Al-Biruni; Ilmuwan Muslim Guru Segala Ilmu | Cek&Ricek wardah-colorink-your-day
Ilustrasi : Miftah/ceknricek.com 

Al-Biruni; Ilmuwan Muslim Guru Segala Ilmu

Ceknricek.com -- Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Asia Tengah dan anak benua India. Ia menyandang gelar polymath atau orang yang pengetahuannya tidak terbatas pada satu bidang, melainkan meneliti berbagai kajian ilmu dan mumpuni dalam banyak hal.

Ia adalah Abu Rayhan al-Biruni rahimahullah atau biasa dikenal degan nama Al-Biruni. Ketidakpastian dan kekacauan dunia politik Islam (abbasiyah) saat itu justru memberi ilham padanya menjadi salah satu ilmuwan terbesar sepanjang sejarah.

Al-Biruni. Sumber: Geotimes

Masa Kecil

Al-Biruni lahir pada tahun 973 M di provinsi Khurasan, di Timur Laut Persia. Ia diduga yatim piatu sejak kecil. Abu Nasr Mansur Ibn Ali Ibn Iraq, seorang matematikawan dan anggota keluarga penguasa di Khat (sekarang Khiva, Uzbekhistan), kemudian memungutnya. Ia kemudian dibesarkan pada saat Kekhilafahan Abbasiyah merosot dan kawasan Khawarizm (Asia Tengah) kerap bergolak.

Sebagaimana anak-anak pada zamannya, Al-Biruni belajar bahasa Arab dan bahasa Persia, ilmu-ilmu Islam yang mendasar, dan ilmu pengetahuan alam. Awalnya, ia meminati kajian matematika dan astronomi. Di kemudian hari, ia menjadi seorang spesialis dalam dua bidang ilmu ini. Selain itu, Ia adalah seorang astronom terkemuka.

Di usia 20 tahun, ia pindah jauh dari daerah asalnya demi menimba ilmu pengetahuan. Selama 3 tahun ia melakukan perjalanan di seluruh Persia untuk belajar dari para ilmuan tentang berbagai cabang ilmu pengetahuan. Akhirnya, pada tahun 998 M, ia menetap di Jurjan (Gorgan). Kemudian menjadi pegawai pemerintah setempat, pada dinasti Shams al-Ma’ali Qabus. Selama 10 tahun berikutnya, ia tinggal di kota kecil di wilayah tenggara Iran. Di tempat inilah ia melakukan penelitian, menulis buku, dan semakin banyak belajar.

Selama waktu tersebut, ia menulis sebuah karya monumental yang mengkaji tentang sejarah peradaban kuno di tengah pengaruh silih bergantinya kerajaan. Buku itu di kemudian hari akan menjadi penanda yang jelas bahwa di masa depan Al-Biruni akan menjadi seorang ilmuan yang menguasai berbagai cabang keilmuan.

Manuskrip A-Biruni.Sumber: Libraryblog

Antropolog

Al-Biruni tidak merampungkan beberapa karya monumentalnya hingga ia  ‘terpaksa’ pindah ke Ghazni. Sebuah wilayah yang berada di bawah naungan Sultan Mahmud. Di masa itu, Ghazni adalah sebuah kota yang besar. Sebuah kota yang sekarang menjadi wilayah Afghanistan. Kerajaan Sultan Mahmud membentang jauh melampaui perbatasan Afghanistan modern. Wilayahnya sekarang meliputi Iran, Pakistan, dan India. Di kerajaan yang kuat ini, al-Biruni memiliki sumber daya dan kemampuan untuk menunjukkan apa yang ia mampu lakukan.

Albiruni. Sumber: jawasebenigma

Sultan Mahmud memulai ekspedisi militernya ke India dengan sangat rapi. Tujuannya adalah melindungi pengaruhnya di sana. Kebiasaan Sultan Mahmud dalam ekspedisi militernya adalah mengajak serta Al-Biruni meskipun ia terpaksa ketika mengikuti ekspedisi tersebut. Namun, hal ini ternyata  menjadi keuntungan tersendiri bagi Al-Biruni. Di sana  Ia bisa mengenal berbagai bahasa, budaya, dan agama yang ada di India serta memelajarinya.

Lantaran mendapat  anugerah kecerdasan yang mampu melahirkan ide-ide baru dengan mudah, Al-Biruni dengan cepat berhasil menguasai bahasa Sansekerta dan bahasa liturgi Hindu. Kemampuan ini membuka khazanah pengetahuan baru. Ia dengan mudah akhirnya dapat mempelajari budaya India langsung dari literatur-literatur aslinya.

Dari sanalah kemudian ia membandingkannya dengan buku-buku dari belahan dunia yang lain serta menerjemahkan buku dari bahasa Sansekerta ke bahasa Arab dan Persia, dan juga sebaliknya, dari bahasa Arab ke bahasa Sansekerta. Al-Biruni, dalam hal ini berpandangan bahwa beragamnya peradaban bertujuan untuk saling memelajari satu sama lain, bukan malah saling menghancurkan.

