William Shakespeare, Man of Drama | Cek&Ricek Anugerah Pewarta Astra 2025 - Satukan Gerak, Terus Berdampak
Foto: portalteater.com

William Shakespeare, Man of Drama

Ceknricek.com -- Rangkaian perhelatan Djakarta Teater Platform (DTP) 2019 hari kelima, Jumat (12/7), menggelar diskusi "William Shakespeare, Renaisans dan Masa Kini".

Diskusi yang dimoderatori Akan Tanriwa berjalan menarik. Paul Smith, pembicara pertama, dan Ari Adipurwawidjana sebagai pembicara kedua membahas siapa itu Shakespeare. 

Shakespeare. Sumber: The Great Courses

Dalam diskusi tersebut, Shakespeare diperkenalkan sebagai sosok yang belum dikenal oleh siapa pun.

Shakespeare datang dari kota kecil di Inggris. Ia hidup dalam kondisi yang jauh dari akses sekolah dan buku, serta ada dalam lingkungan keluarga yang tidak intelijen. Namun kondisi tersebut tidak menghambatnya dalam menulis. Ia mencoba menulis naskah drama, hingga akhirnya ia tumbuh di London.

Dalam menulis, ia menggunakan bahasa Inggris yang kompleks, yang diperoleh dari lingkup sekitarnya. Ia membuat 1.700 kata baru saat itu--yang ia eksplor dari seluruh dunia--dan hingga saat ini kebanyakan masih digunakan.

Shakespeare sangat hebat dalam menyampaikan ide bahasanya dan menyalurkannya dalam tokoh di ceritanya. Ia memahami manusia, lingkungan sosial, dan lebih mengedepankan pengalaman manusia. Ia juga tidak menyukai kata-kata indah dan lebih suka menyederhanakannya. Hal itulah yang membuatnya hebat.

Shakespeare mampu membungkus kemarahan, rasa iri, dan pembalasan dendam dengan baik dalam naskah dramanya. Kemudian dibalut dengan subjek lain seperti pertemanan, diversitas, kesabaran, iman, kemauan, dan cinta.

Hal terpenting, Shakespeare sanggup memecah kelas sosial melalui naskah miliknya. Ini sempat menjadi masalah juga baginya, tapi hal tersebut tak menghalanginya untuk terus menulis. "Selama pena masih bisa menulis dan mata bisa melihat, selama itu saya akan merasa dilindungi," seperti yang pernah diungkapkannya.

Mungkin masih ada banyak hal yang hendak dikatakan oleh Shakespeare pada kita, namun kini ia ada dimana saja. Bisa jadi ia sedang meminum teh di angkringan yang ada di pinggir jalan, atau sedang membeli buku karyanya di toko buku. 



Berita Terkait