Ceknricek.com -- Suatu hari dalam perjalanannya dari London ke Sidney untuk mengikuti kongres Astronotika Internasional, Tintin bersama Kapten Haddock, Profesor Calculus, dan anjingnya Snowy, transit di Bandara Kemayoran, Jakarta.
Singkat cerita, setelah Tintin dikenalkan oleh teman lama mereka Piotr Skut (seorang pilot) dengan jutawan Laszlo Carreidas, mereka berangkat dari bandara Kemayoran dengan menumpang pesawat jet pribadi sang jutawan.

Sumber: Pegipegi
Bermula dari sanalah akhirnya, Tintin sang wartawan pemberani mengalami petualangan seru di Pulau Bompa, wilayah Sondonesia. Cerita komik karya George Remi alias Herge tersebut dengan gamblang dinarasikan dalam seri ‘Flight 714 to Sydney’.
Sementara itu, bandar udara Kemayoran, tempat petualangan Tintin bermula, pada tanggal hari ini, 79 tahun silam, 8 Juli 1940 resmi beroperasi dan menjadi bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional.

Sumber: Pegipegi
Bandara Kemayoran dalam Pusaran Sejarah
Kemayoran International Airport atau yang dikenal dengan nama Bandara Kemayoran merupakan bandar udara pertama di Indonesia yang dibuka untuk penerbangan internasional.

Bandar Udara Kemayoran tahun 1970-an. Sumber: wikipedia
Landasan bandar udara ini dibangun pemerintah Hindia Belanda pada 1934, bersamaan dengan dibangunnya asrama tentara Belanda berpangkat mayor di Jalan Garuda.
“Orang-orang pribumi lalu menyebut kawasan ini sebagai Kemayoran,” tulis Windoro Adi dalam Batavia, 1740: Menyisir Jejak Betawi.
Windoro Adi juga menyebut, nama Kemayoran berasal dari nama Mayor Isaac de l'Ostale de Saint Martin. Pria kelahiran Oleron, Bearn, Prancis pada 1629 yang terlibat perang di Jawa Tengah dan Jawa Timur saat VOC membantu Kerajaan Mataram menghadapi Trunojoyo.
Bandar udara ini memiliki dua landasan pacu yang bersilangan, yakni landasan pacu utara-selatan dengan panjang 2.475 x 45 meter dan landasan pacu barat-timur dengan panjang 1.850 x 30 meter.
Pengelolaan bandara ini dilakukan oleh Koninklijke Nederlands Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) yang dua hari sebelum hari peresmiannya pesawat DC-3 menjadi pesawat pertama yang mendarat di Bandara Kemayoran.
Pesawat milik KNILM itu lepas landas dari Bandara Cililitan (sekarang Bandara Halim Perdanakusuma) untuk tes operasional Bandara Kemayoran. Selain menjadi pesawat pertama yang mendarat di Bandara Kemayoran, DC-3 juga merupakan pesawat pertama yang bertolak dari Kemayoran menuju Australia, sehari kemudian.
Pada hari peresmiannya, KNILM pun menggelar beberapa pesawat miliknya di bandara tersebut. Di apron bahkan terdapat pesawat DC-2 Univer, DC-3 Dakota, Foker F-VIIb 3m, Grumman G-21 Goose, de Havilland, DH-89 Dragon Rapid, dan Lockheed L-14 Super Electra.
Tahun 1942, ketika Jepang menginvasi Hindia Belanda Bandara Kemayoran menjadi salah sasaran serangan pesawat-pesawat Jepang. Beberapa pesawat milik KNILM pun diungsikan ke Australia dan Jepang menguasai Bandara Kemayoran.
Setelah Jepang menyerah pada 1945, pesawat-pesawat Sekutu dan Belanda pun kembali mendarat di Kamayoran untuk mencoba kembali merebut Indonesia.
Pasang-Surut Kemayoran
Menurut Ensiklopedi Jakarta, pada masa perjuangan kemerdekaan, berdirilah Garuda Indonesian Airways, perusahaan penerbangan milik bangsa Indonesia. Dengan adanya Garuda, berbagai pesawat modern pada masa itu turut hadir di Kemayoran.

Sumber: Kompas
Singgih Handoyo dalam Aviapedia: Ensiklopedia Umum Penerbangan, Volume 1, menulis pada periode 1962-1964 pengelolaan bandara dari Djawatan Penerbangan Sipil Indonesia diserahkan kepada BUMN bernama PN Angkasa Pura Kemayoran.
Sejak dikelola oleh PN Angkasa Pura Kemayoran bandara ini pun semakin sematak dengan penerbangan dari dalam dan luar negeri. Bahkan, pada masa kejayaannya, TNI AU juga memanfaatkan Kemayoran sebelum Lanud Iswahyudi diperpanjang.
“Sebagai bandara internasional, kesibukan Kemayoran mencapai puncaknya pada 1980-an mencapai lebih dari 100.000 penerbangan per tahun dengan kapasitas penumpang mencapai empat juta orang,” tulis Singgih.
Saking sibuknya bandara Kemayoran pada 1970-1980-an pemerintah sempat memindahkan penerbangan internasional ke Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Bandara Kemayoran kemudian hanya melayani penerbangan domestik.
Bersamaan dengan itu, pemerintah mulai membangun bandara baru di Cengkareng dengan nama Bandara Soekarno-Hatta yang mulai beroperasi pada 1 Mei 1985. Namun tiga bulan sebelum Bandara Soekarno-Hatta dibuka, Bandara Kemayoran perlahan mulai ditutup.
Alasan ditutupnya Bandara Kemayoran dikarenakan dianggap sudah tak layak lagi beroperasi karena letaknya di tengah kota dan kebutuhan pembangunan wilayah Jakarta Utara yang sangat tinggi.
Masalah keselamatan penerbangan juga menjadi faktor lain penutupan bandara tersebut. Selain karena jarak landasan udara Bandara Kemayoran yang menyilang, ia juga berdekatan antara Bandara Soekarno-Hatta dan Halim Perdanakusuma.
Pada 31 Maret 1985 pukul 00.00 WIB atau setelah 45 tahun beroperasi, bandara ini pun resmi berhenti beroperasi untuk selama-lamanya. Kini kawasan tersebut berubah menjadi pusat bisnis dan permukiman. Beberapa hotel berbintang, perkantoran, pusat niaga dan perbelanjaan internasional juga dibangun di kawasan tersebut.
Sebagaimana ingatan kanak-kanak akan terus disimpan dalam Hippocampus (bagian otak yang menyimpan kenangan secara spesifik), Bandara Kemayoran juga akan disimpan dalam renik sejarah awal mula dibukanya bandara pertama sebagai pintu gerbang utama sebuah bangsa.