Oleh Marsma TNI (Purn). Dr. dr. Krismono Irwanto., MHKes.
07/28/2024, 16:36 WIB
Ceknricek.com--Pernahkah Anda merasa mual atau pusing saat terbang? Jika ya, Anda mungkin telah mengalami fenomena yang dikenal sebagai mabuk udara. Kondisi ini, yang sering dianggap remeh, ternyata bisa menjadi momok bagi banyak penumpang pesawat.
Mabuk udara, atau motion sickness dalam dunia penerbangan, bukanlah sekadar gangguan ringan. Bagi sebagian orang, kondisi ini bisa mengubah pengalaman terbang yang menyenangkan menjadi perjalanan yang menyiksa.
Dr. Arina Saputri, seorang ahli kesehatan penerbangan, menjelaskan, "Mabuk udara terjadi ketika otak menerima sinyal yang bertentangan dari berbagai indera. Pesawat bergerak, tapi mata kita melihat kabin yang statis. Konflik informasi ini membingungkan otak dan memicu gejala tidak nyaman."
Faktor-faktor pemicu mabuk udara ternyata lebih kompleks dari yang kita kira. Selain turbulensi dan posisi duduk, studi terbaru menunjukkan bahwa kualitas udara kabin dan bahkan desain interior pesawat juga berperan. "Pesawat dengan sirkulasi udara yang buruk atau warna interior yang terlalu mencolok bisa memperparah gejala," ujar Saputri.
Foto: Istimewa
Lantas, bagaimana kita bisa mengatasi masalah ini? Ahli gizi penerbangan, Dian Pratiwi, menyarankan, "Pilih makanan ringan yang kaya vitamin B6 seperti pisang atau kacang-kacangan sebelum penerbangan. Vitamin ini terbukti membantu mengurangi mual." Pratiwi juga menekankan pentingnya hidrasi, namun memperingatkan untuk menghindari minuman berkarbonasi yang bisa memperburuk gejala.
Teknologi juga mulai berperan dalam mengatasi mabuk udara. Beberapa maskapai internasional telah mengujicoba penggunaan kacamata realitas virtual yang membantu menyinkronkan input visual dengan gerakan pesawat. "Hasilnya cukup menjanjikan," kata Budi Santoso, analis industri penerbangan. "Namun, masih perlu waktu sebelum teknologi ini tersedia secara luas."
Meski demikian, penanganan mabuk udara di Indonesia masih perlu ditingkatkan. "Banyak maskapai lokal yang belum memiliki protokol khusus untuk menangani penumpang dengan mabuk udara parah," kritik Santoso. Ia mendesak adanya pelatihan khusus bagi awak kabin dan penyediaan peralatan medis yang lebih lengkap di pesawat.
Dr. Saputri menambahkan perspektif menarik, "Kita juga perlu mempertimbangkan faktor psikologis. Stres dan kecemasan sebelum penerbangan bisa memicu atau memperparah mabuk udara. Maskapai bisa membantu dengan menyediakan area relaksasi di bandara atau menghadirkan terapis yang bisa membantu penumpang mengatasi fobia terbang."
Terlepas dari tantangan yang ada, industri penerbangan terus berkembang. Inovasi dalam desain pesawat, seperti sistem peredam getaran yang lebih baik dan kabin bertekanan yang lebih stabil, diharapkan dapat mengurangi insiden mabuk udara di masa depan.
Sebagai penutup, mabuk udara memang bukan masalah yang mudah diatasi. Namun, dengan kesadaran yang lebih tinggi, inovasi teknologi, dan kerjasama antara penumpang, maskapai, dan para ahli, kita bisa berharap bahwa suatu hari nanti, terbang akan menjadi pengalaman yang nyaman bagi semua orang, tanpa bayang-bayang mual atau pusing.
Jadi, saat Anda melangkah ke dalam pesawat untuk perjalanan berikutnya, ingatlah bahwa ada banyak cara untuk menjinakkan mabuk udara. Dengan persiapan yang tepat dan pemahaman yang lebih baik, Anda bisa mengubah perjalanan udara menjadi petualangan yang menyenangkan, bukan momok yang menakutkan.
#Marsma TNI (Purn) Dr. dr. Krismono Irwanto., MHKes. Mantan Kepala Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa Saryanto.
Editor: Ariful Hakim