Menikmati 'Kemewahan' Bukber Ramadhan | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Istimewa

Menikmati 'Kemewahan' Bukber Ramadhan

Ceknricek.com -- Nikmat berbuka puasa bersama (bukber), selain pahala sudah Dia tetapkan, juga menjadi ajang silaturahim dengan banyak kawan dan sahabat. Yang  sekurangnya 3 tahun terpaksa saling menahan diri tidak bertemu lantaran  pandemi Covid-19. Setidaknya, saya merasakan "kemewahan" itu yang kebetulan dalam seminggu ini memenuhi  lima undangan bukber dari pelbagai komunitas.

Risikonya tentu ada : terpaksa meninggalkan "kemewahan" yang lain, yaitu Salat Tarawih  berjamaah di masjid. Dua tahun lalu karena pandemi justru saya dapat menjalani Salat Tarawih  berjamaah di masjid full sebulan penuh. Itulah antara lain hikmah   Pandemi Covid-19 : kita punya quality time bersama keluarga dan dalam melaksanakan ibadah. Saya membandingkan kehidupan puluhan tahun menjalani kehidupan wartawan di lapangan yang quality time dengan keluarga sulit dipenuhi. Begitulah tampaknya kehidupan, maka ia pun indah : pada saat kita menemukan sesuatu hal di saat bersamaan kita pun kehilangan hal lain.

Foto: Istimewa

Terus terang, saya sebenarnya tergolong pemalas memenuhi undangan bukber karena berbagai pertimbangan dan juga kendala. Pertimbangan itu tadi, karena harus meninggalkan keluarga yang merupakan momen quality time dan Salat Tarawih berjamaah di masjid.Kendalanya kemacetan lalu lintas di Ibu Kota terutama menjelang buka puasa bukan hanya macet. Tapi lebih dari itu : lebih banyak merampas kenyamanan dan kebahagiaan.

Lima Bukber

Bukber pertama di luar rumah menghadiri undangan pengusaha terkenal Teddy Rachmat, punggawa grup usaha Triputra. Acaranya berlangsung di Ritz Carlton Hotel, Kuningan, Kamis (30/3). Bukber itu melanjutkan tradisi lama Teddy Rachmat sewaktu masih memimpin Astra International. 

Seperti biasa, undangan para wartawan  senior dan pemimpin  redaksi media. Saya memberi perhatian pada acara bukber itu oleh sebab lima hal. Pertama, karena itulah buka puasa di luar rumah pertama setelah absen tiga tahun akibat pandemi. Saya buka file, ternyata terakhir buka puasa dengan Pak Teddy yang saya hadiri malah 5 tahun lalu, tepatnya Juni 2018. 

Yang kedua, undangan  disampaikan jauh hari, lebih kurang dua pekan sebelum memasuki bulan Ramadhan 1444 H. Ketiga, karena tamu-tamunya kawan sendiri, kebanyakan wartawan. Ada banyak yang lebih tiga tahun tidak bertatap muka lantaran pandemi Covid-19. 

Foto: Istimewa

Keempat, kangen mendengar sambutan Pak Teddy yang lebih mirip tausiyah ekonomi, sangat religius. Hal kelima, bertemu lagi Arini Subijanto. Dia pengusaha tambang, wanita terkaya Indonesia. Saya berkenalan dengannya pada tahun 2018 lalu, kebetulan kami satu meja dalam acara buka puasa Pak Teddy. Saya perhatikan ternyata  makannya cuma dua kepal. 

Kesan saya rasanya cuma porsi makan Arini dua kepal itu saja yang menunjukkan ciri dia orang kaya. Di luar itu, penampakannya full sederhana.  Arini mengenakan blus putih, persis seperti yang dikenakan lima tahun lalu ( jangan-jangan blus itu juga). Tanpa aksesoris mencolok melekat di badannya. Tidak seperti umumnya penampilan wanita kota kelas menengah. Atau istri-istri pejabat negara yang hedonis yang, rasain, akhir-akhir ini disorot publik karena kegemarannya pamer harta. Arini bahkan tanpa polesan make up. Sampai sempat saya tak mengenali dan sempat ragu ketika bertegur sapa dan berfoto bersama.

Komunitas Artis C-Nior

Buka puasa selanjutnya bersama insan film yang tergabung dalam Group WhatsApp C-Nior, Minggu (2/4) malam. Itu bukber kedua di luar rumah yang saya hadiri. Diselenggarakan  di rumah artis Jenny Rachman, kawasan Menteng Jakarta Pusat. Setelah Salat Maghrib dilanjutkan dengan Salat Tarawih. Di sela waktu itu menikmati berbagai jenis sajian kuliner.Ada juga yang menyantap durian Musangking oleh -oleh Eko Patrio.

Foto: Istimewa

Lebih 40 artis kenamaan di masanya menghadiri Bukber itu. Sosok-sosok inspiring yang dalam kurun waktu lama pernah menentukan selera penonton film Indonesia. Antaranya, Deddy Mizwar, Widyawati, Ninik L Karim, Yessy Gusman, Tio Pakusadewo, Harry Capri, Rano Karno, Miing Bagito, Baby Zelvia, Pangky - Yati Octavia, Eko Patrio dan Viona, Leroy Osmani, Dwi Yan, Ita Mustafa, dan Ida Leman.

