Tuntutlah Ilmu Biarpun Sampai ke China? | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Sumber: Istimewa

Tuntutlah Ilmu Biarpun Sampai ke China?

Ceknricek.com--Di kalangan Umat Islam beredar hadist yang diyakini atau dianggap sebagai petuah-petuah yang pernah diucapkan Nabi Muhammad (saw).

Di antara hadist-hadist tersebut ada yang diyakini sahih (otentik) atau yang diragukan kesahihannya.

Di antara yang “pernah” diragukan kesahihannya adalah hadist yang mendorong Umat Islam mencari ilmu biar pun sampai ke Negeri China.

Yang meragukan kesahihan hadist ini mendasarkan sikap mereka itu pada pertanyaan: Apakah di zaman Nabi Muhamamad (saw) yang begitu kental kejahilannya (ignorance) itu, bangsa Arab (khususnya Nabi Muhammad yang diketahui dan diakui buta huruf alias “ummi”) sudah mengenal China?

Sebelum pertanyaan ini dijawab baiklah dikemukakan di sini bahwa dalam tahun 2010 salah satu badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UNESCO World Heritage menyatakan bahwa “Gunung Pelangi di Giansu, Tiongkok/China merupakan warisan Umat Manusia.”

Beberapa tahun kemudian ditemukan juga gunung-gunung pelangi lainnya, termasuk di Peru, Amerika Selatan.

Setelah kegemparan ini mereda, ada pandangan di kalangan sementara pakar Muslim bahwa “jangan-jangan ketika menyampaikan wahyu dari Allah (swt) yang kini dapat dilihat/dibaca pada Kitab Suci Umat Islam Al Qur’an ayat ke-27 Surah/Chapter ke-35 (FAATHIR – Pencipta) Rasulullah bertanya kepada Jibril (as) yang menyampaikan ayat tersebut di mana gunung pelangi yang dimaksud? Mungkin Jibril (as) ketika itu membisikkan “Di China”.

Al Qur’an 35:27 berbunyi:

“Tidakkah engkau perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan air dari langit, lalu Kami keluarkan dengan air itu buah-buahan yang beraneka warnanya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka warnanya, dan ada (pula) yang sangat hitam.” (Al Qur’an Terjemah Indonesia karya TNI Angkatan Darat cetakan ke xx).

Ternyata ketika Usman bin Affan menjadi Khalifah (ke-3) antara tahun 644 s/d 656, sempat terjalin hubungan diplomatik antara Madinah (Pusat Islam waktu itu) dan Dinasti Tang di Tiongkok.

Beberapa dasawarsa kemudian Dinasti Tang mengundang sejumlah prajurit Muslim untuk melatih tentara Tiongkok dan kemudian melanjutkan tugas mereka sebagai penasihat birokrasi Dinasti Tang. (Lost Islamic History oleh Firas Al-Khateer -Bell&Bain Ltd. Glasgow, Skotlandia).

Jadi, masuk akal kalau sebelumnya Nabi Muhammad (saw) berpetuah agar demi ilmu silahkan saja mencarinya biar pun sampai ke Tiongkok.

Kini Malahan Dari China ke Australia Demi Menimba Ilmu

Baru-baru ini terbit laporan yang menyimpulkan bahwa “Australia terselamat dari resesi ekonomi berkat kehadiran para mahasiswa/i asing yang menimba ilmu di berbagai perguruan tinggi di Australia”.

Sebagaimana dikemukakan Ekonom National Australia Bank, Brody Viney, “para mahasiswa/i internasional memberi sumbangan sangat berharga dalam upaya pemerintah Australia untuk menumbuhkan perekonomian negara selama setahun belakangan ini. Kenyataan bahwa telah terjadi pertumbuhan ekonomi sebesar 1,5% yang menyelamatkan perekonomian Australia dari resesi, 0,8% di antaranya adalah berkat “sumbangsih” para mahasiswa/i asing, yang sebagian besar di antaranya berasal dari Tiongkok.”

Pertumbuhan 1,5% itu berjasa dalam memungkinkan perekonomian Australia menghindari 2 (dua) triwulan pertumbuhan negatif, hingga terhindarlah Australia dari resesi.

Tahun lalu lebih dari 640.000 mahasiswa asing menimba ilmu di Australia, dan sebagian besar di antara mereka itu berasal dari Tiongkok.

Mereka membantu menumbuhkan perekonomian Australia. Mereka bersedia melakukan pekerjaan (sambilan) yang tidak sudi dilakukan muda-mudi Australia – bayangkan belajar penuh sambil bekerja. Dan tidak kalah pentingnya, mereka ketika tiba di Australia harus menyewa tempat tinggal, dan membeli peralatan untuk tidur dan lain-lainnya.

Dan mereka sebenarnya merupakan “wisatawan asing” tidak resmi, karena harus belanja makanan dan minuman serta buku dan lain-lainnya.” Semua ini merupakan sumbangan cukup berarti bagi pertumbuhan ekonomi Australia.

Mumpung bulan Ramadhan: ada satu lagi dari sekian banyak ayat Al Qur’an tentang ilmu pengetahuan yang juga sangat menarik. Yaitu ayat ke-53 Surah Al Furqan (25) yang tafsirnya berbunyi: “Dan Dialah yang mempertemukan dua laut; yang ini tawar lagi segar, dan yang ini asin lagi pahit. Dan Dia menjadikan di antara keduanya ada batas dan penghalang yang tidak terlampaui”.

Kalau minyak dan air memang tidak bisa bercampur atau larut antara satu sama lain, namun kalau air? Menurut Al Quran juga bisa “dilarang” bercampur, seperti yang disebutkan di atas.

Buktinya?

Dalam buku “World Famous Weird News Stories – From Strange Animal Tales To Freak Accidents oleh Colin, Damon dan Rowan Wilson, terbitan Magpie Books, London, Inggris) di halaman 43 ada tulisan dalam bahasa Inggris berbunyi:

“It is possible to sail 200 miles into the Atlantic, and still remain in fresh water, by sailing out from the mouth of the Amazon, which disgorges over a million cubic feet of water a second into the sea. Ships far out at sea used to stock up with fresh water from this current – sometimes two hundred miles from land.”

Artinya:

Adalah mungkin berlayar sejauh 200 mil (sekitar 320 kilometer) ke tengah Lautan Atlantik, dan airnya masih tetap tawar, yakni berlayar dari mulut Sungai Amazon, yang memuntahkan lebih dari satu juta kaki (satu kaki sebanding 30,48 sentimeter) air dalam satu detik ke laut (Atlantik).Dahulu kapal-kapal yang mengarungi Lautan Atlantik biasanya menimba keperluan air tawar mereka dari air (semburan Sungai Amazon itu, ketika berada di Tengah Lautan Atlantik)). Allahu a’lam!


Editor: Ariful Hakim


Berita Terkait