AlBiruni. Sumber: Muslim Obsession

Karena kemampuannya membaca teks-teks Hindu kuno, Al-Biruni mampu mengkompilasi sebuah ensiklopedia sejarah India kuno, yang dikenal sebagai Kitab Tarikh al-Hind (Ensiklopedi Sejarah India). Menariknya, banyak kabar tentang India kuno yang diketahui orang-orang masa kini berasal langsung dari buku al-Biruni.

Tarikh al-Hind lebih dari sekadar memberitahu pembaca tentang India kuno, namun buku ini juga merupakan fakta bahwa Al-Biruni mampu mengumpulkan begitu banyak ilmu yang berbeda untuk memahami latar belakang peristiwa sejarah. Buku ini adalah jendela untuk mengetahui falsafah India, geografi, dan kebudayaannya.

Manuskrip Pendekatan Budaya Al-Biruni. Sumber: Mtw

Al-Biruni menenggelamkan diri dalam kajiannya, untuk memberi hadiah pada dirinya akan sebuah pemahaman yang lebih baik tentang sejarah India. Dengan demikian, Tarikh al-Hind benar-benar dapat dianggap sebagai salah satu buku pertama di dunia antropologi, studi masyarakat manusia dan perkembangan mereka.

Temuan Ilmiah

Selain menjadi ahli dalam sejarah dan budaya India, Al-Biruni juga berhasil menentukan waktu yang tepat untuk membuat gebrakan ilmiah. Banyak ekspedisi yang ia lakukan sangat membantunya melihat dan mengenal variasi geografis dari sumber aslinya. Teori yang ia terapkan juga berhasil membuat mereka terhubung. Yakni dengan menganalisis berbagai jenis partikel tanah di Sungai Gangga dari sumbernya hingga ke Teluk Benggala. Dari sinilah Al-Biruni merumuskan teori tentang erosi dan bagaimana proses terjadinya pembentukan tanah. Terutama mencatat peran air dalam proses tersebut.

Dalam kajian studi terkait, ia juga telah menemukan fosil-fosil kuno hewan laut di pegunungan yang memutus wilayah India dari seluruh wilayah dunia, Himalaya. Menurutnya,  tidak mungkin bahwa siput dari laut terdalam, kerang, dan yang lainnya melakukan perjalanan ribuan mil ke daratan hingga ke kaki gunung. Dari sini, al-Biruni sampai pada kesimpulan bahwa pada suatu masa Pegunungan Himalaya pasti pernah menjadi dasar laut. Dan sekarang, berpindah ke titiknya saat ini setelah jutaan tahun. Kajian ini secara langsung memberikan pemahaman di era modern ini tentang lempeng tektonik. Bagaimana benua bergerak dan bergeser dari waktu ke waktu.

Al-Biruni juga memelopori bidang geologi karena ia berhasil mengumpulkan, menganalisis, dan menyusun ratusan logam dan permata. Ia mampu menggambarkan sifat-sifat mereka, bagaimana mereka dibuat, dan dimana benda-benda itu dapat ditemukan. Bukunya yang mengkaji tentang permata menjadi standar untuk memahami batu berharga selama ratusan tahun.

Al-Biruni terus mengecap pencapaian yang luar biasa hingga awal tahun 1.000-an. Ia melakukan penelitian ke bidang-bidang seperti: bagaimana bumi berputar pada porosnya; bagaimana sumur dan sumber-sumber air membawa air ke permukaan; bagaimana menggabungkan statika dan dinamika ke dalam studi mekanika; dan mencatat garis lintang dan bujur dari ribuan kota sehingga memungkinkannya untuk menentukan arah kiblat setiap kota.

Gambar kiri, model astrolabe berbentuk bulat dan gambar kanan model mekanis matahari dan kalender bulan. Kedua model ini dibuat berdasarkan desain dan deskripsi dari al-Biruni. Ditemukan di Institute for the History

Selama 75 tahun masa hidupnya, Al-Biruni telah berhasil merevolusi banyak tradisi keilmuan. Saat ia meninggal pada tahun 1048, ia telah menulis lebih dari 100 buku, namun saat ini banyak yang tidak bisa diselamatkan karena berbagai hal. Kecerdasan dan penguasaannya terhadap berbagai cabang keilmuan serta kemampuannya untuk mensinergikan hal-hal tersebut akhirnya berhasil melahirkan pemahaman ilmu yang lebih baik yang sesuai dengan fungsinya bagi pengetahuan. Hal inilah yang menjadikannya termasuk di antara para ilmuwan muslim terbesar sepanjang masa.

Kehadirannya dalam membantu cendekiawan muslim di masa lalu untuk terus mengoptimalkan batas pengetahuan, dan membangun batas baru merupakan bukti nyata bahwa para ilmuan  dapat mencapai kemampuan terbaik di tengah ketidakstabilan politik, konflik, hingga geopolitik. Dalam keadaan inilah Al-Biruni telah melakukan penelitian yang mengubah dunia dan membuat penemuan luar biasa. Maka tak heran bila UNESCO menerbitkan satu jurnal khusus mengenai Al-Biruni dan memahatnya sebagai “The Extraordinary Genius of Universal Scholar” atau si Jenius luar biasa yang (telah) melampaui batas-batas zamannya.



Berita Terkait