Putin Berharap Bisa Jumpa Trump Pada Mei 2020 | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Foto: Gettyimages

Putin Berharap Bisa Jumpa Trump Pada Mei 2020

Ceknricek.com -- Presiden Rusia, Vladimir Putin, mencoba merajut kembali hubungan baik dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Putin berharap Trump bisa turut menghadiri peringatan kemenangan Rusia atas Nazi di Perang Dunia II (Victory Day) pada 09 Mei 2020 mendatang di Moskow, Ibu kota Rusia.

Kedua Presiden dari negara adidaya itu memang memiliki hubungan yang panas dingin. Putin disebutkan turut andil dalam kemenangan Trump di Pemilu 2016 lalu. Keduanya baru bisa bertemu pertama kalinya sebagai Presiden pada 16 Juli 2018 di Helsinki, Finlandia.

Putin dan Trump terakhir bertemu pada G20 di Osaka, Jepang 28 Juni 2019. Hingga kini, tidak jelas apakah keduanya bersahabat, bermusuhan atau malah frenemies. Putin sendiri mengaku Moskow siap terlibat pembicaraan dengan Washington.

“Peringatan kemenangan ke-75 Perang Dunia II di Moskow akan menjadi momen yang tepat, meski saat itu dalam masa kampanye Pilpres AS. Namun itu bukan keputusan kami," kata Putin, ketika ditanya mengenai kemungkinan kehadiran Trump seperti dilansir dari Reuters, Jumat (15/11).

Putin Berharap Bisa Jumpa Trump Pada Mei 2020
Sumber: Gettyimages

Putin akan memimpin parade tahunan pada 09 Mei, yang memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman sekaligus memanfaatkan kesempatan itu untuk memamerkan koleksi peralatan militer miliknya. Pekan lalu, Trump mengaku dirinya sedang mempertimbangkan untuk hadir dalam acara tersebut setelah mendapat undangan dari Kremlin.

Sudah jadi rahasia umum bahwa hubungan Rusia dengan Amerika Serikat merenggang pasca kemenangan Perang Dunia II. Keduanya terlibat dalam perang dingin, ketika dulu Rusia masih bernama Uni Soviet.

Putin sendiri ialah mantan mata-mata KGB, badan intelijen Rusia. Putin mundur dengan pangkat Letnan Kolonel pada 20 Agustus 1991, hari kedua kudeta Soviet terhadap Presiden Mikhail Gorbachev.

Peringatkan Bolivia

Sebelumnya, pada Kamis (14/11) Putin mengatakan bahwa Bolivia berada di ambang kekacauan dan ada kekosongan kekuasaan setelah pada Minggu (10/11) Evo Morales, di bawah tekanan, mundur sebagai presiden. Putin menyebutkan bahwa ia berharap siapapun yang berkuasa di Bolivia dapat melanjutkan kerja sama dengan Moskow.

"Muncul situasi di mana tidak ada otoritas sama sekali. Negara itu berada di ambang kekacauan. Sekejap semuanya berubah di Amerika Latin. Mari kita berharap akal sehat akan menang,” ujar Presiden Rusia berusia 67 tahun itu.

Baca Juga: Mengenal Vladimir Putin, Presiden Rusia Berstatus Duda

Moskow sendiri sebenarnya memiliki kepentingan komersial di Bolivia, dimana badan nuklir negara Rusia sedang membangun sebuah pusat nuklir. Morales baru saja pada Juni berkunjung ke Moskow untuk menggelar pembicaraan dengan Putin, menunjuk litium dan gas sebagai area kerja sama.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov mengatakan, Moskow siap bekerja sama dengan pemimpin sementara Bolivia, namun menekankan bahwa pemimpin tersebut, Jeanine Anez, berkuasa tanpa mendapatkan kuorum penuh di parlemen.

Jeanine pada Selasa (12/11) menjadi presiden sementara Bolivia, setelah Morales mundur di tengah situasi yang dilihat Rusia seperti kudeta yang dirancang. Kementerian Luar Negeri Rusia pekan ini menuding oposisi Bolivia memicu kekerasan yang membuat Morales tak dapat menyelesaikan mandatnya.

BACA JUGA: Cek Berita AKTIVITAS PRESIDEN, Informasi Terkini Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini. 


Editor: Farid R Iskandar


Berita Terkait