Ceknricek.com--Ketika masih bertugas sebagai wartawan/broadcaster di Badan Siaran Luar Negeri ABC (Radio Australia) saya sempat beberapa kali melakukan peninjauan ke rumah pemotongan hewan (abattoir) di berbagai negara bagian di Australia, untuk menyaksikan tata cara penyembelihan hewan (sapi).
Seekor sapi yang akan disembelih terlebih dahulu akan diguyur dengan air hangat sekujur tubuhnya demi melemaskan otot-ototnya dan sekaligus memperlembut dagingnya. Setelah selesai melalui proses itu sapi tadi akan digiring untuk mengikuti seekor sapi terlatih yang dijuluki Yudas (dalam ajaran agama Kristen Yudas Iskariot adalah seorang pengkhianat, yang demi uang “30 keping perak” menyerahkan Yesus Kristus kepada imam-imam kepala). (Matius:14-15).
Yang dijuluki Yudas ini sudah terlatih untuk melenggang di depan, dan diikuti oleh sapi yang baru dimandikan tadi memasuki suatu lorong kawa (mirip ungkapan “laksana sapi dicucuk hidungnya). Begitu menghampiri ujung lorong kawat itu, Yudas dengan lihainya membelok ke kiri untuk keluar dari lorong tadi, sedangkan yang mengekorinya akan meneruskan perjalanan sampai ke pelataran di mana seorang algojo sudah menanti dengan sebuah alat pemingsanan (stunner) yang begitu bersentuhan dengan kening sapi tersebut akan membuat makhluk itu terkulai dalam keadaan tidak sadarkan diri.
Langsung rantai besi yang cukup tebal dililitkan ke kaki kanan belakang sapi itu yang membuatnya langsung terkerek hingga kepalanya berada sekitar satu meter dari lantai, dan penyembelihan segera dilakukan. Darah yang menyembur dibiarkan terus menderu dan menitis ke arah saluran yang mengalirkannya ke luar ruang tempat penyembelihan, untuk kemudian diolah menjadi pupuk dengan campuran bahan-bahan lainnya, dikenal dalam bahasa Inggris sebagai “blood and bone” (darah dan tulang).
Setelah itu sapi yang sudah tidak bernyawa tadi dimasukkan ke ruang khusus di mana pemerosesan dilakukan untuk mempersiapkan daging sapi tadi menjadi macam-macam potongan oleh para karyawan terlatih.
Menariknya adalah apabila ketika dalam proses pemingsanan itu sapi tadi mati sebelum sempat disembelih, maka dagingnya dianggap tidak layak untuk dimakan manusia (karena darahnya tidak sempat dialirkan keluar), dan diproses untuk menjadi makanan anjing dan kucing peliharaan.
Sebagaimana diterangkan dalam “Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” untuk siswa/i Kelas VII SMP oleh Dr. Muhammad Ahsan, S.Ag., M.Kom (2019: 296), manfaat penyembelihan hewan sesuai ketentuan Islam ditinjau dari segi kesehatan adalah sebagai berikut:
- Membuat daging halal untuk dikonsumsi.
- Membuat kualitas daging lebih baik dan sehat. Ini karena darah akan keluar dari tubuh hewan secara sempurna. Darah adalah sumber kontaminasi sehingga apabila darah tidak keluar dengan sempurna, daging akan mudah terkontaminasi.
- Daging menjadi lebih layak dikonsumsi, karena darah hewan keluar secara maksimal sehingga dihasilkan daging yang sehat dan layak dikonsumsi.
- Daging yang disembelih secara Islami akan memiliki penampilan yang bagus dan memiliki kualitas yang baik dari segi kesehatan, nilai gizi, dan lainnya.
Alhasil ketentuan dalam agama Islam mengenai kewajiban mengalirkan darah hewan yang akan dimakan bukan hanya demi “ibadah” semata melainkan ternyata punya implikasi kesehatan yang nyata.
Mungkin oleh sebab itulah ketika seorang ulama yang pernah ditantang untuk menjelaskan “kenapa Islam yang mengharamkan bangkai (Al Qur’an II:173) tetapi menghalalkan ikan (yang dimakan setelah menjadi bangkai)? ”, menjawab bahwa “ikan itu besar khasiatnya bagi kesehatan manusia alias halalan-taiyiban (Al-Qur’an V:88).” Allah a’lam.
Editor: Ariful Hakim