Ceknricek.com -- Perayaan Tahun Baru China atau Imlek akan digelar pada 12 Februari 2021. Bagi umat Konghucu dan Tionghoa perayaanImlek merupakan sebuah momen penting, namun bakal ada yang berbeda di tahun ini, karena perayaannya di lakukan di masa pandemi Covid-19.
Pemerintah Indonesia melalui Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut sudah mengimbau perayaan hari besar keagamaan tahun baru Imlek di tengah pandemi Covid-19 dilaksanakan sederhana dan secara virtual serta mematuhi protokol kesehatan.
Perayaan Imlek sendiri telah melalui sejarah panjang di Indonesia. Hari raya yang selalu identik dengan warna merah dan kue keranjang ini juga memiliki daya tarik tersendiri dengan pertunjukan tarian singa atau yang dikenal dengan barongsai.
Berikut sekelumit makna dan filosofi barongsai dalam perayaan Tahun Baru Imlek dan mengapa barongsai identik dengannya.
Dalam kebudayaan China barongsai sering dipertunjukkan dalam acara-acara besar. Barongsai biasa dimainkan dua orang serta diiringi musik dari bunyi drum dan simbal.
Berdasarkan kepercayaan tradisional masyarakat Tiongkok, singa adalah simbol keberanian, stabilitas, dan keunggulan. Selain itu, singa juga dipercaya sebagai binatang yang baik.
Mengutip buku 5000 Tahun Ensiklopedia Tionghoa 1, karya Christine, dkk (2015) menurut kepercayaan leluhur China, awal tahun baru merupakan masa di mana para dewa dewi kembali ke kahyangan untuk melapor ke Kaisar Langit.
Pada saat masa kekosongan inilah roh-roh jahat di dunia akan menjadi semakin ganas karena tidak ada yang mengendalikan mereka saat dewa-dewi rapat di kahyangan.
Akan tetapi ada juga legenda kuno tentang ular raksasa (Nien atau Leang Leong) yang bangun dari tidurnya dan selalu membuat bencana pada masa kekosongan itu untuk kemudian menyerang manusia dan anak-anak.
Makhluk jadi-jadian tersebut konon takut akan warna merah dan bunyi keras menyerupai petasan. Dari kepercayaan inilah orang China kuno akhirnya mengadakan tarian barongsai yang sebelumnya telah diberkati di klenteng dengan maksud mengusir setan.
Sumber lain menyebut, dalam budaya Cina tradisional, singa, seperti naga China, hanyalah binatang yang ada dalam mitos, dan tidak ada singa sebenarnya di China.
Sebelum Dinasti Han (202 SM – 220 M), hanya beberapa singa yang mencapai Dataran Tengah dari wilayah barat Tiongkok kuno (sekarang Xinjiang), karena perdagangan Jalur Sutra.
Sebagaimana dikutip dari China Highligts, pada saat itu, orang-orang kemudian menirukan penampilan dan tindakan singa yang baru tiba dalam sebuah pertunjukan, yang berkembang menjadi tarian singa di Periode Tiga Kerajaan (220-280).
Pertunjukan itu kemudian menjadi populer dengan munculnya agama Buddha di Dinasti Utara dan Selatan (420–589). Pada Dinasti Tang (618–907), tarian singa adalah salah satu tarian istana.
Lambat laun, tarian singa ini kemudian menyebar ke seluruh dunia lewat perdagangan, migrasi dan faktor lain. Saat ini, di seluruh dunia juga terdapat klub-klub khusus tarian barongsai.
Warna, Simbol dan Unsur Binatang dalam Barongsai
Pada setiap perayaan Imlek tarian barongsai diyakini selalu bisa membawa keberuntungan bagi masyarakat dan menjauhkan dari malapetaka. Itulah sebabnya tarian ini selalu digelar setiap Imlek.
Penyebutan barongsai sendiri sebenarnya hanya ada di Indonesia. Nama asli kesenian ini di China adalah 'Wu Shi'. Sementara itu negara Barat menyebut tarian barongsai sebagai 'lion dance'.
Selain makna dan sejarah tersebut, warna dari barongsai juga menyimbolkan unsur tersendiri yang biasanya terdiri dari lima warna dan merepresentasikan tanda dalam lima arah di kompas orang China serta lima unsur kehidupan.
Lima simbol warna tersebut meliputi, kuning melambangkan bumi (pusat), hitam melambangkan air (utara), hijau melambangkan kayu (timur), merah melambangkan api (selatan), dan putih melambangkan logam (barat).
Hidung singa yang biasanya berwarna hijau juga melambangkan keberuntungan, kemakmuran, dan pengaruh surga. Sementara itu, dahi mereka yang dihiasi cermin melambangkan simbol untuk menakuti roh jahat.
Dari segi unsur binatang, bagian kepala barongsai yang terdapat tanduk merupakan simbol untuk hidup dan regenerasi serta mewakili unsur perempuan. Telinga dan ekor barongsai yang berbentuk makhluk mistis juga mewakili kebijaksanaan dan keberuntungan.
Sementara itu, tulang belakang yang merupakan wujud dari ular merupakan simbol pesona dan kekayaan. Dahi dan jenggot berasal dari naga juga sebagai bentuk simbol kekuatan, kepemimpinan dan mewakili unsur laki-laki.
Bagian terakhir, yakni punuk belakang kepala merupakan kura-kura yang berarti simbol umur panjang. Sebagaimana diketahui, kura-kura memang memilki umur ratusan tahun bahkan lebih dalam bertahan hidup.
Artikel ini sempat terbit dengan judul 'Imlek 2020: Barongsai, Makna dan Filosofi Bagi Tahun Baru China', kami melakukan penyuntingan ulang untuk diterbitkan kembali engan judul dan sudut pandang berbeda.
Baca juga: Menag Imbau Perayaan Imlek Dilakukan Sederhana dan Virtual
Baca juga: Libur Panjang Imlek, Mobilitas Pelaku Perjalanan Diperketat