Ceknricek.com--Baru-baru ini terbetik berita yang menarik perhatian banyak kalangan terutama di Negara Bagian (sebanding Propinsi) Victoria, Australia.
Kasusnya adalah ketika Kepala Lalu Lintas Kepolisian Negara Bagian Victoria Asisten Komisaris Glen Weir “secara tidak sengaja” melampaui batas kecepatan maksimal kendaraan bermotor ketika mengendarai mobilnya.
Batas maksimal 50 km sejam diharunginya dengan kecepan 58 km sejam. Perbuatannya itu diabadikan oleh kamera lalu lintas kepolisian.
Perlu dijelaskan di sini bahwa dalam kepangkatan Lembaga Kepolisian di Australia tidak ada pangkat jenderal. Jabatan sebanding Kapolda di Indonesia, misalnya, dipangku oleh seorang Komisaris, yang biasanya merupakan pelamar yang berhasil dalam cita-citanya untuk mengepalai kepolisian tingkat Negara Bagian (Propinsi).
Artinya jabatan “Kapolda” di Australia bukanlah hasil penunjukkan atau pengangkatan melainkan hasil “kompetisi”. Artinya ketika jabatan itu lowong maka pihak berwenang terkait akan mengiklankan jabatan tersebut. Yang berhasil melalui ujian kepatutan dan kemampuan akan diangkat menjadi “Kapolda” dengan pangkat Komisaris.
Oleh sebab itu, Asisten Komisaris adalah pangkat yang cukup tinggi dalam kepolisian di Australia. Bahkan sekadar sersan sajapun sudah dianggap cukup tinggi kewenangannya, dan untuk mencapai tingkat kepangkatan itu diperlukan kemampuan yang cukup tinggi.
Juga tidak jarang jabatan Komisaris (sebanding Kapolda) di Australia ini dipangku oleh polisi wanita, sebagaimana yang terjadi di Negara Bagian Queensland (ibukotanya Brisbane) dan Negara Bagian New South Wales (yang ibu kotanya adalah Sydney). Jabatan kepala polisi Negara Bagian Victoria (yang ibukotanya adalah Melbourne) juga pernah dipegang seorang Komisaris Polwan.
Kembali ke nasib “apes” Kepala Lalu Lintas Kepolisian Negara Bagian Victoria, Asisten Komisaris Glen Weir, pada suatu ketika baru-baru ini ia mengendarai mobilnya melalui sebuah jalan di mana batas kecepatan maksimalnya adalah 50 km sejam. Ia melarikan kendaraan roda empatnya itu dengan kekencangan 58 km sejam, karena, katanya kemudian, ia menyangka bahwa batas kecepatan maksimal di jalan yang dilaluinya itu adalah 60 km sejam.
Peristiwa itu ramai diberitakan media, terutama di Negara Bagian Victoria, khususnya Melbourne.Sebenarnya sebagai pengendara mobil yang tidak pernah tertangkap melakukan pelanggaran Asisten Komisaris Glen Weir berhak untuk meminta diberi peringatan, karena itu dimungkinkan oleh peraturan lalu lintas.
Namun Asisten Komisaris Glen Weir memilih untuk bukan saja membayar denda sebanding dengan hampir 4-juta rupiah melainkan juga menerima “denda” satu poin. Di Melbourne, dan umumnya di Australia, seseorang pengendara kendaraan bermotor yang telah memperoleh sampai 12 poin akan dicabut Sim-nya untuk selama 6 bulan.
Sesuai peraturan lalu lintas di Australia seseorang yang menggunakan telepon genggam ketika mengendarai mobil diancam dengan hukuman denda sebanding dengan hamper 6-juta rupiah dan denda poin sebanyak 4. Tidak menggunakan sabuk pengaman atau menggunakannya secara tidak benar juga berat dendanya disertai denda poin.
Kepala Polisi Negara Bagian Victoria pun pernah ditahan oleh anak buahnya ketika mengendarai mobilnya yang waktu itu diperkirakan melampaui batas kekencangan maksimal dan didenda setimpal. Untuk menutupi kesalahan yang melakukan itu ia malahan mengatakan “gembira dan bangga karena anak buahnya begitu cermat dalam melaksanakan tugas demi mengamankan lalu lintas di Negara Bagian Victoria”.
Dalam perihal pelanggaran peraturan lalu lintas ini bukan hanya para petinggi kepolisian yang pernah didenda berkat ketangkasan dan kecermatan anak buah mereka. Bahkan Perdana Menteri pun pernah harus lapor ke kantor polisi untuk membayar denda.
Ini terjadi pada Perdana Menteri Bob Hawke dalam tahun 1980-an.Ketika berada di Negara Bagian Queensland, demi menghemat waktu ia bersedia diwawancarai televisi di kursi belakang mobil resminya. Maksudnya waktu itu sambil melakukan perjalanan ke suatu acara ia mengisi waktunya dengan wawancara itu. Ketika wawancara itu ditayangkan oleh televisi bersangkutan ada seorang pemirsa jeli yang melihat bahwa PM Bob Hawke tidak mengenakan sabuk pengaman pada hal mobil sedang bergerak. Ia langsung menelpon polisi untuk melaporkan hal tersebut.
Mendengar bahwa dia telah dilaporkan ke polisi oleh seorang warganya PM Bob Hawke langsung mendatangi kantor polisi terdekat untuk mengakui kekhilapannya dan membayar denda sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan lalu lintas setempat.
Perdana Menteri memang Perdana Menteri tapi kalau melanggar peraturan maka statusnya adalah sebagai pelanggar ketentuan, paling tidak begitulah keadaannya di Australia.
Dapat ditambahkan disini bahwa mobil-mobil baru, terutama yang buatan Korea Selatan dilengkapi dengan sensor yang setiap menjelang kamera lalu lintas akan memberi peringatan (dalam bahasa Inggris) bahwa “seratus meter ke depan ada kamera ‘lampu merah’ dan batas kekencangan kendaraan adalah sekian kilometer se jam”.
Namun dasar manusia! Menurut statistik pertengahan Maret baru lalu, 18% pengendara mobil di Australia mengaku tidak kuasa membendung hasrat untuk menggunakan telepon genggam meski sedang menyetir kendaraan, biar pun ancaman dendanya begitu besar disertai denda poin yang juga sangat tinggi. Mungkin mereka-mereka ini percaya kalau memang sudah apes niscaya akan tertangkap. Bukankah menurut petuah orang tua-tua kita “mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak?”
Editor: Ariful Hakim