai kakak, Ma’rif juga pernah berpesan agar Zohri jangan cepat menikah. Karena perjalanan kariernya masih panjang dan itu memerlukan konsenterasi penuh.

Tidak kalah penting. Ma’rif juga sangat berharap pemerintah memberikan perhatian atas prestasi adiknya. Agar Zohri tetap bisa makin berprestasi mengharumkan nama Insonesia dan juga kampung halamannya di Lombok Utara.




Berita Terkait