Buka puasa ketiga,  Senin (3/4) dengan host Presiden Direktur Astra, Djony Bunarto Tjondro bersama jajaran direksi perusahan itu. Acara yang berlangsung di Ballroom Fairmont Hotel, Senayan, Jakarta Pusat, dihadiri lebih seratus wartawan. Bukber ini juga melanjutkan tradisi lama direksi Astra. Acara bukber Astra jarang dilewatkan wartawan. Sebabnya, momen itu serasa   hari berlebaran, maka ratusan undangan sekaligus memanfaatkan momen itu seakan berhalal bihalal.

Kalau kebetulan acara bukber Astra berbenturan dengan acara sama di  instansi lain, wartawan akan memprioritaskan datang ke Astra. Kalau perlu batal ke acara yang sama. Pernah sekali buka bersama  berbenturan dengan acara sama di Istana Negara. Yang terakhir ini mengalah dimundurkan waktunya.

Bukber Forum Pemred 

Bukber  Forum Pemimpin Redaksi, juga tidak bisa dilewatkan. Apalagi Ketua Forum Pemred,  Arifin Asydhad, menjanjikan buka puasa  kali ini istimewa. Dan memang itulah yang terjadi. Saking istimewanya, waktu terasa begitu cepat berlalu. Sampai batas waktu resto tutup  tamu undangan yang notabene wartawan para pendiri, pengawas, penasehat dan pengurus FP sendiri yang masih terus bercengkrama enggan beringsut. Selain pelbagai ragam makanan lezat, Arifin juga menyediakan grup musik penyanyi untuk menghibur tamu. Paling berkesan disediakan smoking area di dalam venue acara bukber. Acara itu berlangsung Selasa  (4/4) di resto Daun Muda, Jakarta Selatan.

Foto: Istimewa

Raja Sinetron 

Malam berikutnya, Rabu (5/4) malam giliran menghadiri undangan bukber raja sinetron Indonesia, pasangan Raam - Raakhe Punjabi. Acara berlangsung di gedung miliknya di MVP Tower, Kuningan, Jakarta Selatan. Ini juga sulit diabaikan . Tuan rumah, suami- istri, sahabat puluhan tahun. Apalagi dia sudah mengirim undangan jauh hari, disusul wanti-wanti berganti- ganti oleh Raam dan Raakhe.  

Foto: Istimewa

Tamu Bukber Raam -Raakhe tidak hanya kalangan film, tapi dari pelbagai kalangan diplomat, pengusaha  dan pemerintah. Sehingga suasana Silaturahim juga menonjol. Raam berpidato singkat. Tapi  penting dicatat nasehatnya yang ini : "Jangan pernah abaikan keluargamu, karena itulah tempatnya kamu pulang,".

Foto: Istimewa

Bukber Satupena 

Terbaru, Kamis (6/4) malam bukber dengan kawan - kawan komunitas penulis Indonesia yang berhimpun di organisasi penulis "Satupena". Budayawan Denny JA yang juga Ketua Umum Satupena menginisiasi bukber  itu di Resto Kedai Tjikini, miliknya, di kawasan Cikini, Jakarta Pusat. Di dalam bangunan art deco resto --yang termasuk cagar budaya di kawasan Cikini, Menteng -- disitulah  silaturahim Satupena berlangsung. Meriah. Diisi sekaligus dengan acara pembacaan puisi dan musikalisasi beberapa puisi penting. 

Bukber Satupena pun menjadi istimewa : sekaligus berisi asupan  gizi rohaniah. Apalagi bisa bertemu dengan Gemala Hatta, Prof Musda Mulia, Prof Didin S Damanhuri, Nasir Tamara, Akmal Nasery, Wina Armada, Asro Kamal Rokan, Fanny Poyk, Jose Rizal Manua, DR Satrio Arismunandar, dan Asri Hadi untuk menyebut beberapa nama.

Foto: Istimewa

Malam itu, saya didaulat tampil  oleh dua pemandu acara yang terampil : Tami dan Amelia. Diminta baca puisi dan menyanyi. Dua hal yang saya ragukan bisa saya kerjakan secara baik malam itu. Terutama karena saya lebih menyiapkan diri menjadi penonton kejutan  happening art kawan- kawan dari Satupena. Bersiap menikmati pembacaan puisi Denny JA, Nasir Tamara, Wina Armada,  Fanny Poyk dan penyair Jose Rizal dan mendengar  lagu " Tuhan" yang dinyanyikan  Uni dari ranah Minang dengan baik. 

Saya hanya membuat catatan mengenai acara malam itu dalam kaitan dengan Ramadhan.  Catatan dimaksud mengawali tulisan ini. Saya mengajak semua hadirin mensyukurinya dengan menyampaikan pujian kepada Allah SWT yang memberi berkah nikmat Ramadhan. Kita kembali menikmati kemerdekaan setelah tiga tahun dijajah pandemi Covid-19.

Bukber Ramadhan
Foto: Istimewa

Acara Satupena itu semacam suatu terobosan dalam istilah Prof Musda Mulia, dapat menghindarkan  kita dari kebosanan di banyak ritual agama. Saya juga menyampaikan  apresiasi  kepada Denny JA yang menginisiasi bukber Satupena. Mengapresiasi  prakarsanya memutar kembali baling -baling kegiatan dan kreativitas anggota dalam pelbagai kegiatan sejak  Satupena di bawah tampuk pimpinannya.


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait