Review 'Toko Barang Mantan', Kenapa Harus Mantan (Lagi)? | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Sumber: MNC Pictures

Review 'Toko Barang Mantan', Kenapa Harus Mantan (Lagi)?

Ceknricek.com -- Memasuki bulan Februari yang identik dengan bulan penuh cinta (karena ada hari kasih sayang valentine), MNC Pictures mengeluarkan film bergenre komedi romantis Toko Barang Mantan (2020) yang rencananya akan rilis pada Kamis (20/2).

Ceknricek.com mendapat kesempatan menyaksikan press screening Toko Barang Mantan pada Selasa (11/2) di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan. Lantas bagaimana penilaian Ceknricek.com terhadap film ini?

Secara keseluruhan, jujur saja film ini terkesan standar bahkan cenderung mengecewakan. Rasanya Indonesia memang tidak pernah kehabisan dengan film bergenre komedi romantis yang menggunakan tema "mantan" sebagai topik pembahasan.

Baca Juga: Review 'Mangkujiwo', Kuntilanak Gaya 'The Grudge'

Mungkin terkesan subjektif, tapi bagi penulis review ini penggunaan tema "mantan" dalam film komedi romantis tak ayal layaknya penggunaan metode jump scare dalam film horor. Biasanya pencinta horor akan menilai sang sutradara terkesan malas, lantaran hanya mengandalkan adegan kagetan. Jadi kalaupun penonton takut, bukan karena kengerian dalam film melainkan karena memang reaksi alamiah dari terkejut semata.

Kembali ke film Toko Barang Mantan, kalaupun penonton tertawa karena adegan komedi, ataupun menikmati adegan yang mungkin mengingatkan masa lalu penonton dengan para mantan, itu bukan karena keindahan film namun karena reaksi alamiah terkait tema "mantan" itu.

Sumber: MNC Pictures

Hal ini seolah-olah mengglorifikasi stigma "mantan" yang memang selalu mendatangkan konflik tersendiri. Ujung-ujungnya menyambung ke semangat "move on" atau "cinta tak bersyarat (tak harus memiliki)" yang biasanya menjadi susulan dari masalah mantan itu. Padahal sebenarnya tak semua mantan seperti itu juga toh?

Bolehlah Toko Barang Mantan ini mengklaim sebagai cerita orisinal. Akan tetapi penggunaan tema yang sama, dengan konsep cerita yang begitu-begitu saja pada akhirnya membuat inovasi menjadi basi.

Naskah cerita (ditulis oleh Titien Wattimena) yang terkesan dangkal dapat terlihat dari kurangnya pengembangan karakter dalam film. Kalaupun ada latar belakang, maka itu lebih berasal dari narasi deskriptif dalam dialog, bukan hasil dari pengembangan adegan. Selain itu alur cerita yang tersaji juga terlalu mudah diprediksi.

Sutradara dalam film ini (Viva Westi) terkesan kurang berhasil menjaga momentum dramatis dalam film. Kalaupun ada adegan romantis, tiba-tiba sudah konflik sebelum mencapai klimaks. Kalaupun ada konflik maka sebelum dieksploitasi tiba-tiba sudah selesai dan begitu seterusnya, diulang lagi dengan pola yang sama di tiap adegan.

Sumber: MNC Pictures

Terkesan melelahkan menyaksikan konflik berulang dan romansa tanggung itu. Hal ini diperparah dengan ending tambahan yang justru seperti memberi stempel "generik" dalam film ini.

Kalaupun ada yang sedikit mengobati dalam Toko Barang Mantan ini adalah totalitas akting dari Reza Rahadian (sebagai Tristan), yang tampil beda dengan rambut gondrong (wig) dan gaya urakannya. Meski memang bukan akting terbaik dari Reza, namun dirinya membuktikan kapasitasnya sebagai aktor watak yang bisa menjiwai karakter dan tetap natural.

Baca Juga: Review 'Abracadabra', Memang Bukan untuk Dimengerti

Setidaknya kita bisa mengatakan Reza tetap menjadi Reza dalam film ini. Sementara pemeran pendukung lainnya, seperti Marsha Timothy, Dea Panendra dan Iedil Putra seperti hanya menjadi pelengkap untuk mendukung totalitas dari Reza.

Pada akhirnya, kalaupun harus memberikan satu bintang (dari lima), maka bintang itu memang layak diberikan kepada seorang Reza yang memang menjadi satu-satunya bintang dalam film ini.

BACA JUGA: Cek Berita SELEBRITI, Persepektif Ceknricek.com, Klik di Sini



Berita Terkait